3

9.5K 715 8
                                    

"Mas, ini ada kiriman lagi dari Bu Hana"

Lelaki yang baru saja turun dari lantai atas kamarnya langsung mengambil rantang yang diberikan Mang Jajang

"Siapa tadi yang kesini? Bukan Tante Hana kan?"

Mang Jajang tertegun.."Loh kok Mas bisa tahu?"

"Jawab saja"

"Oh itu anaknya, Mas. Mbak Anin"

Lelaki itu mengangguk

"Kalau begitu saya balik lagi ke pos, Mas" pamit Mang Jajang

Bukan kemauannya jika dia diperlakukan seperti ini, dia juga tidak tahu kenapa wanita yang tinggal disebelah rumahnya sangat perhatian padanya

Lelaki itu lantas segera menuju meja makannya, membuka isi rantang dan segera menyantapnya. Untuk orang yang sudah lama ditinggal orang tua, makanan ini sangat mujarab menjadi obat rindunya, tanpa sadar air matanya menetes

"Sial"

Hatinya terasa perih ketika ingatan buruk itu kembali menyerang dirinya. Rumah yang seharusnya dipenuhi kehangatan kini sudah berubah menjadi neraka dunia, sepi, sunyi dan menakutkan

Semua gara-gara salah satu orang di masa lalunya

Karena tidak mau berlarut dalam kesedihan, lelaki itu memutuskan untuk segera berangkat ke kantor setelah menutup kembali isian rantang yang kemudian disimpannya di dalam kulkas

"Mobil udah siap, Mang?"

"Sudah Mas. Ini kuncinya"

"Oh iya, nanti saya lembur. Pulang sekitar jam 10 an. Dan saya minta tolong, rantang warna merah muda yang sudah saya bersihkan diatas meja makan, Mamang kembalikan ya. Saya ga punya waktu. Sampaikan terimakasih juga pada Tante Hana, dan bilang padanya untuk tidak perlu melakukan hal ini lagi" ucapnya dingin

Dengan raut wajah datar, lelaki itu masuk kedalam sedan hitamnya dan langsung keluar dari rumahnya, meninggalkan Mang Jajang dengan raut wajah penuh tanya

"Kali ini apa?" ujarnya lirih

Jalanan Ibukota pagi ini tidak terlalu ramai seperti biasanya, mobil sedan yang dikendarai lelaki itu kini melesat menuju kearah Tol. Nampaknya dia ingin pergi kesuatu tempat

Tidak berselang lama, dia sudah sampai di sebuah pemakaman. Hatinya tersayat setiap kali dia menginjakkan kakinya disini, bayangan yang menghantui masa kecilnya masih terekam jelas di otaknya

"Ma, Ryan kangen"

Dia sudah tidak kuat membendung tangisannya, batinnya sangat sakit. Tidak ada anak yang di dunia ini yang ingin kehilangan sosok Ibu, karena detik itu juga rasanya seperti kehilangan tempat untuk bersandar dari segala drama kehidupan dunia

Tangan kanan Ryan mengepal menahan amarah. Dia berjanji untuk membalas semua rasa sakit Ibunya terhadap orang itu, persetan dengan hubungan darah yang dimilikinya

Selepas ziarah ke makam, Ryan tidak langsung pergi ke kantor. Dia memutuskan untuk pergi ke sebuah Villa milik temannya di kawasan Puncak

Setibanya disana, dia disambut oleh penjaga Villa. Dia memang sering datang kesini sehingga membuatnya akrab dengan penjaga itu, terlebih sang pemilik villa yang tidak lain adalah sohibnya sendiri sudah menitipkan pesan jika Ryan boleh berkunjung kesini kapanpun dia mau. Namun saat dia hendak memarkirkan mobilnya di garasi, matanya tidak sengaja melihat sebuah mobil klasik yang sangat dikenalinya. Wah, kebetulan sekali sang pemilik Villa ada di sini

Ryan segera turun dari mobilnya dan langsung masuk kedalam Villa. Dia sedikit terkejut karena mendapati seorang lelaki yang hanya menggunakan celana kolor berwarna hitam sembari memegang satu mangkuk yang dia yakini sebagai mie instan

SUNSET GARDEN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang