60

3.3K 205 4
                                        

"Mbakkkkkk sate dan rendang nya dihabisin Dinar sama Bang Reno mbakkkkkkkkk" teriak Rangga.

Setelah mendapati tema perayaan bernuansa kerajaan, Anin dan papanya sepakat untuk menggelar acara tersebut di ballroom sebuah hotel bintang 5 yang ternyata masih satu aset dengan perusahaan milik Ryan. Lumayanlah tidak ada uang sewa, karena lelaki itu yang merekomendasikannya hitung-hitung sebagai hadiah dari menantu untuk kedua mertua.

"Eh setan jangan teriak!" ujar Reno.

Mendengar kegaduhan dari sisi tempat jamuan membuat atensi Anin yang tengah mengobrol dengan keluarganya langsung tercuri. Dia segera berjalan ke arah sana diikuti sang suami.

"Ada apa sih?"

"Lihat mbak, makanannya dihabisin semua sama mereka! Mana udah nambah lima kali lagi!" adu Rangga.

Sedangkan para tersangka utama hanya nyengir.

"Dikit doang kali, Nin" ujar Reno.

Anin menghela nafasnya panjang, dia pikir kenapa.

"Perkara sate aja jangan pada ribut kenapa?!" dumel Dimas seraya memasukkan rendang lagi ke mulutnya.

Mendengar orang tua Anin yang hendak merayakan anniversarry pernikahan membuat Dimas langsung datang dengan penuh sukacita. Kebetulan pesawatnya landing di Bali dan stay di sana selama tiga hari. Jadi, dia memutuskan untuk ngacir ke sini mencari hiburan dan juga makanan gratis tentunya.

"Masalahnya yang mereka makan itu sate kambing mas! Kalau goler gimana?!" sewot Rangga.

"Ga akan goler, paling besok masuk UGD karena tensinya pada naik" asal Dimas.

Mendengar hal mengerikan itu nampaknya sedikit membuat Dinar cemas.

"Bang Reno tadi yang ajak!" tuduhnya.

Reno yang masih mengunyah satenya justru terperangah,

"Lah kan gue cuma ajakin 'Din sini Din makan rendang sama minum es cendol', lo nya aja yang langsung nyamber sate satu wadah!"

"Udah-udah jangan pada ribut! Undangannya udah pada datang, segera selesaikan makannya, kita mau beralih ke acara inti" lerai Ryan kemudian beranjak dari sana bersama Anin untuk memulai acara.

"Hihh! Lo sih!" ujar Dinar sembari menguyel-uyel muka Rangga.

"Aduh! DOH! pedes kampank!"

Lampu yang menerangi seluruh penjuru ruang berangsur padam dan hanya menyisakan sebuah sorot lampu besar yang menampilkan kedua tokoh utama malam ini. Om Herma yang mengenakan setelan pangeran nampak terlihat gagah meski umurnya sudah lewat separuh abad. Sedangkan Tante Hana yang mengenakan gaun cinderella juga terlihat sangat menawan. Bahkan tidak ada guratan halus yang terlihat di wajah bahagianya.

Mereka berdua mulai berdansa diiringi lagu musikal, meski Om Herma harus berulang kali meringis kesakitan karena kakinya kerap diinjak heels sang istri, nyatanya mereka berhasil menyelesaikan dansa perdananya dan mengundang riuh dari berbagai pasang mata yang melihat.

Kini, lampu dansa yang di dominasi warna putih dan ungu mulai dinyalakan seiring alunan musik yang berjalan. Para tamu mulai berdansa dengan pasangan masing-masing tak terkecuali Anin dan Ryan, meski keduanya tidak lihai dalam hal tersebut.

"Kenapa?" tanya Anin pada si suami yang sedari musik menyala pandangannya enggan lepas darinya.

Tapi Ryan hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Nanti pas resepsi, kamu mau adain ini juga?" tanyanya balik.

Anin nampak menimang-nimang sebentar.

"Terlalu romantis, aku ga suka"

"Lantas?"

"Garden party aja, tapi sore"

Anin mulai mengalungkan kedua tangannya pada leher Ryan seraya lelaki itu merengkuh pinggang istrinya posesif.

"Boleh, kapan?"

"Seminggu setelah acara ini?"

Ryan mengangguk, dia mencium bibir istrinya sekilas.

"As you wish"




***





Jalanan malam ini nampak lebih lenggang dari biasanya, mungkin karena faktor waktu yang sudah menunjukkan hampir tengah malam. Setelah pesta selesai, para tamu beserta bintang utama memilih untuk segera pulang mengingat jarak usia mereka yang hampir sepadan. Sedangkan para anak muda lebih memilih bersantai di ballroom seraya menghabiskan makanan. Sementara Anin dan Ryan, mereka sudah berada di rooftop hotel ditemani dua gelas coklat panas.

"Dingin?" tanya Ryan.

Anin menggeleng, namun lelaki itu sudah membawanya masuk ke dalam dekapannya.

"Aku yang dingin hehe"

Kedua sejoli itu tengah menikmati desiran angin malam serta langit yang bertabur bintang.

"Nin?"

Anin bergumam, dia memejamkan matanya.

"Ga apa-apa, cuma bahagia aja"

Anin terkekeh,

"Kenapa?" tanyanya dengan suara parau.

"Cuma teringat kata mendiang mama"

Anin mendongak, dia memastikan lelakinya ini masih baik-baik saja.

"Dulu mama sempat bilang kalau suatu hari nanti aku akan bertemu pasanganku dengan jalan takdir yang lucu. Dan mama juga bilang bahwa aku yang akan jatuh cinta lebih dulu dengannya"

"Terus?"

Anin melerai pelukan mereka untuk kembali duduk dengan benar.

"Semuanya terbukti"

Ryan menatap wajah Anin lamat dan dalam seolah ingin menepis segala keraguan yang ada di dalam diri perempuannya.

"Mama aku juga bilang bahwa nanti aku akan memiliki pasangan yang sama perhatiannya dengan papa" ujar Anin disertai senyuman seraya sebelah tangan mengelus pipi suaminya.

Ryan membawa kedua tangan Anin ke dalam gengggamannya.

"Setelah resepsi pernikahan nanti, akan ku usahakan semua hal yang kamu inginkan terwujud, dan selama kita bersama akan ku buat kamu lupa apa itu lelaki lain"

Kini Ryan menyatukan bibir keduanya, menciumnya lembut, dan sedikit mengulumnya. Dia ingin meyakinkan menyalurkan seluruh perasaannya dan meneguhkan hati Anin bahwa mereka memang di takdirkan untuk hidup bersama.

"Nin?"

Anin menatap mata Ryan yang sudah berubah sayu dan dipenuhi oleh kabut nafsu.

"Can I?"

Anin tersenyum manis, dia mengangguk. Ryan mencium puncak kepala Anin dan juga melumat kembali bibirnya seiring dia menuntun perempuannya untuk masuk ke dalam sebuah kamar hotel yang di desain khusus menyatu dengan rooftop.






®®®






Tobat dulu guys, mau puasa wkwk
Dibanyangin aja sendiri yeaaa, pikiran kita sama🌚🌚

Sekali lagi aku bukan spesialist romance yang bener bisa membuat salting🥲 jadi mohon maaf jika kurang gereget

Tetap koreksi typo dan jangan lupa tinggalkan jejak okeyyy

SeeUnext,





Rican Wang

SUNSET GARDEN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang