Hi
Maaf, ganti pov. Ini memang salah dalam dunia penulisan, tapi gak papa yah 😗Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐
Happy & enjoy reading 💜
💜
Hidupku dulu terasa sangat sempurna. Sedari kecil, sudah hidup dilingkungan yang kata orang sangat baik, tempat yang membuat kita lebih dekat dengan agama.
Kalian bisa tebak kan, aku tinggal di tempat seperti apa?
"Neng, ayo wudhu dulu, kita shalat jamaah sama Abah dan yang lainnya!" ajak umi dari balik pintu saat itu.
Aku paling suka, saat umi datang ke kamar, lalu membelai rambutku. Terutama senyuman manis umi adalah hal terindah yang selalu mau aku lihat setiap saat.
"Ada Kak Ari sama A Adi juga?" tanyaku ceria jika memikirkan dua kakak lelaki itu yang berbeda Ibu dariku.
Kalian heran, kan? Aku juga saat itu tidak mengerti kenapa aku mempunyai dua orang Ibu, satunya aku panggil Umi yang katanya yang melahirkanku dan satunya dipanggil Ibu, yaitu Ibu dari Kak Ari sama A Adi. Tapi, aku hanya punya satu Abah. Aneh, kan?
Aku dan Kak Ari berbeda usia 5 tahun, sedang dengan A Adi berbeda usia 3 tahun.
"Kak Ari, A Adi, tunggu Feli!"
"Sini, bareng!" teriak Kak Ari yang selalu menjadi orang pertama yang menyambutku dengan pelukan. Sementara A Adi, hanya selalu tersenyum.
Mereka sama-sama baik, tapi aku lebih dekat dengan Kak Ari karena dia paling sering mengajak bermain. Sedang A Adi, lebih sering belajar sama Abah. Aku dan Kak Ari tidak terlalu suka belajar saat itu. Namanya juga anak kecil kan, yah.
"Kamu sudah 8 tahun, harus sudah hafal bacaan surat ini!"
"Jangan banyak main, harus banyak belajar di mesjid sama A Adi!"
"Tidak boleh begitu!"
"Tidak boleh seperti ini!"
"Perempuan harus pakai baju seperti ini!"
Kalimat-kalimatlarangan yang sering aku dapat jika saat bertemu Abah sedari kecil. Awalnya, aku selalu menurut karena itu juga memang demi kebaikan. Tapi jujur, lama-kelamaan entah kenapa terasa sangat mengikat sampai aku merasa kehilangan waktu bermain saat masih kecil.
Waktu berlalu, aku sudah berusia 13 tahun saat itu, dimana umi sakit parah selama setahun lebih dan akhirnya pergi untuk selamanya.
Hari itu benar-benarmenjadi hari yang paling menyedihkan. Hidupku, terasa itu berhenti saat itu. Saat aku masih berduka, tidak lebih dari sebulan, tiba-tiba Abah memperkenalkan seorang ibu baru lagi yang harus dipanggil bunda. Baru datang bersama dua orang anak yang perempuan. Satunya, seumuran denganku dan satunya lagi dibawahku 3 tahun yang katanya ini yang anak kandung Abah.
Mereka semua orang-orang baik, tidak ada drama jahat ibu tiri. Tapi aku yang masih berduka terasa terkhianati, memilih selalu sendiri dan makin terjebak ke dalam rasa sakit yang membuaku semkin jauh dari mereka semua. Apalagi saat aku menginjak SMA, Kak Ari ikut sekolah militer. Tinggalah, aku benar-benar sendiri di sini di rumah yang merupakan tempat pesantren milik Abah.
Semakin dewasa aku mengerti, tentang sistem poligami yang dianut Abah. Aku tidak menyalahkan tentang keyakinan Abah ini, tapi setiap membayangkan rasa sakit umi saat Abah memilih menikah lagi waktu itu, rasanya masih kecewa.
Abah itu asli keturunan Sunda, sedang Umi seorang keturunan cina. Umi yang rela meninggalkan budaya dan memilih mengikuti keyakinan Abah, harus rela diopoligami karena lama tidak mempunyai anak. Umi yang akhirnya bertahan karena agama yang dianut memang terasa sangat indah, bukan lagi semua tentang Abah.
![](https://img.wattpad.com/cover/249296385-288-k570792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)
RomanceCover by pinterest Rafa Arya Prasetio adalah tife cowok kolot di zaman yang serba canggih ini. Dia itu hidupnya terlalu lurus, hanya dihabiskan untuk bekerja dan keluarga. Percaya gak, jika dia belum pernah pacaran di usia 28 tahun ini? tapi dia sud...