24.

3.6K 268 42
                                    

*

*

*

Besoknya sesuai dengan isi pesan yang Bobi kirimkan kepada Putra, hari ini mereka akan bertemu kembali setelah beberapa minggu lalu hubungan mereka merenggang karena hal yang tak inginkan.
Tetapi isi pesannya sedikir berubah, Putra membatalkan untuk bertemu di cafè, bukan apa. Mereka akan membahasa tentang hubungan mereka yang pasti, dan itu tidaklah ide yang bagus jika harus mengobrol ditempat umum.

Jadilah rumah Putralah yang akan dijadikan lokasi paling aman.

Mobil putih milik Krish sahabat Bobi baru saja mematikan mesinya. Pemuda itu langsung saja mengetuk pintu rumah milik Putra.

Tak berapa lama pintu terbuka, menampilkan wanita berumur yang masih terlihat cantik.

"Eh Obi, kamu pulang kejakarta kapan ?", seru mama Putra seraya menyambut salam dari Bobi.

"Iya tante, baru kemaren Bobi sampek", jawab Bobi sambil tersenyum.

"Oh yaudah yuk masuk, anak tante ada dikamarnya. Kamu masuk aja langsung"

Bobi mengangguk sopan, dan langsung dibimbing mama Putra menuju kekamar anaknya dilantai dua.
"Tante tinggal ya"

"Makasih tante", mama Putra tersenyum lalu melenggang kembali kebawah melanjutkan acara memasaknya.

Tokk..tokk..tokk

Pintu terbuka menampilakan wajah datar yang sengaja pemuda manis itu pasang. Tapi hatinya sangatlah bahagia, apalagi jantungnya serasa sudah akan copot.

"Hai", sapa Bobi agak canggung.

"Masuk", Putra mempersilahkan Bobi masuk.

Kamar bernuansa santai, cat berwarna abu-abu dengan beberapa lemari kaca yang diisi beberapa koleksi minatur otomotif dan beberapa koleksi senjata dari mulai handGun hingga senjata paling mahal yakni sniper. Tentu saja itu campur tangan dari sang ayah.

Kini Bobi dan Putra saling berhadapan tanpa mengeluarkan kata-kata darimulut masing-masing. Bertatapan penuh arti dari mata keduanya.

"Kenapa ?", suara lirih Putra memecah keheningan canggung.

Kedua tangan Bobi merentang tanda ingin mendekap pemuda manis itu kedalam pelukanya. Namun Putra mundur, raut wajah Bobi bingung.

"Kamu belum jawab. Kenapa ?", ucap Putra lagi. Bobi menghela nafas perlahan, tangan besarnya meraih kepala pemuda manis itu untuk ia taruh kedalam rengkuhanya.

Putra tak menolak, justru mata indahnya yang mengeluarkan air. Suara tangisnya lirih karena wajah sembabnya ia sembunyikan kedalam dada bidang Bobi. Tangan besar Bobi tak tinggal diam, surai hitam halus prianya ia usap perlahan. Kecupan sayang ia berikan, seakan energi nya ia berikan seluruhnya kedalam diri orang yang ia sayangi kini.

"Ke--kenapa.. k--kamu jahat.. kamu jahat Bob !", Bobi pasrah menerima pukulan kecil didadanya. Ia pasrah menerima luapan emosi pemuda kesayangannya saat ini. Ini semua kesalahanya. Ia jahat.

"Husshh.. maafin aku. Maafin cowok brengsek ini, aku mohon", pinta Bobi mencoba menahan matanya agar tidak berair.

"Kamu jahat. Kamu ninggalin aku dengan cara jahat, kamu mau ninggalin aku selamanya. kamu--", suaranya tidak bisa lanjut, isakan berubah menjadi sesenggukan yang semakin menjadi. Putra semakin mejadi, hingga tidak mampu hanya sekedar bernafas saja.

Kepala yang sedari tadi ia dekap, perlahan Bobi angkat. Betapa sakitnya melihat raut wajah kacau, sembab, dan memerah diwajah pemuda manisnya ini. Hatinya sakit, melihat pemuda manisnya menderita menahan emosi karena dirinya. Dirinya memang brengsek.

A G A I N - [BxB||SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang