43. Dunia yang berbeda

178 10 2
                                    

Bagian 43 : Yang udah berlalu biarkan aja berlalu saat ini fokus utamaku hanyalah meraih mimpiku dan menikmati hidupku. -Citra Nadya-






Ari bergegas pergi ke bandara tepat setelah mendengar kabar dari anak buahnya kalau Citra berangkat ke Auckland. Namun sesampainya disana, Ari sudah tak melihat tanda-tanda adanya Citra dan rombongannya. Ia sudah telat. Citra mungkin saja sudah menaiki pesawatnya. Berkali-kali Ari mencoba menelepon Citra, namun tak ada jawaban. Handphone Citra tidak aktif. Seluruh tubuh Ari lemas seketika. Mengetahui orang yang disayanginya pergi meninggalkannya.

Bunyi dering telepon mengalihkan pikiran Ari. Ari pun merogoh kantong jaketnya dan termenung menatap nama yang tertera dilayar handphonenya. Farel. Dengan gemetar, Ari mengangkat panggilan telepon itu.

"Mulai sekarang Lo harus bisa lepasin Citra. Biarin Citra mencoba menemukan kebahagiaannya. Lo, harus sadar diri buat gak mengacau dihidup Citra lagi" Ucap Farel.

"Rel, Rel kasi tau gue alamat Citra disana Rel gue mohon.. gue mohon banget Rel.. gue harus ketemu Citra Rel" Isak tangis Ari semakin deras.

"Dan ngebuat adek gue sengsara lagi? No, Ri. Tugas Lo ngejaga adek gue udah selesai. Sekarang bukan lagi Citra yang harus lu pikirkan melainkan Sherin dan anak Lo. Belajarlah mencintai Sherin Rel. Citra, udah mengikhlaskan Lo bersama dengan wanita pilihan Lo Ri" Balas Farel.

"Gak Rel. Gue cuma mau Citra cuma Citra! Tolong Rel, kasih tau gue alamatnya, gue akan langsung nyusulin dia Rel. Gue tau gue udah jahat dan brengsek banget sama Citra, tapi.. gue pengen minta maaf Rel sama dia."

"Citra udah maafin Lo kok Rel. Adek gue bukan orang yang pendendam. Sebesar appun kesalahan Lo, dia tetep mampu memaafkan Lo. Sebelum berangkat Citra titip surat ke gue buat Lo." Jelas Farel.

"Gue ketempat Lo langsung Rel! Tunggu gue ya"

Klik. Setelah panggilan terputus, Ari buru-buru keluar dari bandara dan mengendarai mobilnya menuju Mnsion Farel.

Tak butuh waktu lama, Ari tiba di mansion Farel dan seketika itu juga, Farel lngsung menyodorkan selembar amplop putih pada Ari. Disaat itu juga, Ari membuka amplop itu dan mulai membacanya. Tulisan tangan ini, Ari hafal betul bentuk tulisan ini. Tulisan dari gadis yang udah menemaninya sejak kecil. Tulisan dari gadis kesayangannya yang sudah ia sakiti berulang kali.

Dear Ari.

Sejak dulu aku selalu bersyukur bisa kenal kamu. Ari Angkasa, itu nama sahabat pertamaku. Kita banyak menghabiskan waktu bersama-sama, kamu selalu jaga aku dari apapun yang bahaya, kamu selalu ada buat aku. Aku bersyukur banget bisa merasakan itu semua. Lambat laun, kita beranjak remaja banyak pengalaman menyenangkan dan juga menyedihkan yang pernah kita rasakan.
Ari, aku bahagia bisa menjadi teman kamu, aku senang bisa kenal kamu, dan aku bahagia bisa mempunyai pacar seperti kamu. Tetapi, kini situasinya sudah beda. Aku gak pernah marah dan benci Ri sejak dulu meski kamu khianati aku berulang kali. Tapi, pada akhirnya aku sampai pada titik putus asaku. Aku menyerah Ri. Aku memilih melepaskan kamu. Ari, terimakasih pernah mengisi hari-hari burukku dengan tawa dan berbagai hal menyenangkan darimu. Kini, izinkan aku menggapai mimpi-mimpiku ya.. sebagai gantinya, aku lepaskan kamu buat dia. Jangan jatuh ke lubang yang sama lgi ya Ari, dengan siapapun kamu nantinya.

Salam

Citra Nadya

Tangis Ari semakin tak terkendali setelah membaca surat itu. Pukulan keras seakan menghantam tepat dijantumgnya. Beribu maaf pun tak akan bisa merubah keadaan ya g sudah hancur. Kini hanya rasa penyesalan lah yang dapat Ari rasakan. Sejak kecil, Citra selalu sabar menghadapi segala temperamen buruknya namun yang dilakukan Ari malahan sebaliknya. Harapan untuk bisa kembali bersama Citra rasanya sangat mustahil. Ia sadar betul, dirinya sudah tak layak mendapatkan sayang dari Citra. Citra, pantas mendapatkan yang lebih baik dari dirinya.

Never Change [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang