Malam hari telah tiba dan itu berarti Yasmine harus sudah bersiap untuk datang ke pesta itu, ia menatap pantulan wajahnya yang sudah dipoles make-up natural. Jika biasanya make-up yang ia kenakan cukup tebal untuk menghadiri acara pesta seperti ini, tetapi kini ia memilih make-up natural. Apa alasannya? Tahu sendiri lah kalau hari ini ia membawa suami berondongnya, ia tidak mau ya kalau sampai dikira tante girang yang suka sama berondong. Yah walaupun sebenarnya hal itu memang benar adanya, eits yang benar itu ya itu suaminya adalah berondong. Sedangkan tante? Aih ia bahkan masih sangat muda untuk disebut tante.
Setelah berkutat dengan make-upnya akhirnya ia membalikkan tubuhnya, bertepatan dengan itu Abidzar keluar dari kamar mandi. Sejenak Yasmine terpana dengan penampilan Abidzar yang sangat tampan itu, astaga ternyata dengan memberikan tampilan yang berkelas seperti itu ketampanan Abidzar semakin terlihat. Yasmine sih mengakui kalau Abidzar memang memiliki wajah lumayan tampan, ah tidak, tetapi sangat tampan. Perpaduan wajah ikut serta tampannya kemungkinan besar nantinya laki-laki itu pasti akan menjadi pusat perhatian, ah kenapa sekarang ia yang menjadi tidak rela mengajak Abidzar pergi ke pesta itu jika hal itu terjadi? Eh, lo apaan sih, Yas? Jangan bilang lo takut cemburu kalau dia dilirik banyak cewek di sana? Yasmine langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu pakai baju itu?" tanya Abidzar pada Yasmine dengan wajah melongo.
"Iya emangnya kenapa? Gue cantik ya?" Yasmine dengan percaya diri berjalan dengan anggun menghampiri Abidzar yang malah memundurkan langkahnya.
"Ehem, apa enggak ada baju yang lebih tertutup lagi? Itu kayaknya penjahitnya belum selesai tapi udah dijual," ucap Abidzar membuat Yasmine berdecak kesal, ia pikir tadi Abidzar terpukau karena penampilannya. Tahu-tahunya laki-laki itu malah mengomentari pakaiannya yang menurutnya baik-baik saja dan bahkan sangat cocok sekali dengan tubuh rampingnya.
"Enggak ada yang salah sama baju yang gue pakai, penjahitnya sama sekali enggak kekurangan bahan. Model bajunya emang kayak gini kok, lagian baju ini pas banget di tubuh gue. Masa lo enggak bisa lihat itu?" Sebisa mungkin Yasmine menahan emosinya dengan kepolosan Abidzar, dapat ia tebak apa yang akan terjadi nantinya.
"Astaghfirullah, jadi kamu beli baju ini?" Abidzar menggeleng-gelengkan kepalanya seakan Yasmine tengah melakukan dosa yang teramat besar.
"Kenapa sih lo? Ada yang salah emang?" Suaranya mulai ketus.
"Itu, apa enggak bisa ganti pakaian yang lebih sopan lagi? Itu aurat." Abidzar menunjuk paha Yasmine yang terekspos karena pakaiannya yang memang sebatas paha.
"Orang mau ke pesta itu pakaiannya ya kayak gini, kalau gue pakai baju yang lebih tertutup bisa-bisa gue diketawain. Ah susah deh jelasin sama lo, lo enggak ngerti dunia model itu kayak gimana. Jadi lo mau ikut gue enggak? Kalau enggak gue tinggal, lagian lo enggak usah ngatur-ngatur gue. Terserah gue mau pakai baju apa, itu bukan urusan lo ya meskipun lo emang suami gue tapi lo enggak berhak!" Perkataan Yasmine begitu pedas hingga membuat Abidzar menunduk dalam, hatinya sedikit tersentil dengan perkataan Yasmine.
"Lo beneran enggak mau ikut?" tanya Yasmine yang tadinya sudah keluar dari kamar, tetapi tidak melihat Abidzar yang mengikutinya. Ternyata benar tebakannya, laki-laki itu masih berdiri mematung di dalam kamar.
"A-aku di sini aja, lagian nanti di sana pasti banyak orang. Aku malu," jawab Abidzar membuat Yasmine yang tadinya berdiri di depan pintu kamarnya pun mau tak mau kembali memasuki kamarnya.
"Enggak bisa gitu dong, lo harus ikut pokoknya malam ini. Lagian lo udah siap gitu," bisa-bisa kalau lo enggak ikut gagal nih rencana gue, sambung Yasmine dalam hati.
"Tapi ...."
"Enggak ada tapi-tapi, lo harus ikut. Yuk!" Sebelum Abidzar kembali menolak, Yasmine menarik tangan laki-laki untuk mengikutinya keluar dari kamar.
"Pokoknya nanti di sana lo diam aja, kalau ditanya nanti sama orang-orang biar gue yang jawab." Yang dapat Abidzar lakukan hanyalah mengangguk patuh, apalagi ketika melihat wajah Yasmine yang sepertinya tak ingin dibantah.
Yasmine pun akhirnya mengendarai mobilnya menuju tempat pesta berlangsung, Mbak Rika tidak bisa datang sehingga Yasmine lah yang menyetir. Untungnya Abidzar mau dipaksa ikut acara itu, kalau tidak bisa kacau. Kacaunya ya itu, ada makhluk pengganggu kehidupannya. Siapa lagi kalau bukan makhluk bernama Putra? Laki-laki yang tidak ada kapoknya mengejarnya padahal sudah ada kata putus di antara mereka.
"Yuk, turun." Yasmine melepas sabuk pengamannya kemudian keluar dari mobil diikuti Abidzar.
Begitu mereka berjalan di lobi hotel tempat pesta berlangsung, dengan sigap Yasmine menggandeng lengan Abidzar hingga membuat laki-laki itu terkejut. Namun tak berlangsung lama karena Yasmine sudah mengkode dirinya agar segera memasuki area hotel.
"Waah siapa tuh yang sama lo, Yas? Adik lo ya?" tanya salah seorang model sebaya Yasmine begitu melihat kedatangan Yasmine dan Abidzar.
"Bukan, ini suami gue. Namanya Abidzar." Dengan terang-terangan Yasmine mengenalkan Abidzar pada temannya bahkan mengatakan status mereka dengan jujur hingga membuat Abidzar merona malu, tak menyangka kalau Yasmine akan mengakuinya sebagai suami di depan umum. Abidzar pikir Yasmine akan mengenalkannya sebagai seorang adik atau sepupu.
"S-suami? Kapan lo nikah? Kenapa kita semua enggak diundang?" tanya wanita bernama Prita yang tak lain adalah kakak Putra begitu terkejut dengan jawaban Yasmine.
"Gue dijodohin," ucap Yasmine berbohong. Mana mungkin 'kan ia jujur mengenai masalah ia yang bisa menikah dengan Abidzar? Bisa-bisa semua orang menertawakan dirinya.
"Ini usianya kayaknya di bawah adik gue ya, Yas?" Prita meneliti Abidzar dari atas sampai bawah, wajah Abidzar itu baby face sehingga usianya yang memang masih muda membuat wajahnya terlihat begitu imut dan ganteng.
"Iya, enggak tahu itu tante gue yang jodohin. Gue juga enggak bisa nolak, toh akhirnya sekarang gue bahagia-bahagia aja. Dan pastinya gue bisa bebas dari adik lo yang posesif, oh iya tolong bilangin sama adik lo ya suruh jauhin gue. Cari cewek lain, karena gue udah nikah." Setelah mengatakan itu, Yasmine mengajak Abidzar pergi dari hadapan Prita. Untuk apa berlama-lama? Toh mereka sedari dulu memang tidak terlalu dekat.
"Hallo, Sayang!" sapa seorang laki-laki yang tak lain adalah Putra.
"Ini siapa? Adik kamu ya?" tanya Putra masih memamerkan senyum manisnya.
"Bukan."
"Ah, sepupu kamu?"
"Bukan."
"Teman kamu?"
"Bukan."
"Terus siapa?" tanya Putra bingung karena semua tebakannya salah terus.
"Suami gue," jawab Yasmine singkat yang membuat Putra tercengang.
"Enggak! Aku enggak percaya, kamu pasti bohong 'kan!"
"Terserah lo mau percaya atau enggak, intinya gue udah jujur kalau gue udah nikah. Jadi gue harap lo enggak usah ganggu gue lagi karena suami gue enggak suka gue dekat-dekat sama mantan, yuk, Sayang. Kita pergi," ajak Yasmine pada Abidzar yang masih bingung dengan keadaan ini.
***
Mantap tuh Yasmine, enggak nutup-nutupin hubungannya, cakep. Takut mungkin Abidzar digondol cewek lain, secara Abidzar 'kan ganteng dan imut wkwk....
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
EspiritualAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...