10. Keluarga

295 79 14
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

SELAMAT MEMBACA KISAH HABI❤

HAIBA DAN BILLAL.

SEBELUM MEMBACA JAWABLAH TERLEBIH DAHULU

SUDAHKAN KALIAN TERSENYUM HARI INI?

_____

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته، … والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم”

Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya … Seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang (perbuatan) mereka“.

Cinta sejati yang abadi

Seorang kepala keluarga yang benar-benar mencintai dan menyayangi istri dan anak-anaknya hendaknya menyadari bahwa cinta dan kasih sayang sejati terhadap mereka tidak diwujudkan dengan hanya mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi yang lebih penting dari semua itu pemenuhan kebutuhan rohani mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang bersumber dari petunjuk al-Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

_____

Haiba membuka lemari bajunya sambil memakan cemilan yang ia beli di toko Umi Del. Tulisan Umi Del itu tertera pada emoticon smile di bagian bibirnya, sehingga tulisan itu lah yang menjadi bibir. Kata Delisa, ia sengaja menyimpan nama di bagian bibir, karena Delisa ingin orang lain tersenyum karena dirinya. Namun sang suami malah menjahilinya dengan bertanya 'Mereka mau senyum gimana kalo cemilan umi aja malah bikin mereka kepedesan.' Dan Delisa menjawab 'Pecinta pedes pasti senyum karena suka sama cemilan yang umi buat!'.

Haiba mengulurkan lengannya untuk mengambil baju tidur, namun ia urungkan. Dahinya mengernyit heran saat ia menyadari sesuatu yang biasa ada di sana sekarang tidak ada. Dengan segera, Haiba keluar dari kamarnya dan menghampiri ayahnya yang sedang berada di kamar.

Ia mengetuk pintu dengan keras. Tidak peduli jika ia akan dikatai anak tidak sopan. Karena itu sudah biasa.

Syahir membuka pintu dengan wajah penuh amarah. "Gak bisa sopan dikit sama orang tua, hah?!"

Haiba menatap ayahnya dengan tajam. "Kemanain Al-Qur'an yang aku simpen di lemari baju?!"

"Buang."

Satu kata, namun membuat Haiba menggeram kesal. "Dibuang? Untuk yang ke sekian kalinya?! AYAH PUNYA HATI GAK SIH?!"

Syahir menatap kedua tangan anaknya yang sudah mengepal. Jari telunjuknya mengacung ke wajah anaknya. "Udah berapa kali ayah bilang, jangan simpan benda seperti itu di rumah ini! Kamu mau, apa yang ayah lakuin ke mama kamu, ayah lakuin juga ke kamu?!"

Haiba terkekeh sinis, namun matanya sudah berkaca-kaca, bukan karena ayahnya yang selalu berperilaku kasar kepadanya. Tapi, Haiba memikirkan Al-Qur'an yang suci itu sekarang di mana. "Kenapa gak dari dulu aja aku dibuang kaya mama? Kenapa baru kepikiran sekarang? Lagian, hidup sama ayah itu, udah kaya hidup sama iblis!"

Mengukir Wajah BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang