Bandara (50)

1.6K 160 4
                                    


"Lang, mau sampe kapan lo marah sama Digo? Kemarin-kemarin okelah kita coba pahamin lo, mungkin lo kecewa gitu, tapi kalau selama ini, ini bukan lagi kecewa, melainkan egois," celetuk Alvin sedikit meninggikan suaranya.

Tukk Tukk Tukk

Galang sama sekali tidak menggubris. Yang dia lakukan cuma memantulkan bola tenis di tangannya ke dinding.

Melihat ketidakpedulian Galang, Alvin menghela nafas lelah.

"Kemarin gue lihat Digo keluar dari kantor guru,"

Tukk Tukk Tukk

Galang masih berpura-pura tuli dan tidak mendengarkan.

"Sepertinya dia mau pindah sekolah," lanjut Alvin yang membuat bola Galang berhenti memantul seketika.

Galang melirik Alvin seolah meminta penjelasan lebih.

"Elvan yang ngasih tau gue," balas Alvin lagi.

Galang hendak bangkit, tapi dia kembali duduk.

Alvin yang melihat tingkah Galang pun bertanya keheranan.

"Kenapa nggak langsung samperin Digo?"

Sekali lagi, Galang melirik Alvin. Setelah itu, dia pun bangkit dan berlari menjauh dari sana.

Galang sudah pernah kehilangan teman, karena kecerobohannya. Dia tidak ingin hal itu terjadi lagi.

°°°°

Nafas Galang tersengal-sengal begitu dia sampai di depan kelas Digo. Menetralkan deru nafas nya dia bersandar di dinding kelas unggulan tersebut.

Nina yang baru keluar dari kelasnya lansung terkejut melihat kedatangan Galang yang tiba-tiba. Ada keperluan apa?

"Lang," panggil Nina agak nge-lag.

Merasa di panggil, Galang melirik Nina tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mereka saling beradu tatap, dengan pemikiran masing-masing. Sampai itu semua terhenti dengan kehadiran Elvan yang nongol dari belakang Nina.

Berbeda dari Nina, Elvan cukup bisa menebak kedatangan Galang. Terang saja, dia langsung memberi tahu Galang tentang Digo.

"Hari ini dia nggak masuk, pergi ke bandara," ucap Elvan seraya sengaja memperjelas kata akhirnya.

Pupil mata Galang membesar mendengar berita itu. Berbagai pikiran buruk lansung tersirat di otaknya. Apakah dia terlambat? Tanpa berkata sepatah katapun, Galang kembali berlari pergi dari sana. Tentu saja, tujuannya sudah jelas. Bolos, dan pergi menyusul Digo. Semoga saja dia tidak terlambat.

Diam-diam Elvan tersenyum kecil melihat tingkah Galang sebelum teralihkan oleh Nina di sampingnya yang masih mengerjabkan matanya keheranan.

"Itu ... Galang?" Gumamnya pelan.

Merasa gemas dengan tingkah Nina, spontan Elvan menyentil dahi Nina yang membuat sang empunya mengaduh sakit.

"Elvan!!" pekik Nina geram dan dibalas cengiran tengil dari Elvan.

"Habis, liat orang gitu amat,"

°°°°°

Baju putih dan celana abu-abu Galang, cukup mencolok dari sekian banyaknya warna-warna lainnya. Tidak menghiraukan tatapan-tatapan aneh di sekitarnya, Galang lebih sibuk menyapukan pandangannya ke segala penjuru tempat yang luas itu.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang