Suara dentingan antara sendok dengan piring masih terdengar. Empat orang yang saat ini dengan tenang menyantap sarapan pagi. Tiga orang lelaki dengan satu orang remaja perempuan, yang fokus dengan makanan nya dan juga ponsel nya.
"Oliv, kamu bareng Papa, atau abang mu? ", tanya pria dengan kemeja formal nya. Yang sekrang tengah menyesap kopi hitam buatan istri nya.
Remaja perempuan itu mengalihkan pandangan nya, dari ponsel ke wajah sang Papa.
" Males ah Pah! Serasa mau diajak mati, kalau Oliv nebeng ni manusia! ", ujarnya sembari menunjuk kearah samping nya, dimana lelaki yang di panggil Gibran hanya mengedikan bahu nya cuek.
" Tapi Papa mau buru-buru. Ada meeting di kantor. Gak pa-pa yah nak? "
Oliv hanya bisa menganggukan kepalanya, pasrah.
"Kamu juga, kalau nge boncengin adiknya jangan suka ngebut. Paham? ", pesan lelaki yang lebih pendek dari pria yang di panggil 'Papa' tadi. Tidak. ada nada keras, hanya ada nada lembut ciri khas seorang ibu.
Gibran mengangguk tersenyum.
Tidak ada kata, membantah. Jika sudah Pipi nya yang bicara. Pemuda itu sangat amat menyayangi orang yang sudah sudi merawatnya sejak kecil, orang tua kesayangan nya dan juga nomor satu dihatinya.
"Iyah Pih"
Putra tersenyum lembut, pria yang sudah menginjak kepala tiga itu juga harus bekerja. Padahal sang suami sudah melarang agar dirinya dirumah saja, mengurusi anak-anak nya dan juga menunggu diri nya pulang untuk menyambut nya.
Tetapi Pria itu tidak mau. Bukan karena tidak patuh dengan suaminya atau bagaiman, tetapi Putra adalah tipe orang yang gampang bosan dengan hanya berdiam diri saja. Walaupun suaminya sudah mengatakan, bahwa dirinya boleh datang kekantor nya untuk sekedar mengantarkan makan siang atau hal apapun. Tetapi memang, jika sudah kemauan diri sendiri. Sulit untuk dijinakan, apalagi Putra sosok keras kepala. Dirinya lebih suka menyibukan diri dengan bekerja di kantor cabang milik Bobi, suaminya.
Mereka sudah hidup sebagai keluarga hampir lebih 19 tahunan, tetapi mereka tetap harmonis layak nya keluarga yang baru saja berjalan. Apalagi dengan bertambah nya anggota keluarga, Olivia. Anak perempuan yang di adopsi oleh pasangan Bobi dan Putra, sekitar enam belas tahun silam.
Oliv. Balita berumur satu tahun, yang mereka adopsi secara sah dan secara hukum. Oliv anak perempuan yang terlantar, kalimat kasar nya yakni Oliv tidak diinginkan oleh orang tuanya. Sehingga orang tua Oliv membuang nya ditepi jalan dekat dengan komplek perumahan Putra dan Bobi. Gibran— yang saat itu baru berumur, tiga tahun, merengek dan menangis kala melihat sosok bayi mungil yang Pipi ya gendong.
Bukan apa— Gibran kecil saat itu, memohon ala anak kecil. Gibran ingin memeluk dan menjadikan Oliv teman bermain. Sekitar ada semingguan Gibran terus merengek, agar Oliv di ajaknya pulang oleh Pipi dan Papanya.
Jadilah di sore hari, selepas Bobi pulang bekerja. Oliv di jemput di panti asuhan, untuk. Segera mengadopsinya menjadikan bayi perempuan cantik itu sebagai anak mereka dan saudara Gibran.
Olivia Cesillia Ardiansyah.
Dan...Gibran Rendra Harieswara.
*******
Malam nya, dikamar Gibran. Dan juga Oliv yang tengah menelungkup kan tubuhnya disamping sang kaka yang tengah asik bermain Game.
"Bang! "
"Hm"
Oliv beralih duduk mengahadap abang nya, yang masih senantiasa bermain Game.
"Lo kepikiran gak, soal Papi yang minggu kemaren pengen anak lagi? "
KAMU SEDANG MEMBACA
A G A I N - [BxB||SELESAI]✔
Random⚠ ^GAY story^ _____________ Manakala dia berpikir akan berakhir indah. Tetapi justru sebaliknya. Dirinya tak sengaja menghancurkan hubungan persahabatan yang sudah terjalin sejak lama. Karena ke egoisan nya, orang yang di cintai justru membenci dan...