41. Exploded

218 12 13
                                    

Bagian 41 ; Jika tidak sanggup menampung beban-beban itu, dengan melepaskan mungkin adalah solusi terbaik.




Sherin menatap Ari gusar karena reaksi Ari yang tidak menunjukkan kegembiraan sama sekali. Disaat dirinya sangat bahagia Ari hanya terpaku membisu. Niatnya semakin bulat untuk merebut kembali apa yang sedari awal memang miliknya. Sudah cukup Sherin merasakan penyesalan karena terlalu santai saat mereka berpacaran dahulu. Sherin yang sejak SMA dulu selalu sibuk dengan kegiatan OSIS atau yang lainnya, membuat dirinya mengabaikan Ari. Kali ini, Ari harus jadi miliknya!

"Ri, kenapa diem aja? Tunjukkin dong kalo kamu seneng bukannya malah diem aja!" Teriak Sherin.

Ari pun seketika tersadar dan memasang senyuman manisnya yang ia paksakan. Sangat disayangkan, Sherin harus hamil anaknya. Ini salahnya karena terlalu asyik menikmati perannya. Bayi itu, bukan kesalahan. Ari tidak bisa membiarkan bayi itu terluka atau bahkan hilang karena perbuatannya. Untuk sementara ini yang ada di pikirannya hanyalah memerhatikan segala keinginan Sherin demi bayinya. Ya, hanya itu yang ada dipikirannya.

"Kenapa bisa hamil?" Tanya Ari dengan wajah datarnya. Sherin yang mendengar itu seketika geram karena Ari seolah tak pernah melakukan kesalahan.

"Kamu tanya kenapa bisa hamil? Sadar gak sih Ri pertanyaan kamu ini gak wajar? Kita udah sering ketemuan, dan setiap ketemuan selalu diakhiri dengan hal yang sama, kamu bahkan rela ninggalin Citra, berbohong apapun cuma demi ketemu aku! Jangan bersikap seolah kamu dijebak sama aku padahal kamu sendiri begitu menikmati permainan kita!"

"Kamu bukan cewek polos yang gak tahu cara nyegah kehamilan Rin! Kalo kamu sadar itu harusnya kamu mempersiapkan segalanya dari awal! Kalo begini kamu cuma buat hidup aku tambah rumit!! Sekarang aku harus apa ngadepin Citra?!" Bentak Ari.

Sherin tersenyum miring. Senyumannya menunjukkan bahwa ia bahagia menyaksikan Ari kebingungan.

"Jangan tanya harus apa! Hal yang selanjutnya harus kamu lakuin cuma jujur ke Citra dan putuskan hubungan kalian! Aku gak salah kan mengambil kembali hal yang sejak awal itu milikku?! Kamu itu punya aku Ari!! Cuma karena aku sebentar tinggalin kamu, kamu bebas cari pengganti aku!! Kamu lupa dulu siapa yang sampe mohon-mohon ke aku buat jadi pacar kamu!? Bukan aku yang suka kamu duluan! Bukan aku yang nyatain perasaan duluan! Bukan aku yang bucin ke kamu! Tapi kamu Ri!! Terus aku hamil gini salah aku!? Kamu definisi cowok jahanam sesungguhnya!!"

Ari mengurut pelan area sekitar dahinya. Kepalanya terasa berdenyut karena suara nyaring Sherin. Ya, Sherin bukan satu-satunya orang yang bisa disalahkan. Semua berawal karena dirinya yang terhanyut oleh sikap Sherin. Berkali-kali Ari memaki dirinya sendiri yang tak pernah belajar dari kesalahan. Hal yang sama terus terulang kembali dan kembali. Kali ini apa ia bisa mempertahankan Citra agar tetap disisinya? Hanya karena wujud calon bayi bisa menghancurkan segalanya. Pemegang kesalahan tertinggi jatuh padanya.

"Andai kamu gak dateng lagi ke hidup aku, aku gak akan ada dalam posisi ini! Sekarang mau gimana?! Kamu tentu seneng kan sekarang hamil?!. Terserah kamulah! Initinya jangan berharap lebih sama aku! Ada atau nggak adanya bayi itu, gak akan membuat aku ngelepas Citra!!" Omel Ari.

"Aku gak akan ngelepasin kamu Ri! Hak kamu mau mempertahankan Citra apa nggak tapi saat Citra tahu ini, apa dia yakin mau nerima kamu lagi? Jangan egois Ri, kamu tidak bisa memilih Citra disaat keadaan aku yang kaya gini! Mama papa aku udah tau kalo aku hamil, besok mereka bakal balik ke Indo. Aku juga udah bilang kalo kamu adalah ayahnya! Selanjutnya, kamu bisa menebak sendiri kan apa reaksi mama papa aku?"

Ari semakin mengeratkan kepalan tangannya. Sejak awal Sherin sudah merencanakan semuanya. Posisinya semakin rumit. Sementara itu, Sherin semakin melebarkan senyumannya. Dalam hati Sherin bertekad untuk tetap maju agar bisa mendapatkan Ari.

Never Change [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang