Kebenaran (61)

1.6K 154 26
                                    

~Kenapa harus bersembunyi, ketika kebenaran yang ingin kamu gapai nyata adanya?~
.
.
.
.

'Sekarang kamu paham kan? Alasan ibu waktu dulu memilih membuang Elvan?'

'Perasaan bersalah ini, sungguh menyiksa Shila! Ibu hanya tak mau kamu merasakannya!'

'Ibu hanya menganggap itu jalan terbaik supaya kamu tidak mengulangi kesalahan sama seperti yang ibu lakukan dulu,'

'Naasnya, kamu tetap melakukannya ...,"

'Kamu melampiaskan amarah yang dulunya kamu pendam untuk ibu, pada Alvin ...,"

'Buang semua dendam itu anakku, sebelum kamu menyesalinya. Dan maafkan ibu yang berdosa ini."

Shila terperanjat kaget begitu kalimat terakhir ibunda terucap. Itu adalah beberapa perkataan terakhir sang Ibu di pagi itu, ketika mereka berbincang lama sehari sebelum sang ibu pergi. Sekarang, percakapan itu hampir menghantuinya tiap malam, membuatnya ketakutan bahkan di ketika dia berusaha menepis semua itu karena menurutnya itu tidak benar sama sekali.

Shila melirik jam yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dia mengubah posisinya menjadi duduk sambil sandaran di kepala ranjang, dia menghela nafas lelah. Lagi-lagi dia tidak bisa tidur malam ini.

'Dan tolong bilang pada Alvin, bahwa Oma-nya yang berdosa ini, tidak pernah membencinya. Selama ini, Oma menyayanginya dengan tulus. Tidak pernah bermaksud untuk memanasi kalian supaya membencinya, atau untuk semua kebohongan kemarin. Tidak sama sekali! Kebohongan kemarin, maupun persyaratan dengan Stevano tersebut semata-mata hanya karena ibu berpikir bahwa mungkin dari kepalsuan kasih sayang tersebut, hati kalian akan terbuka menjadi rasa sayang seutuhnya. Hanya itu yang ibu harapkan,'

'Maafkan ibu yang naif ini, nak.'

Shila spontan berusaha menutup kedua telinganya begitu suara-suara sang ibu terputar jelas di ingatannya. Tentang bagaimana ibunya mengungkap kebenaran yang ingin dia gapai, meski dengan cara yang salah.

'Sampaikan juga maaf ibu untuk Elvan. Ibu tidak pernah membencinya. Hanya ... ibu berpura-pura melakukannya agar Alvin tau bukan hanya dia yang bisa dibenci. Elvan pun bisa. Kasih sayang kalian terlalu besar untuk Elvan. Karena itu, ibu sengaja menyayagi Alvin lebih, berharap dengan itu akan dapat mengurangi rasa iri di hatinya,'

Shila ingat betul, bagaimana raut wajah sang ibu saat itu. Wajahnya yang memang sudah menua, dengan garis-garis keriput yang terlihat jelas saat dia memaksakan senyumnya, meski air matanya sudah jelas menyatakan bahwa ibunya sangat terluka.

'Kebohongan kemarin yang ibu ciptakan, tak lebih karena posisi ibu yang tersudutkan, juga kekesalan ibu karena rencana ibu tak berjalan dengan semestinya,'

'Memang tak dapat dipungkiri lagi, semua hal yang terjadi sampai saat ini adalah salahnya ibu,'

'Jadi, hentikan pemikiran kalian bahwa ibu melakukan semua ini hanya karena membutuhkan satu pewaris semata. Itu tidak benar. Alvin dan Elvan saling menyayangi. Kasih sayang mereka terlalu kuat. Jangankan semua harta itu, dunia sekalipun takkan mampu membuat mereka saling membenci,'

'Sekarang, masih belum terlambat. Pergi dan sayangi anak mu Shila. Jangan sampai rasa benci mengambil alih hatinya. Jangan sampai semua dosa kalian membuat hatinya membeku. Dan ... jangan sampai kamu menyesal di suatu hari layaknya ibu yang mengemis maaf pada mu. Bahkan untuk hari ini, bisakah kamu memaafkan ibu, nak? Dan membiarkan ibu pergi dalam kedamaian?'

Bodohnya, yang Shila lakukan saat itu hanyalah menggeleng. Dia membohongi sang ibu, bahkan dirinya sendiri, tentang bagaimana penjelasan panjang sang Ibu sudah menyentil keras hatinya. Bahkan sampai keesokan harinya saat sang ibu sudah pergi tanpa maaf darinya, dia masih berusaha menahan emosinya yang sudah meledak-ledak ingin keluar.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang