Pipi Yasmine merona malu ketika ia kembali mengingat kejadian kemarin, di mana ia dan Abidzar sudah menyatu. Menyatu dalam artian yang sesungguhnya, Yasmine tak menyangka kalau Abidzar bisa memperlakukannya sedemikian lembut. Kemarin sore itu adalah sesuatu yang baru pertama kali keduanya rasakan, ya pertama kali. Karena setelah Abidzar menembus tirai suci itu, kini Yasmine baru menyadari kalau ia telah ditipu oleh Putra. Meskipun begitu, Yasmine tak pernah menyesal memberikan mahkota berharganya pada Abidzar. Abidzar berhak karena laki-laki itu adalah suami Yasmine dan Yasmine pun sama sekali tak terpaksa melakukan itu. Mereka melakukannya dengan perasaan yang sama-sama rela dan memang berniat menyempurnakan pernikahan mereka. Pernikahan yang diawali dengan kesalahan, tak pernah terbayang kalau akan seindah ini.
Yasmine tak sadar kalau Abidzar telah terbangun dari tidurnya, laki-laki itu menatap Yasmine yang tengah melamun sambil tersenyum sendiri. Abidzar mengernyitkan dahinya, heran dengan tingkah istrinya yang sedikit aneh. Anehnya lagi Abidzar sama sekali tak menegur istrinya, laki-laki itu malah memerhatikan wajah cantik Yasmine sesekali ikut tersenyum. Ia senang melihat Yasmine yang kini sudah bisa tersenyum lagi saat kemarin wanita itu lebih banyak menangis. Abidzar selalu ingin melihat senyum cantik istrinya, ia tak ingin melihat matanya kembali mengeluarkan air mata.
"Senyum-senyum dari tadi, lagi bahagia ya?" Yasmine tersentak ketika mendengar suara seorang laki-laki, siapa lagi kalau bukan Abidzar.
"Kamu kok udah bangun?" tanya Yasmine terkejut.
Mengenai panggilan, semenjak hari indah itu, Yasmine resmi merubahnya menjadi aku-kamu. Tidak lagi ber-lo-gue karena itu tidak sopan, baru nyadar ya, Yas. Lo sekarang sering nggak sopan sama suami lo. Batinnya berbicara membuat ia seketika meringis. Iya dulu ia memang sering tidak sopan pada Abidzar, sering sekali menganggap suaminya anak-anak.
"Aku udah bangun semenjak kamu senyum-senyum sendiri," jawab Abidzar.
Ah Yasmine jadi malu, itu berarti suaminya pasti mengira dirinya gila karena tersenyum sendiri tanpa alasan.
Allahuakbar ... Allahuakbar ....
"Udah adzan subuh, kita shalat bareng, yuk!" Abidzar bangkit dari tidurnya, sedangkan Yasmine masih terdiam. Wanita itu terperangah karena baru pertama kali ini laki-laki itu mengajaknya shalat bersama, biasanya mereka malah sering shalat sendirian.
"Eh? Kok malah diam?" tanya Abidzar bingung.
"K-kamu duluan aja, nanti aku wudhu habis kamu," jawab Yasmine.
"Ya udah, aku pergi dulu, ya?" Yasmine mengangguk, tanpa diduga tangan Abidzar terulur mengusap kepala Yasmine kemudian pergi menuju kamar mandi meninggalkan Yasmine yang terpaku.
Yasmine tersenyum lebar, wanita itu menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia memekik tertahan, teriakannya tertahan karena ia yang menggigit selimut. Euforia apa yang tengah ia rasakan ini? Rasanya begitu membahagiakan. Ia seperti baru pertama kali mengenal cinta dan cintanya itu langsung terbalas, kira-kira seperti itulah yang Yasmine rasakan.
Setelah Abidzar keluar dari kamar mandi, Yasmine bergegas pergi menuju kamar mandi sebelum Abidzar melihat raut wajahnya yang membahagiakan. Mereka melakukan shalat subuh berjamaah untuk pertama kalinya, entah mengapa shalat Yasmine kali ini begitu tenang dan khusyuk. Abidzar tak hanya menjadi imam rumah tangganya, melainkan kini menjadi imam shalatnya. Usai shalat, Abidzar memutuskan ke dapur. Yasmine mengekori, awalnya Yasmine ingin membantu Abidzar. Namun, ternyata ia hanya membuat kerusuhan saja dan mengganggu Abidzar, akhirnya Abidzar meminta istrinya itu menunggu di meja makan saja.
Senyum bahagia Yasmine hilang ketika ia mengingat kembali masalah yang ia alami, rasa takut menyelimuti hati Yasmine. Yasmine memang merasa lega karena ia memberikan mahkotanya pada orang yang tepat, tetapi ia tidak bisa tenang dengan ancaman Putra berupa foto itu. Yasmine takut kalau Putra akan menyebarkan foto itu, kariernya pasti akan hancur. Tak hanya karier karena pastinya jika Abi Nazar melihat foto itu, maka mertuanya pasti akan sangat kecewa padanya. Abi Nazar belum menerima dirinya, bisa-bisa pria paruh baya itu benar-benar meminta mereka berpisah setelah melihat foto itu. Apa yang harus ia lakukan? Kini hatinya sedang dalam kegundahan.
"Mikirin apa?" tanya Abidzar ketika Yasmine hanya diam saja.
"E-eh, enggak ada kok." Yasmine menggelengkan kepalanya.
Abidzar tentu tidak percaya semudah itu dengan perkataan Yasmine, ia bisa membaca gerak tubuh Yasmine yang nampak gelisah. Tak hanya itu saja, raut wajah Yasmine juga menjelaskan semuanya kalau wanita itu tengah memikirkan hal yang berat. Dan Abidzar yakin, apa yang Yasmine pikirkan tak jauh-jauh dengan masalah kemarin. Ya, meskipun mereka sudah tahu hal yang sebenarnya dan Abidzar yakin Yasmine sama sekali tak melakukan itu, tetapi jika foto itu tersebar maka abinya tidak akan percaya pada mereka lagi. Terutama pada Yasmine.
"Sarapan dulu," ucap Abidzar menaruh sepiring nasi goreng di dekat Yasmine.
"Makasih!" ucap Yasmine penuh semangat, melihat nasi goreng buatan Abidzar ia bahkan melupakan sejenak kegundahannya.
"Kamu pinter banget masak, aku yang cewek jadi iri karena enggak bisa masak," sambung Yasmine. Matanya berbinar-binar menatap sepiring nasi goreng yang nampak menggiurkan untuk disantap itu.
"Kapan-kapan aku ajarin kamu masak," ucap Abidzar tersenyum melihat istrinya yang kembali ceria.
"Beneran?" Abidzar mengangguk.
Cup
"Makasih, Hubby!" Yasmine menghampiri Abidzar kemudian melabuhkan kecupan singkatnya di pipi sang suami yang kini pipinya memerah.
"Kok agak aneh ya kalo kamu kayak gini?" tanya Abidzar sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Aneh gimana?"
"Biasanya 'kan kamu suka marah-marah, sekarang gini." Yasmine cemberut.
"Kamu enggak suka aku yang kayak gini? Atau kamu mau aku yang galak?" Wanita itu bersedekap dada, memandang Abidzar kesal.
"E-enggak. Dimakan aja nasi gorengnya, jangan lupa baca doa." Yasmine mengangguk.
"Ini namanya nasi goreng apa?" tanya Yasmine.
"Nasi goreng cinta, mungkin?" Abidzar malah balik bertanya. Mereka tertawa bersama kemudian mulai menikmati nasi goreng cinta buatan Abidzar, ada-ada saja.
"Yasmine ...." panggil Abidzar ketika wanita itu akan beranjak ke kamar untuk mandi, Yasmine hari ini ada jadwal pemotretan.
"Iya?"
"Terlepas apapun yang terjadi nantinya, aku akan tetap berada di samping kamu. Kamu enggak perlu takut kalau kamu akan sendiri, kamu enggak pernah sendiri. Ada aku yang akan selalu mendukungmu," ucap Abidzar.
Yasmine tersenyum, wanita itu melangkah menuju Abidzar kemudian memeluk laki-laki itu erat. Abidzar membalas pelukan Yasmine, "Makasih karena kamu udah mau tetap bertahan di sini, mau mendukung aku dan sabar menghadapi aku yang menyebalkan ini," ucap Yasmine.
Meskipun hatinya kini sedang gundah, dengan adanya Abidzar, Yasmine yakin kalau ia pasti bisa melewati ini semua dan menemukan titik terang masalahnya. Yasmine berharap, ia tidak akan pernah kehilangan Abidzar karena kini hatinya telah tertanam pada sosok laki-laki yang lemah lembut serta beberapa tahun lebih muda darinya. Laki-laki yang kini tengah ia peluk dengan erat, seakan ia tak ingin kehilangan laki-laki ini barang sedikit pun.***
Yasmine kamu kuat, kamu pasti bisa. Dzar pasti akan selalu dukung kamu, sama kayak readers yang selalu dukung kamu juga wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
SpiritualAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...