Seseorang meringkuk di depan pintu apartemen.Dengan tubuh yang semakin kurus serta penampilan acak-acakan.Wajah lesuh dengan mata terpejam..
Sebelah telapak tangan nya sesekali mengetuk lemah pintu di belakang nya.Tenaganya serasa terkuras habis beberapa hari ini ditambah dia juga sedang mabuk berat sekarang.
Pukul dua belas malam ketika Jay yang mabuk terus mengigau di depan pintu apartemen Hanuel.
Memanggil-manggil nama itu dengan suara parau.
"Han-ie... Han-ie.... Han"
"Aku merindukanmu,bisa tidak sekali saja aku melihatmu?"
"Hahahaha"Jay tertawa sendiri, untung tak ada yang melihat nya karena orang-orang akan menyangka di sudah gila."sayang aku merindukanmu..."
Jay menyenderkan kepalanya di pintu sembari terus mengigau."rasanya sakit Han,jangan tinggalkan aku!"
Mengapa sulit bagi Jay untuk melupakan Hanuel, padahal dia juga tahu jika Hanuel tidak pernah serius padanya.
Hanuel adalah tempat pelarian terbaik yang Jay punya selama keadaan di sekitarnya sedang tidak baik.Awalnya menjadi tempat pelarian kini menjadi rumah terbaik Jay.Dimana dia bisa merasakan kenyamanan.
Nyatanya Hanuel tidak sedingin itu,Jay perlahan bisa menemukan sisi hangat gadis itu yang semakin membuat nya hanyut.
Jika bisa Jay lebih memilih mati di pelukan gadis itu dari pada harus perpisah darinya.Karena bagi Jay,tidak melihat wajah Hanuel ada cara terbaik untuk menyiksa dirinya sendiri.
Jay tiba-tiba meraung, setitik air mata jatuh dari kelopak mata tajamnya tanpa ia sadari.Dia mungkin terlihat seperti pecundang sekarang.Tapi dia tidak bisa menyembunyikan fakta bahkan Hanuel berperan banyak dalam hidup nya sekarang.
"Han tak apa jika kau tidak memiliki perasaan padaku,tak apa jika kau terobsesi dengan darahku akan aku berikan semuanya tapi biarkan aku tetap berada di sisimu biarkan aku menatap wajahmu please babe!"
Jay mengacak surainya frustasi.Dia benar-benar merasa sudah gila karena berbicara dengan pintu.Semenyedihkan itukah hidup Jay di tinggal sang kekasih?
Jelas iya,bahkan selama sebulan ini dia terus mendatangi tempat-tempat yang kemungkinan di datangi oleh pujaan hatinya itu.Berharap bisa menatap wajah dingin itu lagi.Tapi tidak ada kemajuan.
Hanuel bak hilang di telan bumi.Jay sampai menyesal mengapa menuruti keinginan gadis itu untuk tak membolos.
Padahal jika saja dia tidak meninggalkan Hanuel waktu itu mungkin keadaan akan sedikit lebih baik.
"ARGGHHH SIALAN!"
"kau membuatku gila Han!"
Disisi lain,Hanuel ternyata mendengar semuanya.Dia bersandar di dinding apartemen nya.Kebetulan malam ini dia pulang untuk mengemasi barang-barang nya untuk persiapan besok pagi.
Tapi ketika sedang mengemasi barang-barang nya dia tiba-tiba mendengar suara seseorang yang sangat familiar meraung di depan pintu apartemen.
Hingga dia bisa mendengar segala keluh kesah mantan kekasih nya itu yang terus memanggil-manggil dirinya.
Ada perasaan sedikit tercubit, mengingat pria itu begitu tulus padanya namun dia tidak bisa membalas perasaan tersebut.Yang ada Hanuel malah semakin bersalah lantaran merasa mempermainkan perasaan Jay selama ini.
"Maafkan aku,tapi lebih baik kau memang harus menjauh dariku"
ⓁⒺⓉ ⓂⒺ ⒾⓃ
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕷𝖊𝖙 𝖒𝖊 𝖎𝖓 |END✓
Vampiros"ʟᴏᴠᴇ ᴏʀ ʙʟᴏᴏᴅ? ɪ'ʟʟ ɢɪᴠᴇ ᴀɴʏᴛʜɪɴɢ ʏᴏᴜ ɴᴇᴇᴅ ʙᴜᴛ,ʏᴏᴜ ꜱʜᴏᴜʟᴅ ʙᴇ ᴍɪɴᴇ ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ʟᴇᴛ ᴍᴇ ɪɴ ʏᴏᴜʀ ᴡᴏʀʟᴅ"