"Sunghoon!"
Jay terkejut mendengar Haneul memanggil nama itu dengan suara yang cukup lantang. Refleks, ia ikut menoleh ke arah pria yang diteriaki oleh gadis tersebut.
“Park Sunghoon!”
Pria yang dipanggil itu akhirnya menoleh dengan ekspresi datar, tak jauh berbeda dari aura yang Haneul perlihatkan. Mereka seolah memiliki kemiripan yang sulit diabaikan.
Park Sunghoon, sosok yang baru saja dipanggil, mulai melangkah mendekat ke arah Jay dan Haneul. Baru berjalan beberapa langkah, pandangannya langsung tajam tertuju pada Jay, penuh ketegasan. Jay, tentu saja, membalas tatapan itu dengan intensitas yang sama.
Tatapan mata Sunghoon tetap terarah ke Jay hingga ia tiba di hadapan Haneul.
“Ada apa?” ucap Sunghoon dengan nada dingin.
“Sunghoon, bantu aku!” seru Haneul sambil menggenggam tangan Sunghoon. Tindakan itu membuat Jay terkejut. Bagaimana bisa gadis itu begitu mudah meminta bantuan pada pria bernama Park Sunghoon? Sementara ia sendiri yang berniat menolong dengan tulus malah dibentak dan diusir. Benar-benar gadis yang sulit dimengerti, pikir Jay kesal.
"Kau?!" Sunghoon mendadak berhenti, menunjukkan ekspresi terkejut saat merasakan tangan Haneul bergetar hebat. Ia tampaknya langsung mengetahui penyebabnya, lalu dengan cepat kembali melayangkan tatapan tajam pada Jay—tatapan yang penuh sindiran.
Jay, merasa tidak terima seolah dirinya dituduh menjadi penyebab kegelisahan Haneul, membalas dengan sikap menantang. “Apa? Ada masalah denganku?”
Jay terus mempertahankan keberaniannya. Sedari tadi, Sunghoon tampaknya memandangnya dengan ketidaksukaan yang jelas. Entah apa alasan di balik semua itu.
Sunghoon tampak ingin menanggapi tantangan Jay, tetapi Haneul tiba-tiba menarik lengannya pelan. “Siapa dia?” tanya Sunghoon sembari mengangkat dagunya, menunjuk ke arah Jay setelah melihat wajah Haneul yang tampak lemah seperti kehilangan segala energi. Gadis itu memilih menggeleng tanpa banyak basa-basi lalu segera menarik Sunghoon untuk menjauh.
“Tidak penting!” jawabnya tegas.
Mereka berdua pergi meninggalkan Jay yang hanya mampu menatap kepergian mereka dengan tatapan kosong. Diamnya Jay mengandung banyak emosi yang sulit disimpulkan. Ada perasaan campur aduk yang menyeruak di dalam dirinya—perasaan yang bahkan ia sendiri tidak dapat pahami sepenuhnya. Namun satu hal yang pasti, Jay merasa terganggu melihat kedekatan Haneul dan Sunghoon. Terlebih lagi dengan cara Haneul memperlakukan mereka berdua secara jelas berbeda.
Kini Haneul berada di dalam mobil bersama Sunghoon. Alih-alih pergi ke UKS seperti yang seharusnya dilakukan, ia malah memutuskan untuk langsung menuju mobil milik sahabatnya.
“Sunghoon-ah, terima kasih,” ucap Haneul pelan.
Sunghoon hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun, pikirannya tampak sedang mengembara entah ke mana. Sementara itu, Haneul menyandarkan kepalanya lelah di jok mobil, seolah menemukan tempat untuk bernafas dari segala kerumitannya.
Sebenarnya, Haneul hanya membutuhkan sesuatu untuk diminum. Maka, rasa syukurnya menyeruak saat melihat Sunghoon yang, seperti biasanya, selalu memiliki persediaan cairan merah—sesuatu yang menjadi kebutuhan vital bagi makhluk seperti mereka.
Bahkan, Sunghoon selalu membawa serta menyimpannya di mobil. "Untuk berjaga-jaga," katanya.
"Jangan dekat-dekat dengannya!" seru Sunghoon tiba-tiba.
Haneul membuka mata yang tadi sempat terpejam, lalu menarik napas panjang.
"Bagaimana bisa? Kami ini sekelas, dan dia duduk tepat di sebelahku," jawabnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕷𝖊𝖙 𝖒𝖊 𝖎𝖓 |END✓
Vampir"ʟᴏᴠᴇ ᴏʀ ʙʟᴏᴏᴅ? ɪ'ʟʟ ɢɪᴠᴇ ᴀɴʏᴛʜɪɴɢ ʏᴏᴜ ɴᴇᴇᴅ ʙᴜᴛ,ʏᴏᴜ ꜱʜᴏᴜʟᴅ ʙᴇ ᴍɪɴᴇ ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ʟᴇᴛ ᴍᴇ ɪɴ ʏᴏᴜʀ ᴡᴏʀʟᴅ" (Dalam masa revisi)
