MIMPI BURUK (3)

3.6K 351 29
                                    

{~Beda ya?~}
.
.
.

"

Dimana ini?"

Gumam Alvin seraya memperhatikan sekitarnya.

Dia tertegun melihat sekelilingnya, bukan pemandangan yang indah, mengerikan maupun penuh kejutan. Dihadapannya hanya ada ruangan besar nan luas yang kosong dan sangat hampa. Ruangan berbentuk persegi empat bernuansa putih tulang.

"ini dimana ya?"

Alvin melangkah pelan di ruang tersebut. Dia mendongak menatap langit langit ruangan ini.Putih. Hanya itu yang bisa dia katakan.

kemudian dia menatap lantai yang dia pijak, keramik putih juga.

Bingung? Mungkin hanya itu yang bisa Alvin deskripsi kan dari perasaan nya.

"Alvin harus kemana?" Tanyanya pada diri sendiri.

Tanpa aba-aba apapun, mendadak ruangan yang tadinya terang dalam sekejap telah menjadi gelap gulita. Alvin takut kegelapan. Dia butuh sedikit cahaya apapun itu untuk bisa bernafas. Pengap. Alvin memang terbiasa tidur dengan mematikan lampu, namun dia tidak sekalipun lupa untuk menghidupkan lampu tidur di samping ranjangnya.

"Ha-hah! Ayah. Hah! Mama! Tolongin Alvin" teriak nya sesak dengan suara yang tersisa.

Apa ayah dan Mama akan menolong Alvin?

Alvin hampir kehabisan nafasnya. Dia sekarat. Alvin terjatuh, dia berusaha bangkit, sebelah tangannya memegang dada nya yang begitu sakit dan sebelahnya lagi menopang tubuhnya yang hampir roboh. Belum sempat dia bangkit Alvin kembali jatuh. Alvin tak lagi punya tenaga untuk bangkit. Akhirnya dia memilih berbaring di lantai dengan kondisi setengah sadar. Mata nya menatap langit langit ruangan gelap itu.

Lalu tiba-tiba, entah darimana terlihat cahaya dari langit langit ruangan tersebut. Bukan cahaya, lebih tepatnya sekelebat kenangan Alvin bersama orangtuanya setahun silam.

"~Ayah pulang~"

"yeeyy, Ayah pulang."

"Ayah,Ayah. mobilan yang Alvin pesan ada nggak?"

"Ada dong"

"Taraaaa. nih mobilan buat jagoan ayah."

"Woahh, Bagus banget yah, Besal lagi,"

"Hahaha, kecupan buat Ayah mana nih."

"Cup. Alvin sayaanngggg banget sama Ayah"

"iya, Ayah juga sayangggg banget sama Alvin,"

Alvin tersenyum lega, berkat pemandangan di hadapannya ini, iya jadi bisa kembali bernafas dengan normal.

"Alvin sayang ayah" gumamnya dengan mata yang masih menuju pada kenangan yang sedang memutar bak sebuah film.

"Alvin sayang, bangun nak. Mama sudah masakin makanan kesukaan kamu nih."

"Beneran ma?"

"Iya sayang, yok kita keruang makan. kasian Ayah capek nungguin jagoan nya,"

"Ayok ma,"

"hahaha"

Alvin rindu saat saat itu. saat dimana orang tuanya bersikap hangat padanya.

"Ayah, Ayah, Alvin sayangggg banget sama Ayah. Ayah sayang ma Alvin nggak?"

"Hahaha. Gimana ya? yaaa tentu sayang lah sayang. Kamu kan jagoannya Ayah."

"beneran?"

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang