31. Kehilangan

2.4K 278 39
                                    

Hi, apa kabar?

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐

Happy & Enjoy reading 💜




🎊





Sudah dua Minggu Felisa menghilangkan tanpa kabar, tanpa jejak dan tanpa pemberitahuan. Kehidupan Rafa kembali lagi saat sebelum Felisa datang.

Jika dulu, saat awal mula hidup berdua dengan Elvan terasa berat karena dia belum terbiasa hidup bersama anak kecil dan tiba-tiba harus menerima sudah mempunyai anak sudau dewasa.

Saat ini, beratnya adalah jika semua hal tak lagi sama. Rafa memang sudah terbiasa, hidup bersama Elvan, memandikan Elvan, memberi makan saat anak itu lapar dengan makanan kesukaannya, bahkan terbiasa membacakan dongeng dan mungkin sudah hafal puluhan dongeng anak di kepalanya. Tapi, semuanya terasa kurang, terasa kosong, hampa, seakan warna indah terenggut dari dirinya, Elvan, dan bahkan apartment ini.

Elvan masih rewel, masih sering menangis menanyakan momi-nya, tapi untungnya keluarganya ikut membantu menemani Elvan. Jadi siang hari, anak itu lebih sering menghabiskan waktu di rumah orangtuanya dan kadang di rumah Alexa, bermain bersama Cio.

Keluarganya menyuruh untuk melaporkan ke polisi tapi Rafa melarang, dia entah kenapa mempunyai satu pemikiran kemana wanita itu pergi. Dari pada polisi, Rafa lebih baik membayar orang untuk mencari Felisa, namun sayang sampai saat ini jejaknya belum ditemukan.

"Murung banget, yang udah terbiasa makan bawa bekal dari rumah, terus harus terpaksa makan kantin lagi," ledek Andre seperti biasa. Dia gregetan sekali melihat Rafa yang hanya mengaduk makanan.

Andre tadi sedang makan bersama Tantri, gebetan terbarunya seminggu ini. Rencananya, lusa malam Minggu akan ia tembak menjadi kekasih, semoga kali ini lancar. Back to Rafa lagi, Andre izin pamit meninggalkan Tantri padahal makanan dia belum habis, karena tidak tega melihat Rafa murung makan sendiri yang hanya mengaduk-aduk makanan.

"Berisik, sialan!" umpat Rafa yang sama sekali tidak melihat Andre.

"Seorang Bapak tidak boleh mengumpat!" Andre hanya terkekeh karena sudah terbiasa. "Ngomong-ngomong, udah ada ada titik terang dimana bini, lo?"

Rafa menyimpan sendok kasar, bahkan beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. "Kalau ada kabar, gue gak akan sepusing ini!"

"Kehilangan yah, Bro?" tanya Andre sembari menaik turunkan alisnya.

"Anaknya nyariiin," balas Rafa mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Bapaknya, enggak?"

Rafa mendengus, menatap galak Andre. "Bukan urusan, lo!"

Andre kembali tergelak. "Lucu banget lihat lo emosian gitu, kaya anak domba jantan gak ada emaknya, maunya surudak-suruduk." Wajah Andre tiba-tiba serius, bagaimanapun ikut khawatir dengan Rafa dan keluarganya. "Lagian, lo kenapa sih gak mau lapor polisi?"

"Urusannya bakal lebih runyam kalau lapor polisi," balas Rafa kali ini benar-benar menghentikan makannya, menyingkirkan piring ke depan.

"Lo rumit, gue gak paham. Tapi gue yakin, lo tahu yang terbaik. Gue cuman mau bisa dukung lo dari sini." Andre menghela napas, ia percaya Rafa tahu mana yang harus dilakukan. Meski Andre, belum tahu alasannya.



**


"Daddy, momi kemana yah, kok gak pulang-pulang?"

Rafa menyimpan ponsel, mengelusi kepala Elvan yang kebetulan anak itu sedang duduk dipangkuannya. Mereka sedang berada di sofa ruang tamu, dimana Rafa sedang menemani Elvan yang menonton kartun Tayo, yang sekarang Rafa sudah hafal nama-namanya.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang