27. Villa Part I

4.3K 345 27
                                    

Hi, 1800k special buat kamu 💜

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐



Happy & enjoy reading 💜











"Aduh, jangan sentuh-sentuh pipi saya!" Rafa berteriak saat seseorang lelaki ayu mengusap-usap pipinya dengan spons yang mirip spons cuci piring.

"Aduh, ini apaan pakai lipstik segala! Saya gak mau yah, kaya cabe-cabean!"

"Ini apa lagi? Ini mata saya nanti perih kecolok!"

"Jangan acak-acak rambut saya!"

"Jangan sentuh-sentuh dagu saya!"

"Hei, jangan pencet-pencet hidung saya!"

"Pergi kalian! Geli saya!"

Tiga orang yang tadi sedang mengelilingi Rafa, lebih tepatnya mendandani dia, saling menatap diam kemudian memilih pergi meninggalkan Rafa.

"Fel, Ay gak sengggop cowok Yey, cerewet! Ganteng sih, selera Ay tapi ngomel miluu noo!"

"Iya, Kak baru pegang rambutnya saja, aku sudah dimarahi!"

"Apalagi saya, mau baru ambil bulu mata palsu saja sudah diomelin!"

Felisa mengangguk bingung, merasa tidak enak juga. "Maaf yah, dia gak biasa aja. Ya udah, biar saya yang kasih make-up dia."

Ketiga orang itu mengangguk, tersenyum tipis kemudian berlalu pergi.

Felisa menarik napas berat. Berjalan menghampiri Rafa yang sedang menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Felisa saat sudah di depan Rafa, dia sebenarnya sedang menahan untuk tidak mengomel.

"Apanya, yang apa? Gatel banget ini, padahal baru mulai!" Rafa malah menarik tisu, berniat menghapus sedikit make-up yang sudah ada di wajahnya.

Felisa kembali menarik napas mencoba menahan sabar. Seandainya ada pilihan lain, tidak mau dia menggunakan Rafa sebagai partner-nya. Tapi, kalau pemotretan ini ditunda karena tidak ada model, tidak mungkin! Mereka lebih memilih melakukan pemotretan sampai subuh dari pada ditunda.

Berhubung fotographer menyukai Rafa yang Felisa akui tidak kalah tampan dari model-model lelaki, tapi sayang mungkin karena tidak terbiasa di make-up, protesnya tidak berhenti-henti.

"Kalau protes terus, Elvan gak jadi nginep di rumah Mama," ancam Felisa yang langsung membuat Rafa duduk tegak.

"Gak bisa gitu! Tadi, udah janji kalau aku ikut pemotretan ini Elvan ke rumah Mama, biar kita bisa ikut acara kantor menginap di puncak!"

"Makannya, nurut dimake-up, gak usah ribet!"

"Udah ganteng gini, gak usah make-up segala kali!" Rafa masih terus saja berdumel.

"Ya, udah! Gak jadi." Felisa sudah beranjak tapi tangan Rafa menahannnya. "Tenang aja, sekarang terpaksa aku yang make-up karena orang-orang udah gak mau sama kamu."

"Ok." Rafa akhirnya terpaksa menurut.





"Selesai!"

Teriakan fotografer langsung membuat Rafa melemaskan tubuhnya. Dia baru tahu, jika pemotretan bisa semenyelahkan ini. Padahal, kalau dipikir-pikir hanya bergaya di depan kamera saja. Tapi, jika harus bergaya ratusan kali, terus salah ekspresi sedikit ditegur, yah capek juga.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang