Ruang BK (28)

2.2K 222 25
                                    


"VIN! ALVIN!?" seru Nina panik seraya menepuk-nepuk pipi Alvin.

Alvin masih tidak kunjung membuka matanya. Semakin membuat Nina cemas tak karuan. Lagi-lagi Nina kembali menepuk-nepuk pipinya Alvin. Dia bahkan berencana, jika Alvin masih tak kunjung bangun, Nina akan menonjoknya.

Hingga beberapa saat kemudian, perlahan Alvin membuka matanya, dan yang pertama kali di lihatnya adalah sosok Nina yang tersenyum lega.

Rasanya Alvin ingin bangkit, tapi tidak bisa. Tubuhnya sudah sangat lemah.

"Val," panggil Alvin lirih. Tubuhnya kedinginan juga menggigil.

Nina yang mengerti kondisi Alvin, lansung berlari masuk ke rumahnya guna mengambil selimut.

Kini tinggallah Alvin sendiri. Sembari menunggu Nina datang. Alvin sangat bersyukur karena ada yang menolongnya. Biarpun bukan Ayahnya seperti harapan nya sebelum pingsan.

Brukkk

"Aww,"

Pekikan itu sungguh membuat Alvin terkejut. Dia sungguh mengira kalau Elvan sudah tidur. Ternyata tidak!

Ya tentulah. Bagaimana bisa seorang Elvan di suruh tidur saat saudaranya sedang kesusahan.

Elvan lansung beralih mendekati Alvin, setelah sebelumnya jatuh. Ya dia jatuh karena belum ahli dalam hal kabur. Sesudah di kunci pintu oleh ayahnya, Elvan sama sekali tidak bisa keluar. Hingga setelah sekian lama berpikir, akhirnya dia pun memutuskan keluar lewat balkon kamar nya.

"El-,"

Alvin hendak memanggil, namun lansung terpotong karena tingkah Elvan yang langsung mengobati lukanya dengan kotak P3K yang dia bawa.

"Sebenarnya apa yang terjadi Al?" tanyanya di sela-sela mengobati Alvin. Alvin masih harus di bawa kerumah sakit. Kotak P3K tidak mungkin cukup. Ini hanya mampu untuk mengobati luka-luka kecil.

Alvin diam, tapi Elvan masih terus mendesaknya.

Alhasil dengan terpaksa Alvin pun menceritakan semuanya.

"Jadi, lo diajak minum sama Leo?" ulang Elvan memastikan.

"Bajingan emang si Leo!" caci nya.

Harus gue kasih pelajaran nih anak. Batin Elvan.

"Kenapa lo mau? Lo kan tahu, gue selalu nolak?" kesal Elvan.

"Gue juga nggak tahu. Tiba-tiba aja jadi begitu," sungut Alvin.

"Gila lo!"

Kemudian mereka sama-sama diam. Alvin yang masih terbaring di tepi kolam, dan Elvan yang telaten mengobati Alvin.

Hingga suasana itupun berakhir, kala Elvan angkat bicara, "Al, kabur yuk!"

"Jangan gila!" jawab Alvin lirih.

"Gue serius,"

"Gue nggak suka,"

"Apalagi sih Al, yang lo pertahanin?"

Alvin menatap Elvan, "keyakinan .... Mungkin," jawab Alvin ragu.

Elvan menghela nafas, dan membantu Alvin duduk.

"Pokoknya kita harus kabur. Gue nggak sanggup lagi liat lo kayak gini!" bujuk Elvan.

Alvin tersenyum kecil, "gue nggak apa-apa,"

Elvan membuang pandangannya, "tapi gue udah capek dengerin kalimat itu terus,"

"Gue nggak capek kok,"

Al & El (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang