33. Ini (Belum) Waktunya!

188 9 2
                                    

Bagian 33 : Aku jamin kamu memang yang terakhir buatku! -Ari Angkasa-





Ari melajukan mobilnya seperti orang kesetanan. Tujuannya saat ini untuk mengikuti Citra yang dibawa oleh Farel. Demi apapun itu Ari tak peduli sama sekali bila Farel itu kakaknya Citra. Miliknya tak ada yang boleh merebutnya siapapun itu!. Ari semakin mempercepat lajunya. Keringatnya mulai mengalir dikeningnya sementara bulir bulir air mata juga mulai menetes dikedua matanya.

Akhirnya Ari berhasil menghadang mobil Farel. Ari pun langsung keluar dari mobilnya dan menarik pintu penumpang dibelakang. Citra yang terkejut dengan keberadaan Ari tak bisa mengelak saat tangannya ditarik paksa oleh Ari. Ari mencengkeram keras tangan Citra hingga Citra meringis kesakitan.

"Kamu mau lari dari aku Cit!? Gak bisa! aku gak bisa biarin kamu lari dari aku!! tetap sama aku ya Cit kamu paling tau aku gak bisa jauh dari kamu!!" Ucap Ari lantang. Matanya menatap gelisah pada Citra.

"Ri aku gak bisa" Ucap Citra pelan.

"Kamu tega ninggalin aku? aku janji gak akan kecewain kamu lagi Cit"

Citra hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Jangan harap kamu bisa lari dari aku ya Citra!! Harusnya kamu tau kalo aku paling gak bisa dilawan jadi jangan buat aku hilang kendali atau kamu tau akibatnya!!" Teriak Ari sembari menodongkan pistol kearah Farel.

Melihat hal itu, Citra melotot dan berusaha menghentikan Ari. Sementara Farel tetap maju untuk meraih kembali Citra adiknya tak peduli meski ditodongi pistol oleh Ari. Jihan yang melihat itu panik dan mengutak atik handphonenya. Sialnya kesabaran Ari sudah habis hingga Ari menembakkan pistolnya kearah Jihan dan dalam sekali sentakan Jihan ambruk.

Peluru yang ditembakkan Ari mengenai bahu kanannya dan membuat Jihan lemas. Rasa sakit yang dialami Jihan membuat Jihan tak kuat lagi untuk tetap membuka matanya. Memang hanya bahunya yang kena namun ini tetap luar biasa sakit.

"ARIIII!!" Citra histeris seketika melihat keadaan temannya jadi sasaran empuk Ari. Saat berusaha menghampiri Jihan yang sudah terkapar.

"See? aku gak pernah main-main dengan ucapanku! kamu mau liat Jihan lebih parah dari ini silahkan saja kamu lari bareng Farel setelah itu jangan harap kamu bisa melihat Jihan bernyawa begitupula aku! Kamu mau pisah dari aku kan? pistol ini juga akan menghabisi nyawaku juga!" Ujar Ari yang mengarahkan pistolnya disamping kepalanya.

Situasi ini membuat Citra dan Farel kelimpungan. Amarah Ari sulit diredam membuat Citra harus memutar otak begitupula Farel. Lebih sial lagi Farel ke Bandung tanpa pengawalnya membuat Farel otomatis mau tak mau harus menelepon orang suruhannya terlebih dahulu namun itu akan memakan waktu.

"Ri gue minta tolong ama lo jangan kaya gini Ri! lo bahayain nyawa orang Ri! hentikan Ri gue mohon" Ucap Farel dengan nada pelan berharap Ari akan lebih lunak lagi.

"Permintaan lo gak ada gunanya!! kalo dengan ini bisa buat Citra gak pergi dari gue, kenapa gue harus berhenti!?" Bentak Ari.

"Lo gak bisa maksain kehendak lo kaya gini Ri!! Citra adek gue dan lo gak bisa paksa Citra sesuka lo!! udah cukup lo siksa adek gue Ri!!"

"Gue udah bilang kalo gue udah berubah!! Kenapa lo gak percaya kalo cinta gue tulus sama Citra!? Gue gak bisa Ri hidup tanpa dia gue memang brengsek Rel, gue memang gak tau diri tapi gue beneran sayang sama Citra"

"Lo tau Ri sampe kapanpun gue gak akan relain adek gue untuk lo Ri!! lo harus belajar ikhlas!!"

"Lo mau sampe kapan bacot ama gue!? gue nembak Jihan sekali doang loh dan lo gak mau lihat kalo darahnya Jihan ngucur terus? Lo mau biarin anak orang mati kehabisan darah?" Ucapan Ari telak membuat Farel sadar bila kondisi Jihan lebih penting dan harus segera dibawa ke rumah sakit.

Never Change [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang