Rey? (37)

1.8K 233 33
                                    

Jangan mengganggu kucing yang sedang tidur
.


.
.

"Van, masih lama?"

Beberapa kali Nina menguap kantuk di belakang Elvan. Sungguh, dia sudah sangat lelah berpergian seharian.

"Lo ngantuk?" tanya Elvan tidak lagi bolot, karena Nina berbicara tepat di samping telinganya.

"Iya,"

"Yaudah sini peluk gue, biar nggak jatoh,"

"Nggak, nanti lo nya kesenengan,"

Elvan mengedikkan bahunya, "yaudah,"

Nina memeluk dirinya sendiri, udaranya masih cukup dingin biarpun dia sudah memakai jaket. Lagi-lagi Nina menguap, dia membuka matanya lebar-lebar agar kantuk tersebut hilang, tapi sayangnya matanya masih terasa sangat berat.

Sesekali Nina hampir terhuyung jatuh, karena kantuknya sangat kuat. Akhirnya setelah menimang-nimang saran Elvan tadi Nina pun memilih mengikuti saran sahabatnya.

Toh, cuma Elvan. Bukan orang lain, atau siapapun. Cuma teman. Jadi tidak akan apa-apa.

Dengan ragu, Nina mulai melingkarkan tangannya di pinggang Elvan, dia juga menyandarkan kepalanya ke punggung Elvan.

"Jangan ngebut," pinta Nina dan langsung menjemput tidurnya.

Elvan lansung terkejut dengan perlakuan Nina. Dia kira perempuan itu akan tetap bertahan dengan gengsinya, tapi ternyata, kantuk bisa mengalahkan itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Perjalanan mereka pun kurang lebih akan sampai dalam jangka waktu 30 menit lagi. Seharusnya, mereka tidak akan pulang selarut itu. Andaikan Elvan tidak membawa Nina ke salah satu bukit yang memperlihatkan pemandangan yang menakjubkan. Elvan sama sekali tidak menyesal membawa Nina kesana, karena disana dia dapat melihat Nina yang bahagia.

Ah, bagaimana kabar Alvin? Dia sama sekali tidak memberitahu nya.

Oh, Elvan cukup yakin, kalau Alvin sudah mengetahuinya dari Nina.

Disertai hembusan angin malam yang sejuk, Elvan sedikit berharap agar waktu berhenti sejenak, dan membiarkannya bersama Nina bersama seperti ini.

°°°°

"Digo, Digo, Digo," panggil Alvin berulang kali ke lelaki yang berjalan di depannya.

Tidak memedulikan Alvin, Digo malah masih tidak menghentikan langkahnya untuk menuju kelas Galang.

"Digo! Berhenti bentar napa!"

Digo masih berjalan, kini Alvin telah berhasil mensejajarkan langkahnya dan Digo. Dia mengulurkan tangannya, seakan mengajak berjabat tangan.

Digo melirik dari ujung matanya sekilas, dan sesaat kemudian lansung menatap lurus tanpa membalas jabatan tangan Alvin. Kenapa hari ini Alvin sangat senang mengganggunya? Apa karena kemarin dia menolongnya? Tidak. Digo melakukan itu semua murni karena kasihan dengan Alvin. Tidak lebih. Garis bawahi, tidak lebih.

Sesaat senyum Alvin memudar, tapi tidak lama, dia kembali tersenyum dan kembali mengangkat tangannya untuk berjabat.

"Mau berteman sama gue?" ucap Alvin berharap.

Digo tersenyum remeh. Dengan pelan, dia menepis tangan Alvin. Alvin tidak peduli. Dia bahkan masih berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Digo yang berjalan semakin cepat.

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang