3. Tes DNA

8.5K 649 55
                                    

Don't copy & silent reader, please 😳

Kuy ... vote dulu sebelum baca ⭐

Happy & enjoy reading 💜
Sorry for typo 🤗




💜







Saat ini Rafa sedang ada di dalam ruangan salah satu temannya, yang berada di rumah sakit. Yah, Rafa hari ini telah menyerahkan semua hal yang harus dilakukan untuk melakukan tes DNA. Dia harus mengetahui secepatnya, siapa Elvan sebenarnya? Apa memang benar anak-nya?

"Gila yah lo, gak pernah kelihatan dekat sama cewek tahu-tahu nyerahin tes DNA!" seru Gilang masih heboh, padahal dari semalam sudah heboh pas diberitahu Rafa akan melakukan tes DNA.

"Berisik lo! Cepetan, gue butuh tahu cepat!" titah Rafa sudah bosan meladeni Gilang. Bisa-bisanya temannya yang pas SMA gesrek, sekarang sudah menjadi seorang dokter.

"Dikira pas mau ena-ena, lima menit udah crot, sialan! Ini besok paling cepat!" sentak Gilang. "Eh, waktu itu lo berapa menit?"

"Mulut lo mau gue sabet?" tanya Rafa kesal, benar-benar mau dicincang itu Gilang.

"Lo mau gue suntik mati! Sana baringan!" Gila mendelik kesal. "Tapi serius loh, gue pikir burung lo gak bisa tegak!"

"Sialan! Urusi sana burung lo main pergi ke sarang manapun. Kena karma bucin kaya adik ipar gue, baru tahu rasa lo!" sentak Rafa, benar-benar dari zaman SMA sampai sekarang berbicara dengan manusia itu berpotensi darah tinggi.

"Sorry-sorry .... apa itu bucin? gak kenal, tuh?" Gilang mengibaskan tangan santai. "Lagian, gue sama si karma udah temenan. Dia setiap pagi jadi langganan bubur ayam gue."

Rafa memijit kening frustrasi, kenapa hidupnya selalu dikelilingi orang-orang-orang bodo seperti itu? Dikantor ada Andre yang suka tebar pesona, sampai mbak kantin dia goda  karena lumayan katanya bisa bebas ngutang. Sekarang, ada temen dia satu lagi yang kelebihan hormon sex, tapi sayangnya malah jadi dokter.

"Harusnya sebagai dokter lo tahu, kalau sex sembarangan itu buat penyakit, sialan!"

Gilang menggeleng dramatis. "No ... no ... no karena gue dokter, jadi tahu cara sex yang sehat. Mau gue kasih tahu, biar gak kebobolan lagi?"

"Terserah! Gue balik." Rafa berdiri, saat tangannya akan memegang handle pintu terhenti. "Besok kalau belum beres, gue bakar ruangan ini!"

Setelah mengatakan itu, Rafa sudah keluar dari ruangan itu, meninggalkan Gilang yang semakin menggeleng dramatis.

"Si kolot itu, tidak tahu zaman anak muda. Gue penasaran juga, cewek sejenis sejenis apa yang udah berhasil buat burung itu si Rafa tegak?" Setelahnya cowok itu tergelak menertawakan kemalangan teman-nya itu.





Rafa harus segera pulang, ini sudah pukul 7 malam. Tadi untungnya di kantor tidak ada lembur, tapi sayangnya dia harus ke rumah sakit terlebih dahulu.

Tunggu! Tapi kenapa sekarang dia harus segera pulang, seolah ada yang menunggu? Bocah itu benar-benar perlahan sudah bisa merubah pola hidup Rafa tanpa sadar.

Seminggu ini, Rafa jadi banyak merasakan perubahan hidupnya. Biasanya dia pagi bangun langsung ke kantor, lalu pulang dan tidur. Tapi sekarang pagi-pagi ada bocah yang harus dia urus, dari memandikan, menyiapkan makan terus menyuapi. Lanjut pergi ke penitipan anak di lantai satu apartemennya, dia juga baru tahu ada tempat itu karena diberitahu satpam di bawah karena bingung saat itu. Serta pulangnya, menjemput bocah itu, kembali memandikan, memberi makan, menyanyikan lagu sebelum tidur lalu menemani tidur.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang