kirana? (9)

2.6K 267 32
                                    


{~Tidak ada perbandingan antara seorang anak dan anak lainnya. Karena mereka mempunyai pikiran dan hati masing-masing~}
.
.
.

Alvin melirik jam dindingnya. Sudah pukul 08:05 WIB. Alvin kesiangan.

Buru-buru Alvin turun dari ranjangnya. "Mandi ah, untung hari ini libur," ucapnya seraya melangkah ke kamar mandi.

Alvin telah usai dengan rutinitas paginya. Dia pergi ke balkon untuk menghirup udara segar. Namun begitu sampai, bukan udara segar yang menyambutnya, melainkan sesak.

Bagaimana tidak, di halaman belakang dia melihat Elvan dan juga Stevano yang sedang tertawa riang. Dengan pakaian traning dan segenggam botol di tangan masing-masing.

Pasti mereka habis olahraga pagi. Tapi kenapa Alvin nggak diajak?

Alvin tersenyum kecut, dia memilih kembali ke kamarnya daripada melihat orang yang bahagia namun tidak dengannya.

"Pagi Bi," sapa Alvin dengan riangnya begitu tiba di bawah.

"Eh, pagi Den,"

"Alvin kayaknya ngelewatin sarapan pagi deh. Tolong siapin ya Bi," ujar Alvin dan mengambil posisi duduk di salah satu kursi di meja makan.

Bi Iyem mengangguk dan mulai mengambil sarapannya Alvin. Tidak butuh waktu lama Bi Iyem kembali datang dengan mampan di tangannya.

"Maaf ya Den, cuma tinggal telur. Ayam goreng nya sudah habis," ujar Bi Iyem tidak enak.

Alvin tersenyum ramah, "nggak apa-apa kok Bi, Alvin apa aja suka."

"Memangnya tadi Den Alvin kenapa nggak sarapan bareng Tuan dan Nyonya?" Tanyanya heran.

"Hehe, Bi Iyem tadi kenapa nggak bangunin Alvin?" Tanya Alvin balik dengan nada bercanda.

Bi Iyem diam. Dia sebenarnya memang sengaja enggak bangunin Alvin berharap Shila yang membangunkannya. Namun ... Ternyata harapan nya nggak kesampaian.

"Maaf Den, Bibi lupa," jawabnya beralasan.

Alvin tersenyum, "enggak apa-apa Bi, mau ada Alvin ataupun enggak tetap saja sama. Yasudah Alvin mau makan dulu," balas Alvin setenang mungkin.

Bi Iyem mengangguk dan mulai melangkah pergi dari ruangan tersebut. Hatinya gelisah, seharusnya dia tidak usah melakukan hal itu. Seharusnya Alvin sudah makan. Seharusnya senyum palsu itu enggak harus keluar biarpun hanya saat ini. Dan seharusnya ... Ah sudahlah.

°°°°

Di ruangan depan terlihat dua wanita dewasa sedang bercengkrama dengan tenangnya. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Kir, gimana perkembangan Gilang di sekolahnya?" Tanya Shila pada Kirana. Mamanya Gilang.

Kirana meletakkan gelas berisi teh ke atas meja yang baru disesapi olehnya. "Ah, Gilang. Kata Buk Fani Gilang sudah ada perkembangan. Setidaknya dia tidak selambat dulu lagi. Mungkin saja ini berkat saya yang selalu ada di sampingnya menemani belajar," jawab Kirana dengan senyuman yang tidak pudar dari bibirnya.

Shila yang mendengar kabar gembira itu juga ikut tersenyum. "Kalau Alvin gimana? Saya tahu kok kalau Alvin dan Gilang lumayan lambat dalam pembelajaran," lanjutnya yang memudarkan senyuman di wajah Shila.

"Alvin? Ah, lebih baik kita bahas Elvan aja. Elvan kemarin juga baru saja memenangkan lomba melukis juara dua," Alihan pembicaraan Shila membanggakan putra bungsunya.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang