Seorang pria dengan wajah manis baru saja keluar dari toilet, dengan rona ceria di wajahnya yang senantiasa memancar. Ia melangkah menuju kelas, walau sedikit terganggu oleh kerumunan siswa yang memenuhi koridor. Wajahnya berubah serius saat mendapati beberapa teman sekelasnya berada di keramaian tersebut. Bukankah mereka sedang mengerjakan tugas ketika ia meminta izin ke toilet?
Teriakan memecah lamunannya, memanggil namanya, "Sunoo-ya!" Dengan segera, lelaki itu berbalik dan melihat dua gadis berlari panik menghampirinya. Wajahnya yang polos seperti mengajukan pertanyaan tanpa kata, 'Ada apa?'
"Eh, Nari, Jihyo, kalian sedang apa? Bukankah guru meminta kita mencatat?" tanya Sunoo dengan nada ringan namun penuh perhatian.
Nari dan Jihyo, dua teman dekat Sunoo, tampak tak tenang. Wajah mereka gelisah, dan Nari bahkan kelihatan nyaris menangis.
"Hei, kalian kenapa lagi?" tanya Sunoo lagi, matanya bergantian menatap kedua sahabat itu.
"Jeno... dia sudah ditemukan," jawab Jihyo dengan nada serius.
"Benarkah?" Balas Sunoo, penasaran.
"Hmm, iya... tapi..." Nari tak menyelesaikan kata-katanya. Wajahnya terlihat sendu, dan matanya yang berkaca-kaca seolah menahan sesuatu. Hal ini tentu membuat Sunoo semakin khawatir.
"Ada apa, Nari? Kenapa kau terlihat sedih?" tanya Sunoo lembut.
Sunoo tahu betul bahwa Nari menyimpan perasaan suka pada Jeno. Bahkan baru dua hari lalu, sebelum Jeno menghilang, ia bersama Jihyo menemani Nari untuk menyatakan perasaannya. Namun kisah itu tidak berakhir indah. Nari ditolak secara terang-terangan dan bahkan dipermalukan oleh pria yang ia sukai di depan orang lain.
Kejadian itu membuat Jihyo sangat marah. "Kenapa juga kau masih suka pada pria sombong macam dia? Memang tampan, tapi sifatnya tak jauh dari sampah!" ujar Jihyo penuh emosi saat melihat Nari menangis hebat kala itu. Sementara Sunoo hanya bisa mencoba meredakan suasana dengan menenangkan keduanya.
Nari akhirnya berkata dengan suara terputus-putus, "J-Jeno... mayatnya..."
Kalimat itu dilanjutkan oleh Jihyo yang terlihat lebih tegar. "Mayat Jeno ditemukan di gedung belakang sekolah, Sunoo-ya."
Dalam sekejap, Sunoo membekap mulutnya dengan ekspresi terkejut. Matanya membelalak tak percaya sembari mengalihkan pandangan ke arah kerumunan siswa yang sedang berlarian di koridor. Jadi itu sebabnya sekolah menjadi geger, pikirnya.
"Lalu kalian sendiri sedang apa di sini?" tanyanya penuh selidik.
"Kami tadi ingin ikut melihat," jawab Jihyo sedikit ragu.
Namun Sunoo segera menggeleng sambil menasihati mereka. "Kalau guru tahu pasti kalian akan dihukum. Kalian kan tahu bagaimana Daejun saem itu."
Jihyo mengangguk pelan tanda setuju, sementara Nari masih tertunduk muram. Melihat hal itu, Sunoo kembali tersenyum ceria dan merangkul kedua temannya erat-erat.
"Sudahlah! Kita ke sana nanti saat jam istirahat. Sekarang ayo masuk kelas sebelum guru datang!" ucapnya penuh semangat.
"Tentu, Ketua Kelas!" seru Jihyo sambil memberi hormat lelucon, membuat Sunoo tertawa kecil. Tak heran ia memiliki reputasi sebagai ketua kelas yang dihormati karena sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
Nari pun akhirnya mengikuti ajakan tersebut setelah Jihyo menarik lengannya menuju kelas. Namun alih-alih ikut masuk ke dalam, Sunoo tetap berdiri di tempat, diam memperhatikan keramaian di kejauhan dengan tatapan tak terbaca. Senyumnya memudar, meninggalkan raut wajah datar yang jarang terlihat darinya.
Sunoo kini serasa menjadi pribadi yang berbeda—datar dan dingin. Bibirnya perlahan membentuk seringai mengerikan dengan mata yang berkilau tajam, berubah merah seperti darah dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕷𝖊𝖙 𝖒𝖊 𝖎𝖓 |END✓
Vampire"ʟᴏᴠᴇ ᴏʀ ʙʟᴏᴏᴅ? ɪ'ʟʟ ɢɪᴠᴇ ᴀɴʏᴛʜɪɴɢ ʏᴏᴜ ɴᴇᴇᴅ ʙᴜᴛ,ʏᴏᴜ ꜱʜᴏᴜʟᴅ ʙᴇ ᴍɪɴᴇ ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ʟᴇᴛ ᴍᴇ ɪɴ ʏᴏᴜʀ ᴡᴏʀʟᴅ" (Dalam masa revisi)
