24.The strengths and the weaknesses

425 83 1
                                    

Hari mulai gelap.Awan jingga menghias langit sore ini.

Tepat di depan gerbang sekolah dua insan saling menatap tanpa ada yang ingin memulai percakapan.Dengan jarak yang cukup jauh,Hanuel menatap tanpa arti manusia bersurai blonde di sana.

Sementara sang empu menatap dirinya penuh arti.Seolah ingin mengungkapkan segala pertanyaan yang tersimpan di otaknya selama ini namun ia urungkan karena merasa ragu.

Hanuel ingin melangkah pergi sebelum suara berat segera menghentikan nya.

"Hanuel"

Dia berjalan mendekat.Mengikis jarak.Tanpa rasa takut menatap kedua bola mata Hanuel.

"Jay?"

"Darimana saja?"

Bohong,kata yang harusnya keluar dari bibir nya adalah 'aku merindukan mu'.Tapi Jay terlalu gengsi untuk mengucapkan nya.Padahal sayang sekali gadis di hadapannya ini tetap bisa membaca pikirannya.

Seketika Hanuel mengalihkan tatapan nya ke lain arah.Jangan sampai dia tahu semua rahasia pria itu.

"Han aku bertanya"

Hanuel kembali menatap mata Jay namun hanya sebentar karena detik berikutnya ia kembali menatap ke lain arah.Entahlah?

Ada sesuatu yang aneh dengan tatapan yang di berikan pria itu padanya.Setiap kali ia menatap iris tajam itu maka tiap detiknya Hanuel bisa membaca apa ada dalam pikiran Jay.Dan itu sangat mengganggu nya.

"Pulang lah!"

"Tidak sebelum kau menjawab pertanyaanku"

Hanuel menatap lengannya yang di genggam pria itu.Ini yang kesekian kalinya Jay menyentuh nya dan rasanya masih sama.Seolah ada aliran listrik yang menyengat kulit nya.Menggetarkan hatinya yang telah mati.Dia tak tahu perasaan apa itu.Karena selama ini Hanuel tak pernah merasakan perasaan apapun selain rasa sepi.

Yang ia tahu perasaan nya seperti ini karena Jay adalah manusia berdarah suci makanya dia begitu bersemangat ketika pria itu berada di sekitar nya.

"Jay,lepas!"

Jay tersenyum melihat lengan Hanuel bergetar.Apakah sekuat itu efek dirinya pada tubuh gadis itu?

"Kenapa? Apa ini mengganggu mu?"

"Jangan memancing ku!"

"Lalu bagaimana dengan ini?"

Hanuel melotot sempurna ketika Jay menarik kedua lengan nya hingga tubuh mereka bertubrukan.Sial,sekarang dia benar-benar bisa gila karena pria itu.Seketika matanya terpejam ketika mencium bau yang begitu manis menguar dari tubuh Jay.

"Lepas sialan!"

"Tidak akan"

"Jangan bermain-main"

"Tapi kau terlihat lucu khehehe"

Seperti nya Jay sedang menguji nyawanya sendiri.Dia tidak peduli lagi jika mahkluk cantik dalam pelukan nya ini bisa saja menjadi malaikat kematian nya.

"JAY!"

Bentak Hanuel,memang susah berbicara dengan manusia seperti Jay.Keras kepala dan selalu menyepelekan segala hal.Bahkan ketika malaikat maut sudah berada di hadapannya pun dia masih sempat tertawa.

Dengan sekuat tenaga Hanuel melepas cengkraman Jay lalu berlari sejauh mungkin.Dia tidak sekuat dulu lagi untuk menahan hasrat memangsanya.Berada di dekat Jay selalu membuat nya lemah.

Sementara Jay di tinggal sendiri hanya menggeram kesal sambil memukul-mukul angin.

ⓁⒺⓉ ⓂⒺ ⒾⓃ

𝕷𝖊𝖙 𝖒𝖊 𝖎𝖓 |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang