Pesta (14)

2.1K 239 27
                                    

{~Bahkan kata 'sakit' pun, tak lagi cukup buat menjelaskan rasa ini~}
.
.
.

Ruangan luas nan megah tersebut, telah dihadiri oleh begitu banyak manusia berjas dan gaun yang sama mewahnya. Begitu pula dengan Alvin dan Elvan yang sudah seperti satu raga malam ini. Memakai jas hitam dengan dasi pita di lehernya, serta celana selutut sungguh menambah kesan manis bagi mereka.

"Wah acaranya besar banget, gue suka!" Takjub Alvin mencuri perhatian Stevano yang cukup merasa aneh dengan panggilannya.

"Gue?" Ulang Stevano aneh.

"Iya! Gue. Gue Alvin mau jadi gede makanya pakek gue. Lo Ayah nggak pakek? Lo Ayah kan udah gede," jelas Alvin dengan polosnya. Bukan hanya diganti dengan Lo saja, Alvin bahkan ikut menambahkan embel-embel Ayah di depannya. Stevano mengeryit, semakin hari rasanya Alvin semakin aneh.

Stevano menatap Alvin tajam, "nggak usah aneh-aneh!!" Tegasnya.

"Kenapa?"

"Cukup bicara kayak biasa saja. Saya tidak ingin menjadi bahan tertawaan disini! Kamu dengar!?" Ujarnya emosi namun dengan volume yang rendah.

Alvin menipiskan bibirnya dan mengangguk patuh. Setelah itu Shila lansung mengambil tangan Alvin dan menggenggamnya. Alvin tersenyum senang. Sudah lama dia tidak diperlakukan seperti ini oleh Mamanya. Stevano mengandeng Elvan dan Shila dengan Alvin. Sempurna bukan? Tapi lagi-lagi sayangnya, kesempurnaan itu hanya sementara, dan hanya sebagai pencitraan saja. Tidak lebih.

"Hai Miss. Apakah ini anak-anak anda?" Sapa seorang wanita berambut pirang dan bernetra biru itu.

Shila mengelus lembut rambut Alvin, "Ah iya," jawabnya dengan tersenyum.

Alvin begitu senang dengan perlakuan Shila. Apakah mamanya sudah kembali menyayanginya? Sudah tidak lagi membencinya tanpa ada kesalahan apapun yang dia ketahui? Ini tidak mungkin mimpi bukan? Ini akan sangat menyakitkan apabila menyapa hanya sebagai mimpi.

"Uhhhh so cute, anda mempunyai anak yang begitu menggemaskan," puji wanita itu seraya mengusap gemas pipi Alvin dan Elvan bergantian.

Stevano dan Shila hanya membalasnya dengan tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu silahkan nikmati jamuannya" lanjut wanita itu ramah dan pergi dari sana.

Stevano dan Shila melanjutkan langkah mereka, lebih dalam memasuki ruangan luas itu. Beberapa kali mereka juga menyapa teman teman mereka yang kebanyakan adalah penjabat kelas atas. Mereka juga membawa keluarga masing-masing seperti Stevano.

"Mama, Al sama El mau makan kue dulu ya," Pamit Alvin beserta Elvan pada Shila. Sebenarnya agak sulit bagi Shila melepas mereka berdua. Hanya saja disini terlalu banyak orang dan akan sangat malu apabila dia terang terangan melarang mereka. Setelah sejenak terdiam akhirnya Shila pun menganggukan kepalanya dengan berat hati.

Shila kembali melanjutkan pembicaraannya yang sempat tertunda. Sesekali dia tertawa dan juga tak lupa memamerkan beberapa perhiasan indah di tubuhnya.

PRANG!!!

Suara keras itu menghentikan aktivitas di dalam ruangan megah dan ramai itu. Menimbulkan tanda tanya di pikiran orang tentang apa yang terjadi. Begitu juga dengan Shila, setelah melepas Alvin dan Elvan tadi perasaannya sungguh tidak enak. Jangan sampai kejadian ini karena ulah anaknya!

Shila melangkah beberapa langkah untuk ikut melihat apa yang terjadi, dan sesuai firasatnya itu memang benar-benar Alvin. Di tengah ruangan itu, di depan meja cake, Alvin terjatuh dengan beberapa piring pecah dan kue yang sudah berjatuhan juga di dekatnya. Sedangkan Elvan dia juga terjatuh tidak jauh dari Alvin, dia terlihat baik-baik saja, berbeda dengan Alvin yang sungguh dalam kondisi memprihatinkan. Beberapa kue jatuh mengotori baju jas nya, lututnya lecet dan di tangannya terdapat luka akibat pecahan piring kaca itu.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang