52

3K 219 7
                                    

Acara mereka dilanjutkan dengan sesi salaman dan juga foto bersama. Entah apa gunanya tapi ya sudahlah hitung-hitung wujud bakti anak pada kedua orang tuanya.

"Ini kita kayak pengantin beneran ga sih?" bisik Anin pada Ryan

Ryan tidak menjawab, dia hanya tersenyum manis. Hingga kemudian sesosok jurig yang terkurung di kamar tamu berhasil melepaskan diri, dia sudah mencak-mencak sembari mengacungkan pisau buah yang entah di dapat dari mana.

"ASTAGFIRULLAHHHH!!!" panik Ibu-ibu

"Hadeh, bocah sialan" lirih Lavera

"Ryan ga boleh nikah! RYAN GA BOLEH MENIKAH!" teriak Luna

Tante Hana membuang nafas sembari memutar kedua bola matanya.

"Sayangnya telat. Udah kawin tuh mereka" ujarnya

Mata Luna membulat, dia langsung berjalan menuju kearah pasangan pengantin itu, lebih tepatnya ke arah Anin seraya mengacungkan pisaunya.

"HEHHHHH" pekik Tante Hana panik

Reflek Anin segera berlindung di belakang Ryan.

Perempuan gila itu langsung dihadang oleh beberapa tamu yang hadir, sedangkan Tante Hana dan Lavera sudah pasang badan melindungi anak-anaknya.

"DASAR JALANG! BERANINYA LO MENIKAHI TUNANGAN ORANG!" bengis Luna

"Heh yaAllah ndokkk sabar ndok, ojo gendeng. Koen iku ayu. Ojo mburu bojone uwong!" ujar salah satu Ibu dari wilayah Surabaya yang kini tengah berusaha menurunkan pisau yang masih tegak berdiri.

"LEPASIN SAYA! KALIAN ITU TIDAK TAHU APA-APA!"

"Ga usah teriak-teriak, Mbak! Ga ada yang budeg!"

Alih-alih menyerang Anin, Luna justru terlibat perdebatan yang cukup sengit dengan Ibu-ibu yang sempat menghalanginya. Tidak jarang mereka malah saling adu nasib, sohib Tante Hana memang beda.

"Tapi Ibu-ibu ga paham apa yang saya rasakan! Ryan itu tunangan saya! Dia itu dijebak! Perempuan itu perempuan murahan!"

PLAK

"Wanita sialan!"

Tante Hana murka. Dia tidak terima jika anaknya dikatakan demikian. Murahan dari mananya? Mau dekat dengan lelaki aja udah sukur.

"Jaga omongan kamu ya! Siapa kamu berani mengatakan anak saya seperti itu hah?!"

"Lun, please ngaca! Kamu yang buang anak saya, sekarang kamu ngaku jadi tunangannya?! Kamu pikir anak saya itu sampah yang bisa main pungut seenaknya?!" imbuh Lavera

Luna terdiam. Namun air matanya masih luruh enggan berhenti. Dia sekuat tenaga menahan untuk tidak terisak karena memang yang dikatakan Lavera betul adanya.

"Pergi kamu dari sini!" suruh Lavera

Namun Luna justru menggelengkan kepala kuat-kuat.

"Tante ga ada hak buat usir aku dari sini. Tante bukan siapa-siapa! Ah iya, Tante suruh saya ngaca? Kenapa ga Tante aja? Kita sama kalau Tante lupa!"

PLAK

Lavera menampar pipi Luna. Beraninya perempuan ini menyamakan dirinya seperti itu.

"Jaga omongan kamu! Kalau kamu tidak tahu apa-apa sebaiknya diam!" ujar Lavera penuh ketegasan

Luna tertawa miris. Menurutnya Lavera hanya berpura-pura bersikap manis, padahal dia juga sama busuknya.

"Tante yang bikin mendiang Tante Arumi meninggal!" papar Luna

SUNSET GARDEN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang