03.

6.9K 649 8
                                    

Kurasakan leherku sakit dan kepalaku pusing. Kupaksakan untuk bangun dari tidur ku yang tanpa ku sadari aku tertidur dalam posisi setengah bersandar di kepala ranjang.

Kurapikan kekacauan yang kubuat di kamar, ku tengok ke arah jendela ternyata hari mulai sore. Dan benar, jam di ponsel ku menunjukan pukul 3 sore. Aku harus segera mandi dan membantu nenek memasak.

Ku ambil handuk putih milik ku di dalam lemari, segera melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh.

Setelah membersihkan diri, ku ambil kaos santai warna hitam serta celana boxer pendek. Rambut ku ku biarkan berantakan, karena masih basah. Ku putuskan keluar kamar menuju dapur dan benar saja nenek ku tengah berdiri mencuci sayuran di wastafel.

"Maaf nek, tadi Putra ketiduran" ucap ku yang sudah mengambil alih sayuran yang sedang di cuci nenek.

"Iya gpp. Yaudah lanjutin bentar ya, nenek mau bikinin kakek mu kopi dulu" kata nenek yang ku angguki.

Sayuran yang telah ku cuci, ku letak kan di samping wadah kecil berisi beberapa bumbu yang sudah di siapkan nenek. Bisa ku tebak, sore ini nenek ingin memasak capcai serta ayam goreng plus sambal goreng ati.

Jika ku telisik ke belakang, dulu aku sering memasak kan sambal goreng ati ini untuk Bobi. Dia sangat suka dengan masakan yang kubuat. Dia bilang masakan ku mirip dengan masakan ibu nya. Waktu itu aku sangat senang, siapa yang tidak senang bila hasil karya kita di puji sama seseorang yang spesial di hati.

Tapi cukup ku pendam dalam-dalam waktu itu. Biar kurasakan sendiri kebahagiaan sederhana itu.

Tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri sambil mengupas beberapa kentang.

"Hayo, senyum-senyum ngapain. Pasti lagi mikirin pacar kamu di kota ya ?" Tanya nenek ku yang menangkap basah diriku sedang senyum-senyum tidak jelas.

Aku menggeleng sambil menunduk melanjutkan mengupas kulit kentang.
"Ishh.. siapa yang senyum-senyum. Putra cuma inget waktu Putra masih sekolah, Putra sering bantuin nenek masak. Waktu pindah ke kota Putra kangen masak sama nenek, eh sekarang keturutan" jelas ku.

Terpaksa aku membelok kan fakta yang ada di otak ku. Aku tidak mau jika nenek menyebutkan nama Bobi walaupun sangat lirih.

"Yaudah. Kita kelarin masak, tuh kakek mu uda kelaperan"

Akhirnya kita memasak dengan hikmat. Hingga berakhir pada jam 5 sore. Huhh lelah, tapi juga menyenangkan.

.
.
.
.
.

Selesai menyantap makan malam, aku kembali kedalam kamar ku untuk menghubungi Amel sahabat ku. anak itu selalu bawel sejak kemaren, tentu aku beralasan tentang sinyal jelek. Tapi tetap saja Amel terus menyepam chat yang menyuruhku untuk vc. Dan malam ini ku putuskan untuk menghubungi sahabat sedikit gila itu.

"PUTRAA !!!!" Teriak Amel setelah terhubung.

Untung aku pakai headseat jadi hanya kuping ku yang pengang, aku tidak mau nenek ku jantungan karena suara Amel.

"Biasa aja, gak usah teriak kali !"

"Ya lo sih, gue kan pengen liat rumah nenek lo apa lagi kamar lo yang kata lo banyak kenangan sama tu curut buruan arahin kamera nya gue mau liat" cerocos Amel tanpa jeda.

Emang dia punya paru-paru ganda kali ya. Sampai nyerocos aja sekali nafas.

"Bawel kamu ah, tunggu !"

Setelah itu kuarahkan kamera ke penjuru kamar. Dan yang pasti jiwa gila Amel keluar saat mengetahui foto masa smp ku yang katanya sangat cantik.

Sekali lagi aku pria !!!

Kuputuskan ku kembalikan kamera ke muka ku lagi. Sepertinya aku mau sedikit curhat pada Amel mengenai kejadian yang ku lihat tadi pagi.

"Mel" panggil ku.

"Hm. Ada apa, pasti lu mau curhat ya neng ?" Aku mengangguk meng 'iya' kan.

"Aku mau cerita. Tapi--- aku masih ragu apa ya itu benar-benar dia apa bukan"

"Dia siapa ?, si curut itu ?" Sekali lagi aku mengangguk.

"Lo ngeliat dimana"

"Aku tadi liat dia di supermarket, aku juga lagi belanja. Aku gak sengaja liat dia, tapi aku juga gak tau apa benar itu dia. Secara penampilan dia berubah drastis Mel. Badanya lebih tinggi dan tegap, rambutnya sudah berubah warna dan---

"Dan apa"

"Dia udah punya pasangan Mel. Perempuan cantik, ya ku pikir itu memang pacar nya atau... mungkin istri nya"

Amel ku lihat memutar bola mata malas ke arah ku.

"Udahlah neng, lo gak usah pikirin. Yang penting lo fokus ngurusin nenek lo, dan gue minta lo cepet pulang. Jangan lama-lama di sana. Gue kesepian~" Amel merengek memintaku secepatnya untuk pulang.

"Masih lama Mel, aku disini mungkin dua mingguan. Mama papa udah ngijinin. Aku disini juga bantu kakek ku berkebun" jelas ku ke Amel.

"Emm yaudah deh, gue tunggu. Tapi jangan lupa pulang bawa buah tangan, jangan sampek tangan lo kosong. Awas aja !"

Aku terkekeh mendengar ancaman perempuan gila di sebrang sana.

Hingga malam itu ku habiskan mengobrol dengan Amel. Tak lupa dengan ocehan tak penting dari mulut sahabat ku itu.

.

.

.

.

Hingga pagi tiba, saatnya melakukan titah dari kakek ku yang menyuruh ku untuk datang menyambangi kebun buah naga milik nya. Tak jauh dari kediaman kakek nenek ku. Cukup naik motor sekitar 10 menitan yang pasti aku di bonceng dengan mang Budi orang kepercayaan kakek di kebun.

Sesampainya di kebun, ku pandangi luasnya kebun buah naga ini. Rimbun dengan batang buah naga yang menjulur ke bawah ada juga yang ke atas. Buah nya pun ada yang siap panen, dan ada juga yang masih baby. Dulu hanya sepetak kecil, tapi sekarang lahan milik kakek semakin luas dan memiliki cukup banyak pekerja pemetik buah naga.

Aku hanya berkeliling sebentar sambil di temani mang Budi. Hingga matahari tepat di atas kepala ku putuskan untuk pulang, karena dosen ku memberikan tugas dadakan. Tentu saja anggota kelompok ku tak jauh-jauh dari Amel.

Hari ini cukup melelahkan tapi juga menyenangkan. Aku jadi sedikit mengerti dengan alur kehidupan ku ini. Walaupun aku disini sendirian, tanpa adanya reuni kawan lama. Tapi cukup dengan tau keadaan nenek ku yang berangsur membaik, itu pun cukup membuat ku sangat senang.

Aku juga sudah mengobrol dengan kakek ku, kalau aku tidak jadi untuk tinggal lebih lama di kota kelahiran ku. Yang pasti, tugas deadline dan juga Amel yang terus-terusan meneror ku agar cepat kembali. Alasanya cukup satu, yaitu dia meminta oleh-oleh buah naga yang banyak dariku.

Dasar perempuan gila.

Akupun berfikir tidak baik terlalu lama di sini, aku tidak mau melihat kejadian yang tak ku inginkan seperti kemarin. Tujuan ku untuk pindah kota adalah untuk melupakan segala sesuatu kebodohan yang pernah kubuat dulu. Malu. Dan dia membenci diriku. Itu lah alasan utama aku tidak mau lagi bertemu dengan Bobi. Toh dia sudah bahagia.

Kamu bisa Putra, cari masa depan jangan menengok kebelakang. Jangan mengingat kebodohan itu. Cukup sekali saja.

Ingat !.







°°~~°°
14/11/2020

Tbc.

A G A I N - [BxB||SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang