25. Lembaran Baru

4.4K 361 27
                                    

Hi i'm back 😎

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐

Happy & enjoy reading 💜





💜








Lebih dari 3 tahun yang lalu, Rafa masih ingat saat dia memutuskan untuk tinggal di apartemen sendiri. Pertama kalinya dalam hidup, memutuskan untuk pergi dari rumah untuk sebuah kata ingin 'mandiri'.

Mungkin, sekitar setengah tahun yang lalu tiba-tiba ada anak kecil yang mengaku anaknya yang ternyata memang anaknya. Otomatis, kehidupannya berubah tanpa sadar. Kesendirian yang biasa ia dapat di apartemen, berubah menjadi berisik. Awalnya, memang menganggu tapi sekarang Rafa suka.

Berbulan setelahnya, datang seorang wanita yang tak lain Ibu dari anaknya juga ikut tinggal. Hanya sekedar menumpang tinggal, tidak meminta pertanggungjawaban untuk dinikahi. Lucu, bukan!

Rafa tersenyum tipis, mengelus sesuatu yang melingkar di jari manisnya. "Diumur gue yang mau 29 ini, akhirnya gue men--"

"Woi, makan ayo!" teriak Andre tepat disamping telinga Rafa, yang langsung memeloti lelaki itu. "Lo ... gue dipanggil gak nyawut, suara gue udah abis ini!"

Rafa menghela napas sejenak, berdiri memilih pergi meninggalkan Andre.

"Sialan! Sekarang malah ninggalin!" Andre sudah berlari mengejar Rafa.

"Gimana?" Andre menaik turun alisnya menggoda. Rasanya, Rafa ingin melempar wajan ke wah tengil itu.

"Bukan urusan lo!" Rafa memilih kembali memakan bakso Mang kumis yang menjadi bakso favorit karyawan di kantor kantor karena pedasnya, untung bukan karena kumisnya, yah!

"Gue sih, gak penasaran soal ...." Andre menepuk-nepuk kedua tangannya saling menindih, alisnya dinaik turunkan. "Soalnya, udah khatam gue mah begituan. Tapi, lo!" Andre tiba-tiba sudah menepuk pundak Rafa, untung saja dirinya tidak terselek bakso karena baru saja ditelan bulat utuh.

Rafa dengan cepat menyingkirkan tangan Andre. "Najis!"

Andre semakin tersenyum menggoda. "Dulu kan, gak sadar sampai punya bocah gemes itu. Lo aja gak inget kan, rasanya gimana? Nah, sekarang gimana? Enak, kan? Ketagihan kan, lo? Gimana, asoy--anjing pedes, sialan!"

Rafa akhirnya bisa bernapas lega saat melihat Andre sudah pergi untuk membeli minuman mungkin, karena Rafa baru saja memasukan sesendok sambal ke mulutnya saat mengoceh. 

"Harusnya, gue gak cerita ke orang sableng itu!"

Memang benar, penyesalan selalu datang terlambat. Tapi, Rafa tidak beniat cerita juga sebenarnya. Andre saja, matanya terlalu jeli saat waktu itu langsung melihat cincin di jari manisnya. Lelaki itu terus mendesak, merengek, bahkan hampir berguling, sampai akhirnya Rafa terpaksa bercerita dari pada malu menjadi pusat perhatian di kantor.

Rafa kembali tersenyum memandang cincin dijari manisnya. Banyak keuntungan juga memakai ini, Rafa akhirnya bisa menolak para wanita dengan mudah. Saat ada seorang wanita yang berbicara dengan segala jurusnya, tinggal tunjukan saja cincin ini. Aman kan, sekarang hidupnya.

"Jadi mau cepet pulang." Rafa menggeleng terus memukul kepala, bukan karena hal lain atau wanita itu tapi Rafa mau bertemu Elvan. Iya, pokoknya dia ingin segera bertemu Elvan!


Semuanya, memang berjalan dengan cepat. Siapa sangka, jika sekarang dirinya sudah menikah? Iya, ini sudah seminggu lebih Rafa menikah dengan Felisa.

Waktu itu, hanya sebuah akad, makan-makan kecil setelah itu mereka kembali ke Jakarta. Seperti dugaan, pasti terkena amuk dari sana-sini baik berupa nasihat dan pukulan. Beruntung, dia tidak dibunuh dan dikubur hidup-hidup oleh Papa. Berkat Elvan, Mama sama Papa lebih mudah untuk mencoba menerima semua ini. Kehadiran Elvan, memamv semakin menambah ramai rumah Orangtuanya jika disatukan dengan Cio. Felisa juga termasuk wanita yang mudah bergaul dan mudah dekat dengan Mama. Jadi, semurnya sejauh ini memang berjalan lancar.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang