10

6.5K 520 12
                                    

Hidup itu udah rumit ga usah dibawa ribet, agaknya peribahasa itu tidak mempan pada hidup Anin, semakin kesini hidupnya justru semakin ruwet belum lagi masalah orang-orang disekitarnya yang membuat hidupnya kadang kocar-kacir. Seperti sekarang, ditengah rasa lapar dia harus ikut menunggu Ryan yang pingsan di kamar sembari menunggu Dokter pribadinya datang

"Mang, masih lama ga sih?"

Mang Jajang yang baru saja meletakkan air minum di nakas kamar Ryan segera melihat ponsel dari saku celananya, sedetik kemudian matanya terbelalak

"Sudah di depan ternyata Mbak, kalau gitu Mamang turun dulu" pamitnya buru-buru

Anin menghela nafasnya panjang, kenapa kejadiannya justru seperti ini? Kenapa pingsannya ga di pending saat dia sudah sampai dirumah dan makan dengan kenyang aja sih? Merepotkan

Tok tok tok

"Permisi"

Dokter dengan setelan yang tidak ada formal-formalnya itu langsung masuk dan segera memeriksa Ryan. Anin sedikit tidak percaya apa orang di hadapannya ini benar-benar seorang Dokter??

"Bagaimana kondisinya ya Dok?" tanyanya setelah Dokter itu selesai memeriksanya

"Dia kekurangan nutrisi dan dehidrasi"

Anin tertegun. Lah kok? Bukankah hampir setiap hari sekawanan rantang tidak pernah benar-benar absen dari rumah ini? Lagipula dia manusia apa vampire sih?

"Maaf sebelumnya, tapi kamu siapanya Pak Ryan ya?"

Anin tergagap

"Oh anu itu, saya hanya tetangga yang kebetulan nganterin makanan kesini. Tuh, rumah saya disebelah"

Dokter itu manggut-manggut kemudian segera menyerahkan resep obat pada Anin

"Tolong ditebus di apotik ya, dan lebih perhatikan lagi asupan nustrisi Pak Ryan"

Asupan nutrisi? Lah Ryan siapa Anin siapa, Dok. Hadeuhh

"Oh, iya terimakasih Dokter---"

"Delon. Panggil saja Delon" ucapnya sembari mengulurkan tangan pada Anin

"Oh iya Dokter Delon" jawab Anin sambil membalas uluran tangan dari Dokter itu

"Kalau begitu saya permisi dulu. Ini kartu nama saya, kalau ada apa-apa dengan Pak Ryan segera hubungi saya" pamitnya

Anin menerima kartu nama sang Dokter, sepertinya mereka berdua ini cukup dekat, tapi entah kenapa Anin justru merasa cukup familiar dengan wajahnya

"Bagaimana kondisinya, Mbak?" tanya Mang Jajang tiba-tiba

"Mang, emang Ryan dirumah makan apa aja sih?"

"Ya makanan dari rumah Mbak Anin"

"Selain itu?"

"Mamang kurang tahu, Mas Ryan tipikal orang yang jarang dirumah"

Anin manggut-manggut, pantas saja. 90% dari 100 orang yang jarang dirumah itu terkadang merasa acuh pada kesehatannya dan untung saja dia hanya pingsan

"Oh ya Mbak, resep obatnya dimana ya? Biar Mamang yang tebus"

"Terus saya?"

"Mbak Anin disini saja sebentar, nemanin Mas Ryan. Tolong ya Mbak, kasihan soalnya"

Lagi-lagi Anin hanya bisa menghela nafas panjang, apa tidak ada orang yang merasa iba dengan suara perutnya?

"Ya udah. Tapi jangan lama-lama, saya juga butuh pulang"

SUNSET GARDEN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang