07.Yang Jungwon

768 124 9
                                        


"Hei, kau yang sedang berkemas, kemari!"

Seorang hobae yang mengenakan Han Dobok merah dengan dua garis di pinggirannya menoleh bingung ke arah sumber suara. Matanya menggulir ke kiri dan kanan, memastikan bahwa dirinya memang menjadi target panggilan seniornya.

"Aku?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan ragu.

"Iya, kau! Yang pakai kacamata, kemari. Aku ingin berbicara denganmu."

Pria berkacamata itu langsung meletakkan tas yang sedang dibawanya, lalu berlari kecil menghampiri Taehyun dengan semacam rasa cemas. Ia khawatir telah melakukan kesalahan selama latihan tadi.

Setibanya di depan Taehyun, rasa takutnya semakin menguat. Aura senior yang satu ini begitu mendominasi hingga membuat keberaniannya seakan menciut, meski saat itu Taehyun tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan.

Sementara itu, anggota klub yang masih berada di ruang latihan mulai berbisik-bisik sesama mereka. Sebagian tampak membicarakan nasib Jungwon yang "diincar" seniornya, bahkan ada juga yang tertawa pelan karena merasa kasihan.

"Siapa namamu?" tanya Taehyun dengan nada tegas.

"Y-Yang Jungwon-inmida," jawab Jungwon dengan suara terpatah-patah.

"Apa ada yang salah dengan cara bicaramu?"

"M-maaf, sunbaenim. Apakah aku melakukan kesalahan?" sahut Jungwon sambil menunduk rendah di hadapan Taehyun.

Taehyun tak langsung menjawab. Ia justru terdiam beberapa saat sebelum tiba-tiba tertawa keras. Tawa pria itu cukup lantang hingga membuat seluruh ruangan menoleh ke arahnya, termasuk Jungwon yang kini semakin kebingungan. Wajar saja, sebab senior yang satu ini dikenal jarang sekali tersenyum, apalagi tertawa lepas seperti itu.

"Yak, Jungwon-ssi! Kenapa kau tegang sekali? Apa aku terlihat menakutkan, huh? Hahaha! Astaga," kata Taehyun sembari menyeka sudut matanya yang basah oleh tawa.

Jungwon hanya terdiam dengan ekspresi heran. Benar-benar tak mengerti situasi apa yang sedang ia hadapi.

"S-sunbaenim?"

Taehyun akhirnya mengembalikan ekspresinya ke mode netral sebelum kembali berbicara.

"Kau memang masih baru di sini, tetapi aku perhatikan teknikmu sudah banyak mengalami peningkatan. Selain kekuatan, ingatlah bahwa teknik juga memegang peran penting."

Mendengar ucapan itu, mata Jungwon mulai berbinar. Seniornya... baru saja memujinya?

Taehyun menepuk bahu Jungwon dengan ringan. "Beladiri itu tidak melulu soal otot. Kau juga membutuhkan kecerdasan untuk menggali taktik yang bisa mengecoh musuh. Bukankah begitu, Jungwon-ssi?"

Jungwon tersenyum dan mengangguk penuh semangat. Sungguh benar, seseorang akan terlihat konyol jika hanya mengandalkan otot semata tanpa strategi.

"Nee, sunbaenim."

"Bagus. Tingkatkan terus kemampuanmu, dan satu lagi... kau hanya membutuhkan sedikit lebih banyak keberanian," ujar Taehyun sambil memberikan tatapan penuh arti pada hobae-nya.

Usai mengatakan itu, ia menepuk sekali lagi bahu Jungwon sebelum beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Jungwon terus menundukkan kepala berulang kali dengan sudut sembilan puluh derajat, bahkan setelah sunbaenya sudah menghilang dari pandangan. Hari ini ia merasa sangat bahagia. Untuk pertama kalinya dalam hidup, seseorang memujinya.

Namun, kesenangan Jungwon ternyata menjadi bencana bagi dua anak lelaki yang juga anggota klub Taekwondo. Mereka mengepalkan tangan dengan penuh emosi. Rupanya, mereka adalah bagian dari kelompok yang beberapa hari lalu mengeroyok Jungwon.

𝕷𝖊𝖙 𝖒𝖊 𝖎𝖓 |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang