Setelah mendengar rencana sang Mama yang berkolaborasi dengan Tante Lavera, Anin yang semula baik-baik saja kini harus rela mengenakan koyo pada kedua sisi pelipisnya. Dia sungguh salah menyerahkan semuanya pada kedua orang itu, sungguh dirinya serasa ingin datang ke RSJ dan mendaftarkan diri disana.
"GILAAAAAAA"
Ryan yang baru kembali dari tempat kotak P3K untuk mengambil minyak angin seketika terkejut dengan teriakan perempuan yang tengah duduk di ruang keluarga.
"Kamu kenapa lagi, Nin?"
Anin tidak menggubris, lelaki ini juga sama saja. Astaga apakah hanya dia disini yang waras?
"Sini!" suruh Ryan agar Anin sedikit mendekat padanya
Lelaki itu menurunkan sedikit cardigan yang dipakai Anin untuk mengoleskan minyak angin pada area belakang leher wanitanya yang kebetulan hanya memakai tanktop hitam saja, Ryan juga sedikit memijatnya dengan harapan agar wanita ini menjadi sedikit lebih rileks.
"Mamaku dan Mamamu itu memang wanita gila!"
"Hush! Ga baik bicara seperti itu"
"Lantas apa rencana mereka masuk akal hah?!"
Ryan diam. Dia tidak ingin menjawab. Dia tidak mau Anin bertambah marah sehingga berdampak langsung pada hubungan mereka.
"Emangnya kamu ada rencana lain, hm?"
Anin menghela nafasnya pasrah
"Ya engga juga sih"
"Ya terus? Ga ada salahnya kita coba dulu"
"Tapi itu terlalu maenstrim, Ry. Kalau dia sampai nekat gimana?"
Ryan memutar tubuh Anin hingga pandangan mereka sejajar
"Sayang dengar, Luna itu tipikal perempuan yang rela melakukan apa saja untuk memenuhi semua keinginannya. Kalau kita tidak pakai cara yang sama ekstrem nya, dia tidak akan kapok. Justru malah kita yang akan kalah"
Anin menundukkan pandangannya
"Tapi aku takut gagal"
Ryan mengulum senyum seraya mengangkat dagu Anin dan mempertemukan pandangan mereka kembali.
"Kamu itu tidak sendiri Anin. Ada Mama Papa kamu, Mama Papa aku juga, dan yang paling penting ada aku. Aku ga akan pernah membiarkan kamu melewatinya sendiri. Jadi, kita jalani semuanya sama-sama ya?"
Anin mencari titik keraguan pada lelaki ini tapi yang dia temukan hanya rasa penuh harap dan percaya diri. Detik berikutnya, Anin menghamburkan dirinya kedalam pelukan Ryan, dia menyalurkan semua perasaan takut, kalut, resah serta hal-hal yang mengganjal pada hati dan otaknya. Tuhan, semoga semuanya berjalan sesuai rencana
***
Keesokan harinya, semua drama ala sinetron rumahan merekapun dimulai. Pagi ini, Ryan memutuskan untuk pulang kerumahnya meski dia sangat ogah.
Lelaki itu menyeret kopernya, dan beberapa tas yang dibantu Mang Jajang."Ryan pulangg" gontainya
Hal pertama yang dia lihat adalah ekspresi perempuan yang menatapnya tidak percaya, perempuan yang masih membawa sepiring buah-buahan yang telah dipotong ini seketika memekik senang dan segera berlari memeluknya.
"Aku pikir kamu ga akan pulang. Ih, kangen tau!"
Jika dulu dia sangat senang saat Luna memeluknya tapi sekarang rasanya ingin sekali Ryan mendorongnya kuat-kuat. Hadehh sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET GARDEN (TERBIT)
RomanceAwalnya kehidupan Anin berjalan normal-normal saja, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Namun, semuanya berubah saat dia menjadi kurir dari sebuah rantang milik tetangga. Satu per satu drama mulai bertebaran menghiasi kehidupannya. Ditambah t...