00:00 Wib (15)

2.3K 267 36
                                    

{~Kamu tidak perlu menyerah biarpun seribu alasan menerpamu. Tapi, kamu cukup bertahan dengan satu harapan dan jadikan pegangan mu~}
.
.
.

Raut gelisah terpancar jelas dari wajah Elvan yang asik mondar-mandir sedari tadi. Apalagi kalau bukan karena Alvin?

Berbeda dengan Shila yang sedang menceritakan kekesalannya tadi pada Stevano.

Tiba-tiba Elvan berhenti dari aktivitas gelisah nya, "Ma!! Alvin nggak salah Ma. Tadi itu Alvin cuma nolongin Elvan yang mau jatuh karena ulahnya Ijal yang sengaja menyandung kakinya Elvan!" Sela Elvan di tengah pembicaraan Shila yang jelas menyalahkan Alvin tanpa tau apa yang terjadi sebenarnya.

Shila memutar bola matanya malas, kenapa Elvan sangat senang membela Alvin!

Stevano mengeryit begitu mendengar penjelasan Elvan yang untungnya tidak di potong lagi oleh Shila.

"Ijal anak Pak Iyan? Tapi kenapa?" Tanya Stevano serius.

Elvan mengambil posisi duduk di samping ayahnya hendak memberi penjelasan, sedangkan Shila dia masih diam tidak menanggapi apapun yang dikatakan Elvan.

"Ijal itu nggak suka Elvan, nggak tahu juga kenapa. Tadi dia memang sengaja ingin mencelakai Elvan, untungnya Alvin lansung mendorong Elvan agar tidak jatuh ke meja Cake itu. Dan alhasil, malah Alvin yang jatuh ke sana," jelas Elvan pelan.

Stevano manggut-manggut saja mendengar penjelasan Elvan.

"Ayah nggak berniat jemput Alvin? Ini udah malam Yah, kan kasian Alvin" bujuk Elvan pada Ayahnya.

Stevano melirik ke arah Shila meminta jawaban, tapi Shila tetaplah Shila, manusia yang mempunyai amarah besar. Dia bahkan menatap tajam ke arah Stevano tanda bahwa keputusannya tadi tidak boleh di ganggu gugat.

"Mendingan Elvan tidur aja ya, Alvin nggak akan kenapa-kenapa kok," suruh Stevano pada Elvan.

Elvan lansung menggeleng mantap, "nggak mau, Elvan mau nungguin Alvin" kekehnya.

Stevano menghela nafas berat dan mengiyakannya saja.

Sudah hampir sejam waktu berlalu, tapi Alvin masih belum menunjukkan batang hidungnya. Harusnya Alvin sudah sampai. Stevano, Shila dan Elvan masih menunggu di ruang tamu. Kalau bukan untuk menemani Elvan yang kekeh ingin menunggu Alvin, mana sudi mereka disana.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan sosok Alvin yang sedang sibuk mengatur nafasnya. Elvan berlari menghampiri Alvin.

"Alvin nggak apa-apa kan?" Tanyanya khawatir.

Alvin menggeleng sebagai jawaban. Tak sengaja Elvan menatap luka Alvin yang sudah diobati. "Alvin lukanya udah di obati? Sama siapa?" Tanya Elvan penasaran.

"Tadi ... Sama teman Alvin."

"Siapa?"

Belum sempat Alvin menjawab, kalimat Shila kembali melukainya.

"Bagus!!! Pergi kemana lagi kamu! Udah dihukum, masih juga berani keluyuran!" Caci Shila yang masih duduk santai di sofanya.

Alvin menggigit bibir bawahnya bingung. Bagaimana Alvin harus menjelaskannya? Dan apa akan di percaya?

"Ta-tadi ..."

Belum sempat Alvin memberi jawaban, Shila lansung melenggang pergi dari sana dengan acuh. Tak lupa, dia juga ikut membawa Stevano bersamanya.

"Sayang ... Lansung tidur ya. Jangan keasikan ladenin anak nggak tahu diri itu!" Ujarnya pedas pada Elvan.

Lagi-lagi Alvin hanya bisa diam dengan terus menatap lantai itu. Shila telah pergi, begitu juga dengan Stevano. Elvan masih di sisinya dengan kondisi yang sama diamnya.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang