09.'Badger'

834 111 9
                                        

PLAKKKK
.
.
.
.
Tamparan keras dari Haneul sukses membuat wajah Jay terlempar ke arah samping. Bibirnya sedikit berdarah, tanda pertemuan tegas antara tangan gadis itu dan wajahnya. 

Kelas yang semula penuh riuh mendadak berubah sunyi. Semua murid tertegun, terkejut dengan kejadian tak terduga yang melibatkan Jay dan Haneul. 

Jay mengusap sudut bibirnya yang terluka sembari memandang punggung Haneul, yang melangkah meninggalkan kelas tanpa sepatah kata. Anehnya, senyum justru menghiasi wajah Jay saat ia melihat kepergian gadis itu. 

"Jay, are you crazy? That's Haneul!" tanya Jisung dengan nada tak percaya. 

Jay hanya tertawa kecil, seolah kehilangan akal sehat. Dalam pikirannya, ada luapan kegembiraan yang tak ia pahami, menyerupai rasa puas setelah memenangkan sesuatu yang tak ingin ia akui—tamparan manis dari Haneul. Ia mulai menyadari bahwa dia menikmati ekspresi kesal gadis itu. 

Masih terasa hangat kenangan beberapa menit lalu, saat Jay dengan lancang mencium bibir Haneul di tengah kelas. Dia bukannya merasa menyesal, melainkan membenarkan perilakunya dengan alasan naluri pria yang spontan bangkit lantaran jarak mereka terlalu dekat. 

Sedari tadi, fokus Jay hanya tertuju pada bibir Haneul yang merah memikat, terutama saat sang gadis berbicara dengan nada sengit. 

"Heh, Jisung, kenapa ya bibir Haneul bisa semanis itu?" tanya Jay penuh penasaran, membuat Jisung sontak menatapnya dengan ekspresi datar bercampur muak. 

"Dasar gila." 

Jay tertawa terbahak-bahak, seolah tak peduli pandangan temannya. Ada rencana baru yang mulai berputar di benaknya; serangkaian ide untuk terus mengusik Haneul demi melihat ekspresi kesalnya yang, bagi Jay, sungguh menarik. 

Sementara itu, di toilet perempuan, Haneul mencoba meredakan gejolak emosi dalam dirinya. Ia bukan lari karena malu, melainkan karena sesuatu yang lebih dalam. Perubahan itu mulai terasa jelas saat bola matanya secara tiba-tiba berubah warna saat melihat bercak darah di bibir Jay. Untungnya, suasana kelas terlalu kacau untuk menyadari hal itu. 

Ia cepat-cepat menghindar sebelum rahasianya terbongkar. Di depan wastafel toilet, Haneul mencuci wajahnya dengan air dingin lalu berkaca memandang pantulan dirinya. Ia mengusap bibir dengan pelan sebelum bergumam lirih kepada dirinya sendiri, "Apa yang barusan aku lakukan?" 

Jika Haneul seorang manusia biasa, mungkin sekarang ia akan dilanda jantung yang berdegup kencang disertai rona kemerahan di pipinya. Namun realitas berkata lain—kulitnya tetap pucat tanpa tanda-tanda kehidupan normal pada tubuhnya. Jantungnya tak lagi bergerak seperti milik manusia pada umumnya. Bagaimana bisa? Karena Haneul bukan manusia; dia seorang vampire—hidup dalam diam bak entitas yang nyaris mati.

ⓁⒺⓉ ⓂⒺ ⒾⓃ


Haneul duduk di kantin sekolah, sebuah pemandangan yang langka hingga menyita perhatian banyak siswa lain. Tatapan mereka penuh rasa ingin tahu, sebab gadis yang dikenal sebagai introvert sejati ini hampir tidak pernah meninggalkan kelas kecuali saat pulang sekolah atau pergi ke perpustakaan.

Namun, kali ini Haneul menjejakkan kaki di kantin dengan alasan tertentu.

Sebelumnya di kelas, ia sebenarnya hanya ingin tetap berada di tempatnya. Namun pandangan matanya terus saja bertemu dengan Jay yang duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Entah kenapa keberadaan Jay di dalam ruangan membuat Haneul merasa gelisah dan tidak tenang. Bukannya bertahan dengan situasi yang kian membuat frustrasi, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Sayangnya, nasib tidak berpihak padanya karena pintu perpustakaan terkunci—petugasnya sedang menghadiri rapat bersama staf sekolah.

𝕷𝖊𝖙 𝖒𝖊 𝖎𝖓 |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang