34.Should we separate

346 77 1
                                    

Semakin hari tenaga Jay benar-benar semakin terkuras.Hampir tiap hari ia memuntahkan darah setelah mengalami batuk parah.

Dia tidak ingin memberi tahu Hanuel.Hingga gadis itupun terus menyedot darahnya seperti biasa.

Namun meskipun di sembunyikan,mustahil bagi Jay untuk berbohong pada Hanuel yang nyatanya seorang vampir.Apalagi mereka tinggal seatap,yang setiap jamnya Hanuel bisa melihat wajah Jay.

Hanuel menatap intens sosok pucat yang sedang sibuk di dapur itu.Semakin hari Jay malah terlihat seperti mayat berjalan.Hanuel baru menyadari itu.

"Jay!"

Seutas senyum di berikan Jay."hmn...ada apa Han?" Ujar pria itu yang masih sibuk berkutat di dapur Hanuel.

Hanuel mendekat sedikit demi sedikit dengan pandangan yang tak pernah lepas dari wajah Jay.

"Apa ada yang ingin kau katakan padaku?"

Pergerakan Jay langsung terhenti.Dia menatap heran dengan pertanyaan Hanuel."tidak ada" jawabnya seadanya.Lalu kembali melanjutkan kegiatan nya.

"Jay kau menyembunyikan sesuatu dariku kan?"

"Tidak ada Han-ie,memang apa yang harus aku sembunyikan darimu?"

Hanuel mendengus.Sekarang dia sudah berada di samping tubuh Jay.Di tariknya dagu pria itu kesamping agar mereka bisa bersitatap.

Dua iris tajam Jay langsung bersitubruk dengan hazel Hanuel.Dia terkunci dengan tatapan penuh intimidasi kekasih nya itu.Hanuel tidak berkedip hingga Jay juga ikut tidak berkedip.

Dari tatapan itu Hanuel bisa membaca semua yang Jay sembunyikan dari nya,termasuk fakta bahwa pria itu akhir-akhir ini selalu muntah darah.

"Asal kau tahu Jay tidak ada seorang pun yang mampu berbohong di hadapanku karena aku bisa membaca pikiran manusia"

Jay langsung berkedip karena panik.Dia menghindar dari tatapan mata Hanuel.Meskipun sebenarnya sudah terlambat.

"Kau selalu muntah darah akhir-akhir ini bukan?"

Jay melotot terkejut.Apa Hanuel benar-benar bisa membaca pikiran nya?

"Aku bisa membaca semua isi pikiranmu Jay,maaf lancang tapi aku juga sudah tahu tentang masa lalumu"

Jay terdiam,dia tidak bisa berkata-kata lagi.Berarti selama ini Hanuel selalu membaca pikiran nya? Astaga dia tak tahu harus bereaksi seperti apa.Marah atau malu,sebab sebenarnya dua puluh empat jam nya isi pikiran Jay hampir Hanuel semua.

"Jay..."

Ada jeda beberapa menit di antara mereka sebelum Jay kembali menatap wajah Hanuel."kenapa?"

"Apa....kau baik-baik saja?"

"Hahaha apa maksudmu Han-ie tentu saja aku baik"tawa palsu Jay tidak bisa membohongi Hanuel.Meskipun pria itu tersenyum dengan tulus.

Tatapan Hanuel mengosong,dia menggeleng pelan lalu menoleh kan wajahnya ke samping."nope,you're not okay"

Ujar nya sebelum berlalu meninggalkan Jay yang diam dengan beribu pertanyaan di kepala.

  ⓁⒺⓉ ⓂⒺ ⒾⓃ

Pagi ini Jay sudah lengkap dengan seragam sekolah ketika melihat Hanuel yang masih berbaring santai di atas sopa dengan baju biasanya.

"tidak sekolah?"

Gadis itu menoleh sebentar sebelum kembali sibuk dengan ponselnya.

𝕷𝖊𝖙 𝖒𝖊 𝖎𝖓 |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang