PROLOG

162 21 17
                                    

Happy Reading!

Mentari menampakkan diri malu-malu. Sinar hangatnya mulai menembus kaca jendela-jendela rumah. Menggantikan peran lampu rumah yang sudah bekerja keras sepanjang malam. Pagi yang cerah, di rumah keluarga Adhimanggala.

Di dapur yang menyatu dengan ruang makan terlihat seorang wanita paruh baya sedang sibuk menyiapkan masakan. Sedang di salah satu kursi ruang makan seorang pria menyesap teh hangatnya. Nampak menikmatinya.

Seorang pemuda berlari menuju ruang makan, "Pagi Ma, Pa!" sapanya sambil menarik salah satu kursi, ia tersenyum lebar.

Azalea, Mamanya itu ikut tersenyum membalasnya, "Pagi ju—"

"Kak Aaron curi start! Curang!" suara itu menggema di ruang makan, terlihat seorang pemuda datang dengan menghentak-hentakkan kakinya, dan pipi yang menggembung lucu.

Aaron tertawa pelan, ia mengacak rambut adiknya gemas. "Kamu kelamaan sih!"

"Jangan diacak-acak!" Aarav mendelik kesal. "Ma! Bekal hari ini nasi goreng kan?" tebak Aarav.

"Iya," Mama menaruh dua kotak bekal di meja. "Jangan lupa dihabiskan ya."

"Baik Ma!" Aarav meraih kotak bekal tersebut. "Nih, punya Kakak!"

"Kami berangkat dulu Ma, Pa!" pamit mereka berdua.

Mama mengangguk, "Iya, hati-hati di jalan! Aaron jaga Aarav ya!"

"Siap Ma!" Aaron mengacungkan jempolnya.

~

Sekolah masih sepi karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Hanya murid-murid kelas A yang sudah lengkap anggotanya, karena di sekolah ini kelas A memiliki kelas tambahan di pagi hari. Yah, jangan lupakan juga tugas yang bertumpuk jika kamu berada di kelas A. Istimewa bukan?

Ezra melambaikan tangannya tinggi-tinggi saat radarnya menangkap sinyal dari Aaron, "Pagi Bos!"

"Yo!" balas Aaron singkat.

"Udah ngerjain Kimia?" tanya Ezra, basa-basi.

"Udah," balas Aaroon tak acuh.

"Jadi gini Bos demi kesejahteraan bersama. "Ezra menepuk pundak Aaron. "Please! Aku nyontek! Ya? Boleh ya? Kan? Ya?" Ezra menatap Aaron penuh harap.

Gio yang mendengarnya bersedekap. "Kebiasaan itu mah."

Cakra mengangguk setuju. "Udah, nggak usah dikasih."

Ezra mendelik kesal. "Kalian jahat banget sih jadi temen!"

Gio dan Cakra saling tatap. "Hah? Temen? Siapa?" ucap mereka bersama.

"Aaroonn, lihat tuh mereka! Nakal!" adu Ezra pada Aaroon.

Aaron tersenyum kaku.

"Tugas Kimia yang lima soal itu bukan?" tanya Aarav tiba-tiba.

"Emmm," Ezra mengetuk-ngetuk kepalanya, berfikir, "Ah, iya!" Ezra mengangguk mantap.

Aarav mengambil bukunya dari tas, "Aku masih punya coretannya, mau?" tawar Aarav.

Ezra mengangangguk cepat, "Mau! Makasih Aarav! Cuma kamu yang baik, ngga kayak mereka!" ucap Ezra dengan raut wajah bahagia.

"Buang ke sungai boleh?" tanya Gio dingin. Mulai kesal dengan sikap Ezra.

Cakra mengangguk. "Boleh banget, di buang ke laut malah lebih boleh."

"Kedengaran tau!" Ezra mendelik.

Gio menggelengkan kepalanya. "Rav, ayo ke kelas, sebentar lagi mulai." Gio melangkahkan kaki meninggalkan mereka, disusul Cakra.

Aarav mengangguk. "Aku duluan ya kak!"

Aaroon mengangguk.

"Kok mereka bisa ya rajin gitu?" celetuk Ezra, ekor matanya masih menatap kepergian tiga temannya, "Bikin insecure."

Aaron melirik Ezra yang masih sibuk menatap lorong. "Ya jangan dibandingin sama kamu. Boro-boro ikut kelas tambahan sama dapet tugas bejibun, tugas dari minggu kemaren aja ngga kelar-kelar." sindir Aaron.

"Kok sakit, ya?" Ezra memegang dadanya dramatis. "Kamu kalau nyindir kok lebih sadis dari mereka, sih?"

Aaron menaikkan salah satu alisnya, "Baru tau?"

"Ya ngga si...." Ezra merangkul bahu Aaron akrab. "Udah ayo ke kelas, kamu pasti belum sarapan kan?"

Aaron menatap Ezra heran. "Tau darimana?"

"Emang kamu pernah sarapan kalau ikut Aarav berangkat pagi?" Ezra balik bertanya.

"Iya juga ya. Ya udah, ayo ke—"

"Baa!" Frey tiba-tiba muncul di hadapan mereka, "Kok nggak kaget sih?" tanya Frey kesal.

"Gimana mau kaget! Orang kamu setiap hari selasa sama kamis selalu ikut-ikutan datang pagi terus ngagetin kita kayak gitu!" Ezra mendelik kesal.

"Ya, tapikan ...." Frey menunduk, ia memainkan jarinya. "Aaron belum sarapan, 'kan? Sarapan bareng di taman, yuk!" ajak Frey. "Ezra ngga boleh ikut." Frey melirik Ezra tajam.

Ezra mengedikkan bahunya tak acuh. "Aku juga ogah walau diajak."

Aaron menatap Ezra dan Frey bergantian, "Tapi—"

"Ayo!" Frey menarik tangan Aaron, sedikit memaksa. Membuat Aaron hanya bisa pasrah entah akan dibawa kemana

Ezra kembali menatap kedua temannya dari belakang, bedanya sekarang ia ditinggalkan seorang diri. Ia mengelus dadanya. "Haah ..., nggak papa. Dunia ini memang kejam. Diriku mohon bersabar."

Ezra menatap buku Aarav. "Yah, itu merupakan bentuk kepedulian kepada teman yang belum mengerjakan tugas." ucap Ezra dengan senyum terpaksa di wajahnya.

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Maaf kalau masih banyak kesalahan dalam kalimat maupun tanda bacanya.

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang