Sangat lelah sekali Yasmine rasakan usai pemotretan, ia memilih langsung pulang setelah pekerjaannya selesai. Sebenarnya ada undangan makan malam bersama nanti oleh atasannya dan bersama pegawai yang lainnya, nanti akan ia pikirkan lagi apakah ia akan datang atau tidak. Mengingat semua hal yang terjadi saja sudah membuat Yasmine pusing, entah bagaimana nanti jika ia datang ke pesta dan bertemu dengan Putra lagi. Meskipun mereka berpacaran hanya sebentar, tetapi Yasmine jelas saja paham sifat yang dimiliki Putra. Pria itu tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan, dan Yasmine sangat membenci dirinya yang mengetahui fakta itu. Bagaimana ya caranya membuat Putra tak lagi mengejarnya?
"Yasmine, udah sampai nih. Lo enggak mau turun?" Lamunan Yasmine terhenti ketika suara Rika mengintrupsinya.
"Eh? Udah sampai ya, Mbak?" tanya Yasmine sedikit linglung. Rika tertawa melihat itu, sepertinya tubuh Yasmine memang ada di sini tapi pikiran wanita itu entah ada di mana.
"Sebenarnya apa yang lo pikirin sih, Yas? Tubuh lo sama gue, tapi pikiran lo entah ke mana," kekeh Rika membuat Yasmine bingung.
"Maksudnya, Mbak? Jangan ajakin gue teka-teki deh," ujar Yasmine ketus.
"Gue enggak lagi main teka-teki, udah sana keluar. Gue abis ini masih ada urusan lagi nih." Yasmine mencibir ketika Rika mengusirnya.
"Ngusir nih, Mbak? Asisten mana nih yang ngusir bosnya sendiri? Kayaknya cuma lo yang berani." Rika tertawa menanggapi perkataan Yasmine.
"Gue enggak lagi ngusir, Yasmine. Lo tuh kayaknya capek, makanya gue suruh turun biar cepat-cepat istirahat." Memang itu yang sebenarnya Rika pikirkan, nada bicaranya memang seperti itu. Ia tidak bisa lembut-lembut dalam memberikan perhatian pada orang terdekatnya.
"Ahh, Mbak. Lo perhatian banget, sih? Coba aja kalau lo cowok gue pasti baper banget."
"Ngapain kudu nunggu gue jadi cowok? Minta perhatian aja sama suami berondong lo," goda Rika. Yasmine yang semula tersenyum kini mendengkus kesal ketika diingatkan kembali statusnya kini.
"Apa sih, Mbak? Ya udah gue pamit deh. Lo hati-hati di jalan." Setelah mengatakan itu, Yasmine turun dari mobil Rika.
"Gitu aja ngambek," gumam Rika terkekeh geli kemudian menjalankan mobilnya.
Begitu membuka pintu apartemennya, Yasmine melihat kalau apartemennya yang awalnya sebelum ia berangkat tadi begitu berantakan kini sudah rapi sekali. Entah siapa yang membersihkannya, Yasmine sampai harus menatap takjub apa yang ia lihat. Bukannya selama ini Yasmine orang yang pemalas dan tak tahu apa-apa, hanya saja kesibukannya lah yang membuatnya seperti itu. Kalau hari libur pun Yasmine sempatkan untuk membereskan apartemennya yang berantakan.
Begitu melewati ruang makan ia melihat ada bau enak yang sangat menggoda perutnya, ada semangkuk sup hangat yang tersaji di atas meja. Yasmine sebenarnya ingin langsung makan, tetapi ia harus tahu dulu siapa yang sudah membersihkan apartemennya dan bahkan memasak sup ini. Ia tidak mau ya kalau sampai ia mati sia-sia karena ternyata sup itu mengandung racun, bisa bahaya ia tak mau masuk neraka dulu.
Yasmine membuka kamarnya, ia melihat Abidzar yang sibuk membaca buku yang begitu tebal dengan kacamata yang menghiasi hidung mancungnya. Pandangan Yasmine beralih pada samping Abidzar yang dipenuhi tumpukan buku.
Suami gue rajin amat ya, batin Yasmine merasa takjub sekaligus sedikit kagum.
Eh? Apa!? Barusan gue ngakuin kalau dia suami gue!? Enggak!
"Lo lagi ngapain?" Pertanyaan yang begitu basi Yasmine lontarkan, sudah jelas-jelas Abidzar sedang membaca buku. Mengapa pula ia harus bertanya? Yasmine yang menyadari itu langsung menutup mulutnya.
"Astaghfirullah, ngagetin aja!" Abidzar begitu terkejut ketika melihat keberadaan Yasmine.
"Lain kali kalau mau masuk, ucap salam dulu," sambung Abidzar menegur Yasmine.
"Ini kamar siapa?" tanya Yasmine tiba-tiba.
"Kamar kamu." Dengan polos Abidzar menjawab.
"Nah itu lo tahu! Suka-suka gue dong mau gimana juga!" balas Yasmine agak ngegas, wanita itu langsung membaringkan tubuhnya tepat di samping Abidzar yang masih sibuk dengan buku-bukunya.
"Ya setidaknya kita sebagai orang islam harus mengucapkan salam ketika memasuki rumah, apa salahnya mengucapakan salam?" Yasmine hanya menguap lebar ketika mendengar perkataan Abidzar.
"Hoaam ... iya gue tahu, lain kali deh ucap salam. Tadi gue lupa," balas Yasmine menatap malas Abidzar.
Abidzar hanya menggeleng mendengar perkataan Yasmine, laki-laki itu kembali sibuk dengan buku tebalnya. Yasmine yang tak mendengar lagi respon Abidzar pun melirik sekilas ke arah laki-laki itu, dengan raut penasaran ia mengambil buku tebal milik Abidzar kemudian membacanya sekilas. Awalnya dia biasa-biasa saja, tetapi begitu membaca tiga kata paling akhir ia langsung terduduk.
"Buku bahasa indonesia, untuk perguruan tinggi. Lo kuliah!?" teriak Yasmine tak percaya, Abidzar kembali dibuat terkejut mendengar teriakan Yasmine.
"Eh, sorry." Yasmine hanya menyengir mendapat tatapan seakan Abidzar berkata, bisa enggak kalau ngomong pelan aja? Aku kaget.
"Iya aku kuliah, semester satu." Mata Yasmine membulat mendengarnya.
"Lo kenapa enggak bilang sama gue? Terus kenapa waktu itu lo enggak jelasin kenapa lo bisa pakai seragam SMA? Eh iya kalau lo kuliah kenapa lo pakai seragam SMA? Gue pikir lo anak SMA beneran, taunya udah kuliah. Eh tapi sama aja, orang lo juga masih semester satu!"
"Kamu enggak nanya makanya aku enggak jelasin," ucap Abidzar berusaha sabar. Istri yang baru ia nikahi beberapa hari yang lalu ini ternyata memiliki hobi berteriak ya, tidak bisakah kalau berbicara pelan saja?
"Perlu ya gue nanya dulu baru lo jelasin? Harusnya lo sebagai suami jelasin ini ke gue yang udah jadi istri lo! Apalagi ini hal yang begitu penting, lo gimana sih?" ucap Yasmine kesal sambil duduk menyilang.
"Kamu udah anggap aku suami kamu?" tanya Abidzar tak percaya, Yasmine yang mendengar pertanyaan polos Abidzar semakin gemas saja. Ia gemas ingin memakan Abidzar saat ini juga.
"Terus kalau lo bukan gue anggap suami, gue anggap sebagai apa!? Udah jelas-jelas kalau lo itu suami gue. Ya meskipun pernikahan kita terpaksa, ya tapi tetap lo suami gue. Pokoknya gue enggak mau tahu, kalau ada hal yang penting lagi kasih tahu gue!" Tak ada hal yang dapat Abidzar katakan selain mengangguk, istrinya ini memang aneh.
"Kamu udah makan?" tanya Abidzar pelan.
"Gue baru inget! Gue belum makan! Eh iya itu sup yang di atas meja punya siapa?"
"Aku yang buat, buat kamu." Abidzar membalas dengan senyum malu-malu, baru kali ini ia berinteraksi begitu lama dengan seorang perempuan. Ia baru sadar kalau ternyata begitu menyenangkan ketika ada teman.
"Waah lo bisa masak? Gue enggak nyangka, terus yang beresin apartemen gue siapa lo juga?" Lagi, Abidzar mengangguk.
"Hebat banget lo, makasih ya?" Tanpa sadar Yasmine menepuk kepala Abidzar hingga membuat jantung laki-laki itu berdebar kencang, baru kali ini Abidzar merasakan sentuhan seorang perempuan selain keluarganya.
"Ya udah gue mau makan dulu, sekali lagi makasih. Lanjutin belajarnya ya dedek manis," ucap Yasmine kemudian pergi dari hadapan Abidzar.
"Jantung aku kenapa begini?" gumam Abidzar sambil memegangi dadanya yang berdebar.
Sebuah senyum terbit di bibir Abidzar, laki-laki muda itu pun berusaha fokus membaca bukunya dengan perasaan yang sangat sulit dijabarkan.
***
AssalamualaikumHallo semuanya, author comeback nih. Ada yang kangen sama cerita ini? Mana suaranya, author mau lihat keantusiasan kalian dulu.
Kalau banyak yang respon maka cerita ini akan di lanjutkan sampai selesai di sini, kalau gk ada yg respon entar author pikir lagi😌😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
SpiritualAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...