02.

7.4K 703 18
                                    


Author Pov

Hari demi hari telah di lewati pemuda berparas cantik itu dengan sukarela. Dirinya tak pernah bertemu kembali dengan sahabatnya dulu, yang sekarang mungkin masih membenci Putra.

Dulu pada saat masih bersama, Bobi akan ada selalu di sisi Putra, di saat sedih maupun senang. Sebagai seorang sahabat.

Tetapi hal buruk itu menimpa Putra.

Jika boleh  jujur, sebenarnya Putra ingin sekali bertemu dengan Bobi. Dirinya masih belum percaya, kalau Bobi akan pergi dari hidup Putra hingga sampai saat ini.

Jauh, sangat jauh Bobi pergi dari kehidupan Putra tanpa ada kabar ataupun sengaja bertemu. Itupun tidak sama sekali. Sungguh Putra tersiksa akan hal itu, tetapi sekali lagi fikiranya mengarah lagi dan lagi pada kesalahan yang pernah ia perbuat. Mungkin ini sebuah akibat dari sebab masalah yang di buat Putra sendiri.

Setelah sekian lama, Putra bertandang kembali ke kota kelahiranya dulu. Kota di mana masa kecil hingga remaja ia tumbuh.

Putra pulang untuk menjenguk sang nenek yang tengah sakit. Jadilah Putra pergi seorang diri, karena sang nenek hanya ingin bertemu cucu kesayangan nya.

"Nek, ini Putra buatin bubur. Abis makan nenek minum obat ya" tutur sang cucu kepada nenek nya.

"Makasih yang cucu nenek paling cantik" balas sang nenek yang justru membuat bibir mungil itu maju.

Putra mendengus kesal karena dia di bioang cantik oleh sang nenek. Tapi nenek nya malah tertawa.

"Putra ganteng nek. Kok cantik sih, gak liat apa badan Putra berisi begini"

"Iya berisi, isinya lemak"

"Udah ah nek. Nenek sarapan dulu, kok malah nge hujat cucu nya sendiri"

Kemudian mereka tertawa berdua, setelah sekian lama mereka berpisah.

Setelah selesai merawat sang nenek, Putra melangkah menuju taman belakang rumah nenek kakek nya. Ia ingat taman ini dulu sering ia gunakan tempat adu argumen konyol bersama Bobi.

Ah mengingat itu lagi.

Dirinya rindu pada momen itu. Walaupun sekarang Bobi tidak bersamanya lagi, tetapi hati Putra masih merasakan bahwa Bobi masih berada di dekatanya setiap saat. Tak mudah melupakan Bobi begitu saja, sangat sulit bagi Putra. Bisa di bilang, nama itu akan tetap selamanya ada di hati Putra. Walaupun di suatu saat Bobi sudah bahagia bersama pasangan nya.

"Put.. "

Panggil seseorang dari arah belakang. Putra menoleh mendapati pria yang sudah berumur tengah berdiri di depan pintu, walaupun sudah berumur badan nya tetap tegap seperti ayah Putra. Bagaimanapun juga kakek putra juga dulu nya seorang tentara.

"Iya kek" jawab Putra melangkah menghampiri sang kakek.

"Kamu pulang nya masih lama kan ?" Tanya sang kakek.

"Masih kek, Putra disini sampai 2 minggu"

Sang kakek mengangguk.

"Emang ada apa kek ?" Tanya Putra lagi.

"Oh.. itu besok kamu bisa ke ladang buah naga milik kakek gak ?"

Ah ngomong-ngomong juga, setelah kakek Putra pensiun beliau memilih menanam buah naga di sebuah lahan kecil milik nya. Dan hingga sekarang berubah menjadi perkebunan buah naga yang luas.

"Boleh. Putra udah lama gak ke sana" jawab Putra antusias.

Sang kakek tersenyum dan mengelus lengan sedikit keras milik Putra.

"Yaudah besok kesana sama mang Budi ya. Sekalian bantuin, dulu saat kamu masih sekolah di sini sering bantuin kakek metik buah naga sama sahabat nakal mu siapa ya... si Bobi ya ?"

Wajah Putra berubah murung setelah mendengar nama Bobi. Putra mengangguk lemah.

"Yaudah kakek mau ke depan dulu"

"Iya kek"

Setelah kepergian kakek Putra. Putra masih duduk diam di bangku taman.

Bobi.

.

.

.

.

Putra Pov

Karena aku terlalu malas pergi ke pasar. jadi mobil milik ku, ku belok kan ke supermarket di pusat kota. Hari ini aku kembali berbelanja kebutuhan dapur, dulu sewaktu diriku masih sekolah di sini, akulah yang setiap hari berbelanja bersama nenek ke pasar.

Ku ambil troli, ku dorong menyusuri blok demi blok barang-barang dan juga sayur mayur. Troli hampir terisi penuh, tinggal ku arahkan ke blok cemilan karena aku mudah bosan jika mengerjakan tugas kuliah tanpa cemilan.

Tapi belum sampai ke blok cemilan, pandangan ku tak sengaja menangkap sosok yang mirip seperti Bobi sedang berjalan dengan seorang perempuan.

Aku mengucek mataku memastikan kalau yang ku lihat hanya ilusi ataupun hanya mirip. Tapi sekali lagi semakin ku fokuskan, dan benar itu memang Bobi sahabat lama ku. Badanya lebih tinggi dan tegap, dan model rambutnya pun berbeda. Berwarna coklat.

Sekarang dirinya sedang bergandengan tangan dengan seorang perempuan cantik.

Aku masih terdiam di tempat, sampai ku tersadar dengan suara orang yang menyuruhku menepi. Aku pun segera menepi memberi jalan pada orang itu.

Kalaupun itu benar dia, aku belum siap bertemu dengan nya lagi. Apa lagi dia sudah mempunyai pasangan, sahabat baik ku itu sudah bahagia ternyata. Berbeda dengan ku yang masih tersiksa dengan rasa ini.

Aku harus cepat keluar dan pulang.

Mobil ku sudah terparkir rapi di garasi rumah, ku ambil dua kantung kresek besar berisi bahan-bahan makanan dan juga cemilan milik ku.

"Kamu belanja di supermarket Put ?" Tanya nenek ku yang tengah duduk di kursi depan.

Aku melangkah mendekat dan salim ke nenek ku, lalu ikut duduk di kursi sebrang.

"Iya nek. Putra sekalian nyari cemilan buat teman ngerjain tugas kuliah" jelas ku pada nenek.

Nenek ku tersenyum.

"Yaudah gih sana. Katanya kamu ada tugas kuliah, nanti sore bantuin nenek masak ya"

"Iya nek"

Setelah mengobrol dengan nenek ku, terlebih dahulu ku rapikan semua belanjaan ku sesuai tempat nya. Setelah itu aku masuk ke kamar masa kecil ku dulu. Masih sama tak ada yang berubah, hanya saja baju masa kecil ku sebagian sudah ku sumbangkan ke panti asuhan, tentunya yang belum aku pakai sama sekali dulu.

Ah, rupanya dia sudah bahagia. Aku ikut bahagia melihat itu, walaupun ada rasa sakit juga. Aku ingin sekali menemuinya tadi, tapi aku masih takut jika dia masih membenci ku tak mau melihat muka ku lagi.

Rumah Bobi pun tak begitu jauh dari komplek rumah nenek ku. Tapi aku masih tak berani, lebih tepatnya masih malu dengan diriku yang gay malah justru menyukai sahabat ku sendiri.

Tak terasa air mataku jatuh jika mengingat hal itu. Jika tidak karena nenek ku yang meminta ku untuk pulang, aku tak mau ke sini lagi. Sama saja aku mengorek luka lama dan mengingat masa lalu ku.

Ingat Put. Bobi sudah bahagia, janga rusak kebahagianya. Tetap sembunyi jangan menunjukan mukamu kepada Bobi.

Aku tidak bisa !!

Hatiku masih memiliki rasa itu !!

Aku masih mencintai Bobi !!

.
.
.
.

Walaupun aku tahu itu mustahil;







11/11/2020

See u...

A G A I N - [BxB||SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang