Masih semu (39)

1.5K 204 10
                                    


"Kenapa lo ngejadiin nih cewek sebagai babu lo! Hah?!"

Galang mendorong bahu Leo kasar. Leo tersenyum remeh. Memajukan dadanya dia pun melangkah selangkah lebih dekat dengan Galang.

"Apa? Lo mau sok suci di depan cewek? Dasar munafik ya, lo! Nggak usah sok jadi pahlawan deh, lo nggak ngaca lo itu siapa? Atau perlu gue jelasin kalo lo itu sama halnya juga seorang pembully," sahut Leo mampu membuat rahang Galang mengeras marah.

"Gue itu nggak pernah bully cewek ya! Gue. Nggak sebanci lo?!"

"Lalu, dengan begitu lo kira lo nggak salah. Lo kira perbuatan lo bisa dibenarkan? Nggak. Nggak sama sekali!"

Galang menarik kerah baju Leo, lalu mendorongnya kasar sampai membentur dinding.

Galang menekan suaranya dan berkata, "kalau lo mau kita berantem, bilang! Gue nggak punya waktu dengerin omong kosong lo?!"

Setelah mengatakan itu, Galang pun menarik gadis itu dan beranjak pergi dari sana.

"Oke, kalau memang itu mau lo!"

°°°°

"ANJING!" umpat Galang begitu menerima satu pukulan keras di perutnya.

Galang memberontak, dia ingin melepaskan diri dari cengkeraman tiga pria yang memegangnya.

"Cowok apaan lo beraninya main keroyok!" umpatnya kesal.

Lelaki dihadapan Galang tersenyum sinis. "Gue nggak peduli mau lo nganggap ini apaan. Yang jelas, gue ingin liat lo menderita!" balas Leo sarkas.

Kini Leo mengambil tongkat baseball di sampingnya. Dia berjalan mengitari Galang. Galang sama sekali tidak bisa memberontak. Tenaga tiga lelaki yang memegangnya mustahil terlepas. Terlebih dirinya cuma sendiri disini.

Bughh!! Bughh!! Bughh!!

Beberapa pukulan dari tongkat itu, mendarat di punggung Galang. Leo menyerangnya dari belakang.

Pukulan yang cukup keras itu, mampu membuat tubuh Galang kesakitan. Dia bahkan sudah tidak kuat lagi berdiri, tapi tiga pria yang memegangnya tidak mengizinkan hal itu.

"Lo mau gue berhenti? Simple sih. Lo cuma perlu berlutut di depan gue," sarkas Leo.

°°°°

Flashback

"Cium kaki gue, atau lo nggak akan bisa bernafas lagi,"

Pria kecil yang baru tumbuh dewasa dengan tubuh kurus kering rapuhnya, terduduk lemas di depan saudara tirinya. Tubuhnya yang sudah babak belur, juga darah segar keluar dari mulutnya masih tidak menjawab apa-apa.

"Udah gue bilang kan? Hari ini, temen lo itu harus datang. Sekarang lo tahu sendiri kan akibatnya!" hardik Panji marah.

Kaki Panji dengan leluasa menendang-nendang ringan tubuh Galang yang sudah sangat lemas.

Hari itu, rasanya Galang sudah siap meninggalkan dunia karena ketidakberdayaan. Lagipun mungkin dosa yang dilakukan oleh papanya akan berhenti sampai disini, dosa karena menelantarkan anaknya.

"Apa sampai saat inipun masih tidak ada yang menolongnya?" batin Galang seraya melirik ke segala penjuru arah tempat sepi itu masih berharap paling tidak sedikit akan ada yang menolongnya.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang