17. Toleransi

282 75 6
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

SELAMAT MEMBACA KISAH HABI❤

HAIBA DAN BILLAL.

SEBELUM MEMBACA JAWABLAH TERLEBIH DAHULU

SUDAHKAN KALIAN TERSENYUM HARI INI?
_____

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Untukmu agamamu dan untukku
agamaku”

_____

Sudah menjadi kodrat manusia jika selama hidupnya 'banyak mau'. Seperti dalam kisah ini, Billal yang menginginkan Haiba tersenyum, dan Haiba yang menginginkan Billal menatapnya.

Saat ini Haiba tengah bersandar pada loker yang tak jauh dari Billal dan sahabat-sahabatnya berada. Mereka sedang menyimpan pakaian muslim di loker selepas shalat Jum'at sambil bersenda gurau. Haiba memperhatikan Billal yang terang-terangan menatap sahabatnya sambil sesekali melempar tawa.

Samar-samar Haiba mendengar mereka membahas tentang kemping di hari esok. Haiba jadi teringat, jika akhir-akhir ini Billal semakin menghindarinya. Bahkan ketika ia mengajak berbicara pun, Billal lebih irit menjawab.

Haiba menghampiri mereka lalu berkata, "Gue ikut!"

"Ikut kemping maksudnya?" tanya Ezar dan diangguki oleh Haiba.

Asyam menepuk bahu Billal. "Mantep! Ikut aja, Haiba. Cewek yang ikut banyak kok. Besok kita ketemuan di toko Sincerity. Lo tau gak? Kalo enggak, biar Billal jemput."

Billal mendengus mendengarnya, ia mengucapkan salam lalu meninggalkan mereka dengan tatapan kebingungan.

"Wa'alaikumussalam."

"Billal kenapa ya?" gumam Zayyid.

Haiba langsung mengikuti langkah Billal yang ringan. Sambil berjalan, otaknya terus berpikir mencari obrolan apa yang bisa membuat Billal menjawab panjang lebar.

"Billal!"

Billal tetap berjalan. Ia merasa, semakin ia menjaga jarak dari Haiba, maka ujiannya semakin besar. Yang biasanya Haiba tidak peduli padanya, kini perempuan itu selalu memperhatikannya atau bahkan mendekatinya.

"BILLAL!!!"

Akhirnya, Billal memutuskan untuk berhenti tanpa menoleh ke belakang. "Kenapa?"

Haiba melangkah mendekati Billal, lalu berkata, "Ajarin gue ngaji."

Billal mengerjapkan kedua matanya. Haiba sedang minta tolong kan? Sebagai manusia ia harus menolong bukan? Apalagi ini untuk kebaikan.

"Kalo lo gak mau, gue mau belajar ngaji sama Umi Del atau Kak Ulya, di rumah lo," tambahnya.

"Jangan!" Billal menjawab cepat.

"Kenapa?"

"Lo belajar bareng Divya, di sekolah. Biar lo gak usah jauh-jauh ke rumah gue." Billal bernapas lega karena alasan yang keluar dari mulutnya cukup logis.

"Divya?" Haiba membeo. "Gue gak kenal."

"Perempuan yang ajarin lo wudhu."

Haiba melongo, niatnya kan bukan itu. "Gue gak mau! Gue mau di rumah lo, mau jauh kek, mau deket, intinya gue mau di rumah lo!"

"Sama Divya." Setelah mengucapkan itu Billal segera menjauhi Haiba, sampai-sampai ia lupa untuk mengucapkan salam karena ia takut jika ia tidak bisa menepati janji kepada abinya, tentu saja kepada Allah SWT juga. Terlebih jika Ghifar melihat, maka sudah ia pastikan laki-laki itu akan melaporkan kepada abinya.

Mengukir Wajah BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang