Jakarta.
Suasana tak jauh berbeda dari dua minggu lalu. Hanya beberapa orang yanga da di bandara ini, karena kondisi pandemi seperti ini jadi hampir tak ada yang keluar masuk luar negeri.
Aku menyeret koperku untuk menuju mobil jemputan yang sudah stay. Awalnya Bobi ingin mengantarkan ku pulang, tapi aku menolaknya. Alasanya sudah jauh-jauh hari aku meminta sopir untuk menjemput jika nanti aku kembali ke jakarta.
Dan Bobi akhirnya meng 'iya' kan.
"Hati-hati. Nanti kalau udah sampek kabarin gue" ucap Bobi yang berdiri di sampingku.
Aku enggan menatapnya, tau sendiri kan bagaimana reaksi jantung sialan ku ini jika bertatap muka dengan Bobi.
"Gue gak punya nomer lo kali" jawabku agak ketus.
Bobi tertawa pelan. Dan kenapa lagi aku ini, hanya mendengar suaranya tertawa dentuman kembali kurasakan.
"Nih save" kata Bobi menyodorkan ponselnya ke arahku. Aku menoleh melihat ponsel Bobi tepat di depan dadaku.
"Gak perlu" jawabku munafik.
Ya... sebenarnya aku....
Ponsel kembali ditarik, aku melirik hati-hati kearah Bobi. Kenapa dia bisa manyun gitu.
Perasaan dulu dia sosok cowok yang paling cool dan yah jangan lupakan kalau Bobi sosok menyeramkan bagi semua orang karena tatapan tajam itu, apalagi kalau emosinya terpancing. Tapi kenapa sekarang, di samping ku dia malah telihat konyol.
Aku tak peduli.
Aku harus bisa melupakan Bobi, walaupun kenyataanya susah.
AAARRGHHH AMELL !!
Amel ?. Wajib curhat sama sahabat gilaku itu, kan udah ada sogokannya di ranselku.
Akhirnya mobil jemputan ku tiba tepat didepanku. Aku berpamitan dengan Bobi tanpa harus menatapnya, takut aku bisa pingsan nanti.
"Duluan Bob" pamitku ke Bobi.
"Hati-hati Put" balasnya, aku mengangguk. Kemudian masuk ke bangku belakang. Tak lama mobil melaju meninggalkan Bobi masih berdiri disana.
Tapi tak lama dapat ku lihat ada mobil putih berhenti didepannya. Siapa itu ?
Tapi sayang hanya sekilas karena mobil ku sudah berbelok.Mungkin rekannya, atau pacarnya ?
Ah.. mending aku tidur, masih lama juga nyampeknya.
"Pak Budi, ayah udah dirumah ?"tanyaku ke sopir pribadiku.
"Sudah den, bapak pulang kemaren sore" jawab pak Budi, aku mengangguk. Lalu aku meminta agar pak Budi membangunkan ku jika sudah sampai, akhirnya aku tidur karena terlalu capek duduk tak bisa tidur di pesawat. Bagaimana tidak, bobi secara sialanya tertidur sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.
Apa dia tidak jijik kepadaku ?
Dulu aja dia membenci ku yang gay ini. Kenapa sekarang malah dia yang terlihat aneh dan tak bisa di tebak.
Ah sudahlah waktunya bermimpi indah.
.
.
.
.
Dilain tempat mobil putih baru saja terparkir tepat di depan apartemen mewah berdominasi cat warna silver dan gold. Dua orang lelaki tinggi keluar dari mobil putih.
"Bawain tu koper gue" suruh lelaki tinggi berambut coklat itu sambil berlalu meninggalkan temanya yang pasang muka mau nonjok wajah tampan nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A G A I N - [BxB||SELESAI]✔
Casuale⚠ ^GAY story^ _____________ Manakala dia berpikir akan berakhir indah. Tetapi justru sebaliknya. Dirinya tak sengaja menghancurkan hubungan persahabatan yang sudah terjalin sejak lama. Karena ke egoisan nya, orang yang di cintai justru membenci dan...