Epilog

1.1K 72 3
                                    

End.

Tulisan tebal tersebut menjadi penanda berakhirnya sebuah film layar lebar yang disambut riuh oleh penonton dan tangisan haru. Akhir yang menyedihkan. Sad ending. Beberapa penonton menggerutu tidak terima pada temannya tentang akhir cerita film itu.

"Sumpah! Ini siapa sih yang jadi writer nya? Alvin kok mati?! Nggak banget deh,"

"Eh, film ini diangkat dari novel, loh," imbuh temannya menimpali.

"Novel apaan coba kayak gini? Pasti nggak ada yang beli,"

"Kalau nggak ada yang beli, nggak mungkin sampe di film-in"

"Mungkin aja dia banyak uang, ngasih ke sutradara biar novelnya diangkat jadi Film,"

Temannya tidak lagi menimpali, dia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat si penggerutu yang masih mengoceh dengan tisu yang tak lepas dari tangannya. Padahal, jelas-jelas dia sudah hanyut dalam film tersebut sampai menangis.

Seorang anak kecil berusia 7 tahun mencolek pelan lengan Ayahnya yang baru saja memerhatikan interaksi dua gadis tadi.

"Bukankah Alvin ... berhak bahagia?" tanyanya lugu.

Si Ayah mengangguk. "tapi, kenapa dia mati? Bukankah tuhan terlalu jahat padanya?"

Si Ayah tersenyum "Itu karena tuhan sudah lebih dulu menyiapkan bahagia yang lebihhh banyak buat Alvin," Si Anak masih menatap bingung tidak mengerti tapi tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh Sang Ibu mengajaknya keluar.

"Ommm!" seru riang si Anak saat melihat seorang laki menghampiri mereka. Melepas pegangan ibunya si Anak lansung berlari menghambur ke lelaki itu.

"Om, ngapain kesini? Om mau nonton juga?" lelaki itu menggeleng seraya tersenyum.

"Om sengaja kesini mau nyusul kamu, sekalian mau liat keadaan Ayah kamu,"

"Emang Ayah kenapa Om?"

Bukannya menjawab si Om ini malah mengalihkan pertanyaan, "Raka tau nggak kalau film yang Raka nonton tadi diambil dari kisah nyata?" si Anak yang bernama Raka menggeleng lugu dan terdiam beberapa saat.

"Kalau emang di ambil dari kisah nyata, berarti sekarang Alvinnya beneran mati, dong! Jadi, yang nulis ceritanya siapa?"

Si Om kembali tersenyum sembari menatap lelaki di belakang Raka, "Di kehidupan nyata, Alvin sudah menemukan bahagianya, menikahi wanita yang dicintainya, punya anak yang sangat tampan, juga berhasil menggapai impiannya."

"Kalau begitu mengapa Alvin menciptakan ending yang sangat buruk di ceritanya?"

Si Om mengelus lembut surai Raka, "Begitulah cara Alvin berdamai dengan rasa sakit nya. Nyatanya, kecelekaan itu tak pernah terjadi, Alvin berhasil pergi mencari bahagianya,"

"Orang tua Alvin?"

"Nah, kalau orang tuanya itu sama seperti di film, menyesal dan belum bisa dapetin maafnya Alvin," Si Om masih sabar menjelaskan.

"Raka jadi pengen ngebunuh orang tuanya Alvin deh, Om. Soalnya mereka tuh jahat banget. Raka aja nggak pernah di bentak sama Ayah Bunda Raka. Kok bisa ya ada orang sekeji itu," orang-orang yang mendengar itu hanya terkekeh pelan mendengar gerutuan Raka.

"Tapi, kok Om bisa tau sampai sedetail itu sih. Jangan-jangan ....,"

Raka melirik Si Om dan Ayah bergantian yang sangat mirip. Raka lupa satu fakta yang sangat penting disini. Ayahnya dan Om-nya adalah saudara kembar.

Jadi .....?

**** 

Hah... setelah 3 tahun, akhirnya selesai juga nih cerita. Pokoknya, terimakasih banget buat kalian yang udah mau baca, komen, vote, dan saran. Makasihhhh banyakkk.

Juga maaf karena cerita ini masih banyak kurangnya, updatenya lama, ataupun nggak sesuai dengan ekspetasi kalian.

Emang akunya masih perlu banyak belajar.

Oh, iya jangan lupa mampir ke cerita aku yang lain ya... terutama 'buku-buku kecil' mungkin untuk kedepannya aku bakalan update disana.

Terima kasih banyak.

Salam hangat dari author.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang