Bab 10 | Abidzar Itu Imut

12.8K 1.1K 17
                                    

Hari ini Yasmine singgah ke rumah Aira, rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan sahabatnya itu. Rindu juga dengan keponakan cantiknya yang tak lain adalah Faisya, ah ia tidak sabar ingin bertemu dengan keponakannya yang imut itu. Meluangkan waktu sejenak ia memilih mengunjungi kediaman keluarga Aira, untunglah Abidzar sedang ada kumpulan organisasi di kampusnya sehingga Yasmine bisa pergi ke rumah Aira. Akhir-akhir ini Abidzar memang berangkat dan pulang bersama Yasmine, itu semua karena Yasmine tidak mau kalau sampai Abidzar terluka lagi gara-gara dikejar preman. Yah, walaupun ia harus menahan kesalnya karena harus melihat wajah Putra. Putra ternyata senior Abidzar di kampus, hal yang mengejutkan bagi Yasmine.  

"Assalamualaikum," salam Yasmine sambil menekan bel yang berada di dekat pintu masuk.

Tak lama menunggu, pintu dibuka hingga menampilkan wajah Aira yang terkejut dengan kehadiran Yasmine. Yasmine memang tidak memberitahu Aira kalau ia akan datang berkunjung, dan untungnya Aira sedang ada di rumah. Anggap saja Yasmine ingin mengejutkan Aira, sudah lama mereka tidak bertemu.

"Waalaikumsalam, Yasmine? Kamu ke sini kok enggak ngabarin aku dulu? Ayo masuk." Aira mempersilakan Yasmine masuk.

"Sengaja, biar jadi kejutan gitu hehehe. Untung aja gue ke sini lo ada di rumah, kalau enggak sia-sia dong ke sini," ucap Yasmine.

"Kamu lagi enggak ada pemotretan?" tanya Aira ketika Yasmine sudah duduk di salah satu sofa.

"Enggak ada makanya gue bisa ke sini, eh iya suami lo mana, Ai? Terus ponakan gue yang cantik dan imut ke mana?" Yasmine mengedarkan pandangannya ke segala arah seakan mencari keberadaan Fahri dan Faisya.

"Mereka lagi enggak di rumah, tadi Mas Fahri izin bawa Aira keluar. Katanya sih mau main di taman," ucap Aira.

"Lo enggak ikut?" Aira menggeleng sebagai jawaban.

"Enggak, aku nunggu rumah aja. Kebetulan juga aku lagi enggak enak badan."

"Lo sakit, Ai? Wah jangan-jangan Faisya mau punya adik lagi." Yasmine langsung terdiam ketika raut muka Aira berubah, sepertinya ia telah salah bicara.

"Maaf, Ai. Gue enggak bermaksud." Tentu saja Yasmine mengerti hal buruk yang pernah Aira alami, ia juga turut sedih dengan hal itu.

"Enggak apa-apa, Yas. Lagian Faisya aja udah cukup kok," ucap Aira sambil tersenyum walau jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa sangat sedih karena tak bisa lagi memberikan Faisya adik.

"Kapan Faisya sama suami lo balik, Ai?" tanya Yasmine mencoba mengalihkan pembicaraan ketika dirasa sang sahabat sepertinya menjadi sedih karena tadi ia sudah salah bicara.

"Katanya sih nanti sore, tapi enggak tau juga." Mendengar jawaban Aira, Yasmine mendesah kecewa.

"Yah sayang sekali, padahal gue pingin banget ketemu sama ponakan gue yang imut menggemaskan itu." Aira mengulum senyum mendengarnya.

"Yang di rumah juga udah ada loh yang imut menggemaskan," ujarnya membuat Yasmine mengerutkan dahinya.

"Hah? Siapa?"

"Itu suami kamu, si dedek gemes. Enggak kalah imut dari Faisya 'kan?" goda Aira.

"A-apaan sih lo, Ai?" Mendadak Yasmine jadi membayangkan wajah Abidzar yang kata Aira itu imut, jika dipikir lagi Abidzar memang memiliki wajah yang imut. Wajah tampan, imut dan menggemaskannya itu menjadi ciri khas seorang Abidzar. Ah Yasmine yakin kalau di kampus pasti banyak perempuan yang menyukai Abidzar, mendadak perasaannya menjadi sedikit ... tidak, apa yang sedang ia pikirkan ini? Yasmine langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kepala kamu kenapa geleng-geleng gitu?" Pertanyaan Aira berhasil membuat Yasmine kembali sadar dari lamunannya.

"Enggak kok Ai, gue enggak apa-apa. Kepala gue tadi cuma pegal aja," jawab Yasmine sambil menyengir.

"Yakin enggak apa-apa?" Yasmine mengangguk ragu.

"Ya udah kalau gitu gue pamit dulu ya, Ai? Gue juga harus jemput Abidzar di kampusnya nih," ucap Yasmine sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

"Eh? Kok buru-buru gitu? Enggak mau minum dulu?"

"Enggak, gue tadi udah minum kok. Santai aja, lagian enggak ada Faisya di sini. Enggak seru," ujarnya.

"Ya udah maaf ya keasyikan ngobrol sampai lupa kasih kamu minum."

"Santai aja sih, Ai? Lo kayak sama siapa aja." Yasmine menepuk bahu Aira.

"Gue pulang ya? Nanti kabar-kabar lagi, assalamualaikum." Yasmine memeluk Aira sekilas kemudian keluar dari rumah Aira yang ditemani oleh wanita itu.

"Waalaikumsalam, hati-hati ya, Yas!" Yasmine mengangguk, wanita itu melambaikan tangannya ke arah Aira sebelum menjalankan mobilnya menuju kampus Abidzar.

Seperti biasanya, Yasmine akan menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang kampus Abidzar tanpa berniat turun ataupun membuka kaca jendelanya. Ia hanya ingin menghindari kalau-kalau ada Putra, ia tidak mau kalau sampai bertemu dengan laki-laki itu. Sangat malas rasanya, sembari menunggu Abidzar ia memainkan ponselnya. Sekadar mengecek pesan masuk ataupun scroll akun media sosialnya yang dibanjiri like dan komen.

"Mana sih ini anak? Lama banget," gumam Yasmine ketika Abidzar tak jua datang padahal ia sudah menunggu kurang lebih tiga puluh menit di sini.

"Hah hah hah, maaf lama." Abidzar membuka pintu di sebelah Yasmine sambil menggumamkan kata maaf.

"Lama banget, lo abis dari mana emang? Sampai keringatan gitu!" ucap Yasmine ketus, ia tak suka menunggu dan Abidzar membuatnya harus menunggu, itu membuatnya kesal. 

"T-tadi aku ketemu sama temanku dulu, dia ada perlu sama aku. Makanya agak lama," jelas Abidzar yang tak ditanggapi Yasmine. Ketimbang menanggapi perkataan Abidzar, Yasmine lebih memilih melajukan mobilnya.

Sesekali Yasmine melirik Abidzar yang tengah memilin ujung bajunya, ah kenapa laki-laki itu terlihat begitu menggemaskan? Yasmine menggeleng ketika pemikiran itu melintas. Tidak, ia tidak boleh berpikir begitu. Hentikan pikiran lo itu, Yasmine! Abidzar yang merasa diperhatikan seseorang pun menoleh, hal itu membuat Yasmine langsung memalingkan wajahnya.

"Ada sesuatu di muka aku?" tanya Abidzar karena ia merasa sedari tadi Yasmine memperhatikannya.

"E-enggak kok, enggak ada apa-apa di wajah lo!" Abidzar mengernyit curiga.

"Terus kalau enggak ada apa-apa kenapa kamu pandangin wajah aku dari tadi? Ada yang salah?" Sial! Ternyata dia sadar, bisa geer kalau sampai dia tahu gue mandangin dia. Lagian mata lo kenapa sih, Yas? Ingat, dia tuh berondong wajah aja kalau dia masih imut-imut gemas gitu.

"Gue bilang enggak ada apa-apa, ya enggak ada apa-apa! Udah deh jangan ajakin gue ngobrol. Gue mau fokus ini nyetirnya, lo mau kita celaka gara-gara gue terus-terusan ngajak gue ngobrol?" Dengan polos Abidzar menggeleng, laki-laki itu tidak mau kalau sampai mereka celaka.

Yasmine lega karena Abidzar tak lagi mengajaknya bicara, Yasmine itu adalah seorang wanita dengan kadar gengsi yang tinggi. Tentu saja ia tidak mau kalau sampai ada orang yang tahu kalau kini ia sedikit tertarik dengan Abidzar.

***

Nah loh, Yas! Hati enggak bisa bohong. Duh aduh ternyata ya Mbak Yas udah mulai ada ehem-ehem sama dedek emes Abidzar 😏😏

Zasmine (Abidzar-Yasmine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang