Luka (21)

2.4K 236 44
                                    


{~Hidup di keluarga ini bagaikan menggenggam setangkai mawar. Begitu indah dan sangat pas di genggaman. Tapi sayangnya yang aku genggam adalah durinya~}
.
.
.

"Lo kenapa?" Tanya khawatir sesosok pria yang sedang berbaring manis di kasurnya.

Pria yang baru masuk dengan nampan di tangannya tidak menjawab apapun. Dia diam, dan terus melangkah mendekat ke pria yang sama persis dengan dirinya, hanya saja yang membedakannya hanyalah warna rambut saudaranya yang berwarna kecoklatan.

"Makan," titahnya.

Elvan sama sekali tidak menggubris perintah Alvin. Dia masih setia memandangi wajah Alvin yang lebam-lebam keunguan. Seingatnya Alvin bukan tipekal orang yang bisa baku hantam. Lantas darimana dia mendapatkan luka itu.

"Wajah lo kenapa?" Ulangnya lagi.

Alvin mendengus malas, "makan dulu baru gue cerita. Sekalian nanti pas ganti perban lo," jawab Alvin seraya menyodorkan piring menyuruh Elvan makan.

Elvan menolak piring itu agar menjauh, "nggak selera," tolaknya lembut.

"Yakin?"

"Hm."

"Yaudah, gue nggak akan cerita apapun," putus Alvin sontak membuat Elvan bangkit dari kasur nyamannya.

"Nggak boleh gitu dong Al,"

"Kenapa? Hm?"

"Aish, nggak asik lo. Sini," aku Elvan menyerah.

Alvin tersenyum penuh kemenangan. Apalagi saat melihat Elvan memakan makanannya cepat meski begitu terpaksa.

"Udah," Ujar Elvan seraya kembali menyodorkan piring nya yang sudah kosong melompong.

"Nih," Alvin mengambil piring itu dan menyuruh Elvan minum. Dua kembara itu memang sangat akur.

"Cepetan cerita," tuntut Elvan.

Tidak langsung menjawab, Alvin malah mengambil kaki kirinya Elvan dan diletakkan di pahanya. Dengan telaten dia mulai membuka perban yang di balut di kaki saudaranya.

"Al," panggil Elvan masih menuntut jawaban.

"Iya, iya. Tadi pas pulang sekolah ada bapak-bapak preman nyerang gue. Dia ngira gue adalah orang lain yang punya masalah dengannya," jelas Alvin mulai mengarang cerita. Alvin tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya, karena dia cukup tahu bagaimana hubungan Elvan dan Digo.

"Bohong lo,"

"Beneran El,"

"Emang ... Kok bisa salah sih!?"

"Hmm itu karena dia nggak kenal secara langsung. Cuma tahu ciri-cirinya,"

"Gimana?"

"Ganteng,"

"Emang lo ganteng?"

"Iya,"

"Ngarep!"

"Eh, lo kalau mau ngehina gue, sama aja kayak ngehina diri sendiri, kan wajah kita sama. Dasar bege!!"

"Ck, yang serius dong Al. Gue lagi nggak mood ngajakin lo baku hantam. Cepetan kasih tahu gue cerita yang sebenarnya," tuntut Elvan jengah.

"Serius kok, jadi ceritanya anaknya hamil. Dan bapaknya nyari pelaku yang hamilin anak perempuannya. Eh, ternyata bapaknya salah orang. Dia malah ngira gue pelakunya. Yakali pelakunya cowok cupu kayak gue, gila tu bapak," jawab Alvin terkekeh. Alvin sudah selesai mengganti perbannya Elvan.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang