"Kamu bawa bekal lagi?"
Anin sedikit terlonjak dengan pertanyaan sang Mama, pasalnya dia tengah serius menata isi bekalnya
"Biar ga repot masak"
Tante Hana mengangguk sembari memakan roti bakarnya. Dia memandangi tabletnya serius, sesekali dahinya mengkerut dan mulutnya ikut mendumel
"Mama lihat apa, serius amat?"
"Model"
"Buat cover majalah?"
Tante Hana mengangguk sambil bergumam
"Ck, ga ada yang cocok"
Anin menampakkan smirk nya, sudah dia duga Mamanya akan berkata demikian. Pasalnya semenjak dirinya ikut menyeleksi model cover majalahnya, tanpa disadari standar di dunia modelling juga ikut naik karenanya
"Model-model itu hanya bermodalkan payudara dan bokong yang besar. Alih-alih seksi, pose mereka justru menggelikan"
"Emang kali ini Mama ingin model yang bagaimana sih?" tanya Anin yang masih sibuk mengupas apelnya
"Mama hanya ingin model yang bisa membawa nama brand Mama itu hidup. Seperti punya aura mewah dan berkelasnya tersendiri, Mama ga butuh yang cakep atau bahenol. Percuma mereka punya itu jika saat mengenakan brand Mama, jatuhnya justru underate dan tidak berkelas"
Tante Hana memang sangat selektif dalam pemilihan model majalah, penata rias, desaigner hingga model catwalk. Dia tidak terlalu mengikuti standar yang ada karena sebenarnya dia sudah memiliki standarnya sendiri. Bahkan beliau sering terlibat adu debat dengan para desaigner nya. Menurutnya, tidak selamanya model itu harus cantik dan seksi, tidak selamanya harus putih dan berambut lurus, yang terpenting adalah attitude serta profesionalisme mereka saat bekerja, terutama harus tahan psikis jika dikritik dan tidak boleh berbangga diri jika dipuji
Jika dikritik sedikit mereka nangis, dipuji sebentar dia sudah congkak, maka detik itu juga dia harus out dari brandnya. Tidak peduli mau secantik, seseksi, dan sepintar apa, itu semua tidak berguna saat seseorang sudah memutuskan untuk bekerja di tempat orang. Keputusannya hanya dua, patuhi atau pergi cari yang lain
"Seperti teman Mama itu?"
Tante Hana mengangguk, dia melepas kacamata bacanya
"Benar. Tapi sayang sekali saat dipuncak karirnya dia justru memilih berhenti demi menikahi seorang duda"
"Emang Mama belum pernah ketemu dia lagi?"
"Jangankan ketemu, dia nikah dengan duda mana saja Mama dan Papamu ga ada yang tau!"
Meskipun beliau sangat lihai dalam memasak dan mengendalikan berbagai jenis peralatan dapur, tidak membuatnya langsung puas dalam menjalani kehidupan. Bahkan siapa sangka, Tante Hana yang awalnya hanya iseng mendirikan brand pakaian untuk mengisi waktu luang justru sekarang semakin berkutat dengan hal itu. Alasannya simpel, dia sudah cukup puas berkecimpung dengan dunia perbumbuan, lagipula sudah ada anaknya yang meneruskan
"Ya udah, Anin berangkat ya. Papa mana?"
"Nguras kolam ikan"
Anin tertegun, lantas segera menghampiri Papanya yang tengah sibuk menggosok kolam ikan dengan sikat baju
"Pa?"
"Eh, udah mau berangkat?"
Anin mengangguk
"Ya udah sana"
"Papa ga ke kantor?"
"Papa malas. Nguras kolam aja, lebih seru"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET GARDEN (TERBIT)
RomanceAwalnya kehidupan Anin berjalan normal-normal saja, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Namun, semuanya berubah saat dia menjadi kurir dari sebuah rantang milik tetangga. Satu per satu drama mulai bertebaran menghiasi kehidupannya. Ditambah t...