Terima kasih (7)

3.1K 324 53
                                    

{~Alvin cuma butuh Ayah sama Mama~}
.
.
.

"Apa ... Alvin kurang kenceng ya teriaknya."

"MA, AYAH NANTI BALIK LAGI SINI YA," teriak suara mungilnya lagi.

Alvin kembali berteriak meski orang yang di panggilnya menghilang. Bahkan suaranya terdengar sehat sebegitu semangatnya dia melihat orang tuanya. Joko mengepal tangannya erat. Dia tidak tahu apa yang menjadi pilihannya kali ini benar. Tapi dia tidak ingin Alvin sedih.

"Den, saya keluar sebentar ya," pamit Joko. Alvin hendak menjawab namun Joko sudah lebih dulu melenggang keluar.

Alvin kemudian menunduk, dia tersenyum kecut. "Alvin tau kok, Mama sama Ayah datang bukan buat Alvin," lirihnya seraya menahan matanya yang kian memanas.

Di lain sisi, Joko sedang berlarian di dalam rumah sakit menuju parkiran. Ya pilihannya kali ini sudah benar, Joko akan membujuk tuan dan Nyonya nya. Meski dia sendiri kurang yakin bujukannya akan berhasil atau tidak mengingat bahwa dia hanyalah seorang supir. Dia celingukan mencari Stevano, dan tak lama dia menemukan bos nya itu. Tidak sulit menemukan Stevano yang berbadan tegap nan kekar. Dia menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.

"Tuan, tolong temuin Den Alvin. Saya tahu Tuan nggak berniat menjenguknya. Tapi saya mohon tuan, Den Alvin benar-benar ingin orang tuanya datang. Tidakkah Tuan dan Nyonya mampir sebentar. Padahal kalian berada di tempat yang sama." Bujuk Joko dengan wajah memelas. Stevano diam bergeming tak menjawab apapun. Hingga Shila mengambil alih jawabannya.

"Maaf pak, tapi kami buru-buru" katanya.

"Tapi-"

"Bukankah saya sudah menjawabnya?" Potong Shila tak ingin mendengar lagi Joko buka suara.

"Ma ... Apa Mama dan Ayah mau nurutin sesuatu buat Elvan?" Tanya Elvan tiba-tiba memecahkan atmosfer ketegangan di antara mereka.

Shila menoleh dan menunduk mensejajarkan wajahnya dengan Elvan. "Apapun sayang, Mama akan turutin apapun buat kamu,"

"Kalau begitu ... Ayo kita jenguk Alvin. Biar bagaimanapun, Alvin kan saudaranya Elvan," ucapnya. Joko terkejut dengan permintaan Elvan. Begitu juga dengan Shila. Tidak bagi Stevano. Dia masih diam.

"A-apa nggak ada lagi yang Elvan mau selain itu? Yang lain aja ya Nak, Elvan mau kemana, ke mall, cafe, atau Dufan juga boleh," bujuk Mamanya. Entah sesulit apa dia melakukan permintaan Elvan. Ralat, lebih tepatnya kewajiban.

Elvan tersenyum remeh, "katanya Mama bisa apa aja buat Elvan, masak hal segampang itu nggak bisa sih?"

Skakmat.
Shila kehabisan kata-kata. Dia hanya malas buat melihat wajah Alvin. Entah sejak kapan ... Dia sudah lebih nyaman tanpa Alvin di sisinya. Joko sendiri tersenyum senang, dia tidak menyangka anak tuannya punya otak selicik itu. Padahal masih TK. Apalagi kalau sudah besar, bisa-bisa dia mengendalikan Orang tuanya karena terlalu memanjakannya.

"Ta-tapi kan ..."

"Baiklah" ucap Stevano tiba-tiba. Dia menyetujui permintaan Elvan setelah diam sedari tadi. Apa benar yang dia lakukan itu semata-mata hanya buat Elvan.

Stevano berjalan duluan meninggalkan yang lainnya di belakang. Dan tak butuh waktu lama, Shila juga ikut membuntutinya.

Apa mereka melakukan itu semata-mata hanya untuk Elvan? Tidakkah mereka bisa melakukannya buat Alvin.

°°°°

Joko berjalan di depan mereka menunjuk jalan-walaupun mereka sudah tahu sih.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang