Kebetulan malam ini bertepatan dengan malam Minggu, Anin berencana untuk menggelar pesta kecil-kecilan di restorannya karena hari Minggu merupakan off the day untuk seluruh pegawai Valette
Pesta itu berjalan senormal dan semeriah mungkin, ada yang konser bahkan dangdutan tidak jelas, ada juga yang hanya diam sembari makan sepuasnya mumpung gratis
Pelan namun pasti, pesta ala-ala yang diselenggarakan Anin mulai kehilangan anggota satu persatu seiring larutnya malam, hingga pada akhirnya hanya menyisakan dirinya beserta kedua kokinya
"Mbak!" panggil Rangga menghampiri Anin yang masih sibuk makan kuaci satu toples
"Apaan"
"Beli Amer yuk!" lirihnya
Mendengar ucapan Rangga membuat Anin langsung tersedak kulit kuacinya
"Pelan-pelan kali, Mbak" ujar Rangga seraya memberikan air kemasan diatas meja
"Mau mabuk?"
Rangga mengangguk
"Ke club aja sana"
"Terlalu ramai, Mbak. Ga asik!"
"Tapi kan kita ga ada Amer?!"
"Tenang, biar Rangga yang beli"
Dinar yang baru saja keluar dari dapur sedikit tertegun melihat Anin dan Rangga yang tengah berbicara bisik-bisik layaknya bandar film biru
"Lagi ngomongin apa sih?" tanyanya setibanya disana
"Kepo amat kayak Dora!" jawab Rangga kemudian segera beranjak menuju tempat loker
Dinar menatap punggung pemuda itu dengan tatapan mendelik
"Emang tadi pada bahas apa sih, Mbak?"
"Asuransi" jawab Anin asal sembari memakan kuacinya lagi
Dinar mangguk-mangguk, sebenarnya dia tidak percaya tapi mengorek informasi dari Anin adalah sebuah hal yang percuma, dari pada pusing menebak-nebak dia memutuskan untuk bergabung dengan Anin makan kuaci sembari menonton drama korea 'Penthouse'
Ditengah-tengah jalan cerita yang membuat mereka hipertensi, tiba-tiba Rangga datang dengan segenggam uang 2000-an dan langsung meletakkannya diatas meja
"Itu uang siapa?" selidik Anin
"Ya punya saya lah Mbak"
"Lusuh amat?!"
"Lusuh-lusuh begini tetap aja duit. Kan lumayan, buat beli Amer" cengirnya
"Segitu mah mana cukup?!"
"Cukup Mbak, segelas"
Anin menempeleng kepala Rangga
"Itu namanya bukan mabuk!"
"Amer itu apa?" tanya Dinar yang membuat kedua orang disampingnya ini saling berpandangan heran
"Anggur merah" jawab Anin
"Itu minuman apa? Kok saya ga pernah lihat disini ya Mbak?"
Lagi-lagi mereka berdua kembali bertatapan heran. Kok ada pegawainya yang masih punya pikiran seputih salep kutu air sih?!
"Ya emang ga tersedia"
"Itu memabukkan?"
"Iya"
"Oh, kenapa ga minum Vodka aja? Wine, Whiskey, Brandy, Beer? Soju juga bisa, oh atau itu yang baru datang si Cognac Grande Champagne!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET GARDEN (TERBIT)
عاطفيةAwalnya kehidupan Anin berjalan normal-normal saja, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Namun, semuanya berubah saat dia menjadi kurir dari sebuah rantang milik tetangga. Satu per satu drama mulai bertebaran menghiasi kehidupannya. Ditambah t...