Entah sampai kapan Anin memandangi dirinya sendiri di depan cermin kamarnya, pasalnya sejak bangun dia sudah di paksa make-up sekaligus menggunakan kebaya bernuansa putih, tak lupa rambutnya yang sudah di gelung ke atas dengan beberapa helai yang sengaja terjuntai ke bawah.
"Ini bohongan apa betulan sih?" batinnya
Bayangkan saja, drama picisan ini seketika berubah menjadi sakral tatkala dirinya berdandan layaknya pengantin sungguhan. Bahkan awalnya Anin hendak di pakaikan paes dan beberapa tusuk konde, namun hal tersebut langsung di tolak mentah-mentah olehnya.
"Nin udah--- Ya Allahhhh anak Mama cantik banget!"
Anin mencibir. Sudah pasti emak-emak satu ini adalah dalang utamanya.
"Ma, ini ga ada di konsep ya?"
Tante Hana masuk mendekati Anin, dia menyemprotkan parfum bunga melati pada tubuh Anin.
"MAMA!! Anin cuma pura-pura nikah!" teriaknya
"Biar lebih mendalami peran" santai Tante Hana
Tanpa menunggu lama, kedua perempuan yang masih terlibat perdebatan itu mulai menuruni anak tangga. Namun siapa sangka, di bawah sana sudah terdapat banyak orang yang siap mengantar sandiwara pernikahan ini.
"Itu semua orang, Ma?"
Tante Hana melirik anaknya yang nampak syok sendiri.
"Ya masa setan!"
Setibanya di bawah sana, Anin langsung diserbu berbagai kalimat, kebanyakan berisikan pujian tapi tidak sedikit pula yang melontarkan pertanyaan seputar pernikahan. Bahkan ada pula yang menyuruhnya untuk menikah sungguhan, katanya nanggung.
Setelah acara basa-basi yang memuakkan, rombongan pengiring pengantin wanita mulai menuju ke rumah pengantin pria. Sedikit lucu mengingat jarak rumah mereka yang tidak ada lima langkah.
"Ma, harus gitu Anin pakai ini? Duh susah jalan nih!" gerutunya karena tidak biasa menggunakan rok kain jarik yang sangat menempel pada tubuh bagian bawahnya
"Namanya juga pengantin"
"Pakai celana aja ya"
"Heh! Pengantin kok pakai celana!"
Sementara Om Herma yang berjalan di sisi kanan anaknya, hanya diam sembari mendengarkan perdebatan unfaedah mereka.
"Selamat datang, Bapak Hermawan, Ibu Hanania, dan juga si gelius Mbak Anindya" sambut Mang Jajang
"Mangga atuh, Mamang persilahkan. Sudah ditunggu Ibu dan Bapak di dalam"
Sementara situasi berbeda tengah terjadi di dalam rumah besar itu, siapa lagi jika bukan Aluna Rafflesia Wijaya. Perempuan yang masih memakai baju tidurnya itu langsung menangis kejer tatkala melihat dekorasi yang sudah terpasang cantik pada sisi ruang tamu.
"GA BOLEH! RYAN GA BOLEH NIKAH!" teriaknya histeris
Sedangkan Lavera hanya menatapnya jengah sekaligus miris.
Di sisi lain, Ryan tetiba menjadi gugup sendiri meski dia tahu semua ini hanya sandiwara, tapi entah kenapa rasanya justru seperti menghadapi pernikahan sungguhan.
Tok tok tok
Atensi Ryan beralih pada pintu kamar yang baru saja di ketuk, oh ternyata itu Papanya.
"Kamu udah siap, Nak?"
Tidak terhitung berapa kali Ryan terus mengambil nafas untuk menghilangkan kegugupannya, meski rasanya malah bertambah nervous.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET GARDEN (TERBIT)
Roman d'amourAwalnya kehidupan Anin berjalan normal-normal saja, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Namun, semuanya berubah saat dia menjadi kurir dari sebuah rantang milik tetangga. Satu per satu drama mulai bertebaran menghiasi kehidupannya. Ditambah t...