Gengsi (36)

1.7K 200 20
                                    

{~Jangan terlalu memandang jauh, karena terkadang yang kita cari sangatlah dekat~}
.
.
.

"Arsya, kamu udah makan sayang?"

"Arsya, nggak usah cuci baju, mending nemenin ibu jalan-jalan bentar. Itu titip aja sama Shila,"

"Arsya, jangan nyapu. Kamu kan punya penyakit asma. Biar Shila yang ngurusin. Mending kamu istirahat,"

"Kenapa saya nggak suka kamu? Sudah jelas kan? Itu karena ada Arsya yang lebih baik daripada kamu!"

"Arsya, kamu kenapa nangis? Lelaki itu ... Nolak kamu lagi? Ini pasti karena Shila! Dasar anak sialan,"

"Shila,"

Lamunan Shila buyar, begitu mendengar panggilan suaminya. Cuaca hari ini tidak begitu bagus. Hujan turun dengan deras. Wajar saja kalau nostalgia sedikit tentang masa lalu lebih terasa.

Stevano menghela nafasnya, "kamu pasti kepikiran acara makan malam kemarin, udah nggak usah dipikirin,"

Shila menatap Stevano dengan sendu, "aku benci mereka Mas. Mereka masih tidak berubah, mereka masih jahat. Kenapa kamu masih menyuruh aku buat bertahan?"

"Shila, sejahat apapun mereka, mereka itu tetap keluarga kamu,"

"Tapi ...,"

"Udah-udah nggak usah dipikirin,"

"Bukan itu!" Kali ini nada bicara Shilla sudah lebih tinggi.

"Lalu?"

"Kapan kamu mau jelasin?"

"Apanya?"

"Kantor kamu, dan juga ... Cindy,"

Akhirnya dengan berat hati Stevano menceritakan segala kesuh kesahnya, juga tentang kantornya.

Terang-terangan Stevano lansung menjelaskan, kalau alasan dia tidak bilang pada istrinya, adalah karena takut di tinggalkan. Berbeda dengan Stevano, sejak kecil Shila lahir di tengah keluarga kaya raya, bukan seperti Stevano yang lahir dari keluarga sederhana.

"Mas, kita itu mulai semuanya dari nol. Kamu nggak perlu ngerasa bersalah gitu, aku tau bagaimana kamu. Aku nggak akan pernah ninggalin kamu, hanya karena alasan seperti itu,"

Stevano bernafas lega mendengar tanggapan Shila.

"Kalau tentang Cindy?" Shila kembali bertanya.

"Oh dia sek-"

Kalimat Stevano terputus begitu mendengar suara pintu kamar yang di ketuk.

"Ma, ada tamu," panggil Alvin dari luar sana.

"Tanpa kamu ngasih tahu pun, saya juga sudah tahu," decih Shila dari dalam sana.

"Baiklah,"

Menghentikan pembicaraan mereka, Stevano dan Shila pun berangsur keluar. Dan taraaa, yang menyambut di kurst tamu adalah seorang wanita dengan dandanan menor, dan pakaian sexy yang hampir memperlihatkan seluruh pahanya.

"Siapa kamu?" tanya Shila dengan nada tidak suka.

Wanita itu sontak berdiri dari tempat duduknya dan menjabat tangan Shila, "saya Cindy," ujarnya seraya tersenyum manis.

Shila melepaskan tangannya dengan tidak suka. Kemudian dia melirik Stevano yang sudah pucat di tempatnya.

"Ngapain kamu disini?"

Cindy menatap Stevano, "hai kak,"

"Kak?" Ulang Shila dengan nada jijik.

Cindy mengangguk antusias, sedangkan Stevano sudah mengusap wajahnya frustasi.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang