Berpisah (53)

2.3K 177 13
                                    

{~Lihatlah, takdir benar-benar tidak main-main mempermainkan kita~}
.
.
.

Di atas bangsal rumah sakit, lelaki yang berbaring itu perlahan membuka matanya. Biarpun awalnya nampak buram, dalam beberapa kedipan akhirnya terlihat jelas bahwa dia sedang berada di rumah sakit. Dia menoleh ke kanan, dan mendapati sang adik yang menunduk renung menatapi lantai yang membisu. Tangannya pun refleks bergerak guna menyadarkan lamunannya.

"Al ...," Ucap adiknya cukup terkejut. Sontak dia langsung keluar dan langsung kembali beberapa saat.

"Lo nggak apa-apa? Bentar lagi dokter bakalan datang," ujarnya prihatin.

Alvin menggeleng lemah.

"Ayah dimana?" itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Alvin.

"Ayah masih belum sadar,"

"Ayah, masih belum sadar kenapa?"

Melihat Alvin yang malah balik bertanya, semakin membuat Elvan kebingungan. Kenapa Alvin malah menanyakannya? Bukannya kemarin malam Alvin yang bersama ayahnya?

"Lo ... Nggak ingat?" Balas Elvan yang juga tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.

Alvin mengeryit mencoba mengingat yang terjadi saat itu. Seingatnya, hal terakhir yang dia ingat adalah ketika Stevano beberapa kali memukulinya dengan balok. Dan setelah itu, dia rasa sudah keburu pingsan.

Menatap Elvan, Alvin mulai menceritakan hal yang dia ingat.

Usai mendengarnya, Elvan terkejut mengingat ada satu hal yang mereka lupakan, Elvan menatap Alvin

"Apa mungkin..."

"Rey?"

°°°°

Flashback

Stevano mengangkat balok itu tinggi-tinggi, bersiap-siap memukul punggung Alvin yang terlihat rapuh.

1

2

3

BUGHHH!!!

BUGHHH!!!

BUGHHH!!!

Suara pukulan tersebut terdengar menggema dalam ruangan kosong itu.

"U-udah Ayah!! Sakit!"

Mendengar rintihan Alvin, Stevano malah semakin gencar memukulinya.

Dia tersenyum sinis, "sakit?! Saya lebih menderita dibandingkan kamu!! Ini itu belum apa-apanya, seharusnya kamu itu memang lebih pantas untuk dibunuh!!" Cercanya dengan terus mengayunkan balok itu.

"Aghhhh!!!" erang Alvin kesakitan saat Stevano memukul keras tulang betisnya.

BUGHHH!!

BUGHHH!!

BUGHHH!!!

Stevano memukul Alvin tanpa ampun. Terutama kakinya, sampai patah.

"Alvin nggak pernah salah sama Ayah, t-tapi ... Kenapa Ayah begini sama Alvin?" tanya Alvin dengan suara lemah.

Stevano menghentikan aksinya, dia menatap Alvin dingin. Sebentar lagi anak itu pasti pingsan. Pikirnya.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang