Bab 11 | Kedatangan Yang Tak Diharapkan

11.3K 974 7
                                    

Ponsel Yasmine sedari tadi tak berhenti berdering, hal itu membuat Yasmine yang sedang dipoles wajahnya oleh penata rias pun mendesah kesal. Wanita itu menatap ponselnya sejenak yang menampilkan nomor yang sama sekali tidak ia kenali, Yasmine memilih mengabaikannya saja. Namun, ponselnya kembali berdering dengan nomor yang sama dan hal itu membuat Yasmine penasaran. Sebenarnya siapa yang tengah menghubunginya? Tidakkah orang itu tahu kalau Yasmine kini sedang sibuk? Benar-benar mengesalkan. Inginnya sih ia mematikan ponselnya itu, tetapi ia juga merasa penasaran juga siapa gerangan si penelepon itu. Tanpa menunggu waktu lama lagi, akhirnya Yasmine memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Hallo, siapa ya?" tanya Yasmine langsung tanpa perlu berbasa-basi lagi.

"Hallo, Yasmine! Masa kamu tidak ingat sama Mommy? Ini Mommy, Sayang ...." Suara diseberang sana yang sedikit familier membuat kening Yasmine berkerut bingung.

"Mommy?" tanya Yasmine tak percaya.

"Ada apa Mommy meneleponku?" lanjut Yasmine setelah menetralkan keterkejutannya.

"Mommy rindu padamu, tidakkah kamu merasakan hal yang sama? Mommy yakin kamu pasti juga merindukan Mommy 'kan?" Yasmine hanya memutar kedua bola matanya malas ketika mendengar itu, ia yakin sekali bukan alasan rindu yang membuat mommy-nya itu menghubunginya.

Tidak mungkin 'kan orang yang sudah mengusirnya itu tiba-tiba menjadi baik jika bukan karena alasan lainnya, Yasmine sangat mengenal ibu kandungnya itu. Apalagi Mommy-nya itu sudah hidup bahagia dengan suami barunya juga adik tirinya, tidak ada alasan rindu hanya untuk menghubungi Yasmine kecuali dengan alasan yang begitu penting.

"Mom, tidakkah Mom mengatakan hal yang sebenarnya saja? Aku sudah hafal dengan tabiat Mom. Sangat tidak mungkin Mom meneleponku hanya karena alasan rindu," ucap Yasmine yang merasa jengah dengan drama yang dimainkan mommy-nya.

"Mommy sangat sedih sekali karena kamu tidak mau memercayai Mom," ucap mommy Yasmine dengan suara yang sedih.

"Mom, katakan saja yang sebenarnya!" ujar Yasmine geram.

"Baiklah, Mommy akan mengatakan hal yang sebenarnya. Mommy, daddy dan adikmu kini sudah berada di Indonesia. Kami ingin menemuimu sekaligus liburan di sini, tidakkah kamu mau menemui kami? Nanti akan Mommy kirimkan alamatnya ya? Mommy tidak mau tahu, kamu harus datang, ya Sayang?" Wanita tua itu benar-benar tidak tahu diri, setelah mengusir Yasmine kini tanpa merasa bersalah sedikitpun ia meminta Yasmine menemui mereka? Tidakkah mereka punya rasa malu sedikit saja?

"Kapan Mom ada di sini? Dari mana Mom mendapatkan nomorku? Dan ayolah, aku tidak pernah menganggap suami Mom sebagai daddy ataupun anak hasil perselingkuhan Mom itu sebagai adikku. Bagiku daddy-ku hanya satu dan kini dia berada di surga, aku hanya anak tunggal," ujar Yasmine datar. Kebenciannya pada orang yang telah membuat ayahnya meninggal karena terkena serangan jantung itu begitu besar, Yasmine bahkan tidak sudi menganggap pria itu sebagai ayah tirinya.

"Mommy dapat nomor kamu itu tidak penting, yang harus kamu tahu kamu harus datang ke hotel tempat kami menginap karena ada urusan penting yang akan Mom bicarakan padamu. Untuk status kalian, kamu tidak bisa menyangkalnya. Biar bagaimanapun, daddy adalah ayah tirimu dan anak Mommy adalah adik tiri kamu. Kamu tidak bisa menyangkalnya, sudah ya Mommy tutup dulu teleponnya. Mommy rindu padamu, habis ini akan Mommy kirimkan alamatnya. Jangan lupa datang, Sayang?" Tut ... tanpa menunggu jawaban Yasmine, sambungan telepon itu sudah ditutup.

"Sial!" umpat Yasmine begitu kesal, penata riasnya pun bahkan merasa terkejut dengan umpatan Yasmine.

***

Sebenarnya Yasmine tidak ingin pergi ke alamat yang mommy-nya kirimkan padanya melalui pesan singkat itu, tetapi ia penasaran mengapa mommy-nya pergi ke negara ini. Yasmine sangat yakin kalau ada sebuah alasan yang melatarbelakangi mengapa mereka bisa berada di sini, tidak mungkin hanya sekadar liburan karena Mesir-Indonesia itu cukup jauh. Jika hanya sekadar liburan, bisa saja mereka memilih negara yang dekat. Ingin menemuinya dengan alasan rindu? Cuih, Yasmine tidak percaya itu. Mommy-nya bisa berubah? Bahkan tadi tidak ada kata maaf yang terlontar, sudah bisa ditebak sebenarnya apa yang mereka inginkan itu.

Hotel yang cukup mewah itu kini Yasmine masuki, matanya menjelajah ke segala arah seakan mencari seseorang. Di arah barat, tepatnya restoran hotel ia melihat seorang wanita yang wajahnya sedikit mirip dengannya itu tengah melambai ke arahnya. Ya itu adalah mommy-nya, di samping mommy-nya ada pria yang sangat ia benci juga anak mereka. Yasmine hanya memandang ke arah mereka dengan datar, jalannya nampak santai tanpa beban ketika menghampiri mereka. Walau di dalam hati, ia mati-matian menenangkan hatinya yang kini berkecamuk.

"Yasmine, putriku! Akhirnya kamu datang juga." Mommy-nya menyapa dengan bahasa Mesir yang begitu kental, maklum saja mommy Yasmine itu adalah wanita berdarah Mesir asli sedangkan ayahnya lah yang berdarah Eropa.

Yasmine langsung menghindar ketika wanita paruh baya itu berusaha memeluknya, sungguh Yasmine tidak sudi tubuhnya dipeluk oleh wanita yang melahirkannya itu.

"Ah, Yasmine sudah dewasa ya makanya tidak mau dipeluk oleh Mommy." Mommy Yasmine tersenyum maklum, Yasmine hanya tersenyum sinis menanggapinya.

"Untuk apa memintaku untuk menemui kalian?" tanya Yasmine to the point, ia tidak sudi biarpun itu hanya sekadar basa-basi saja.

"Kamu kelihatan tidak suka dengan kehadiran kami, apa kamu masih marah?" Yasmine berdecih ketika mendengar pertanyaan ayah tirinya itu.

"Tanpa perlu dijawab pun kalian sudah tahu apa jawabanku," ujarnya tak bersahabat.

"Yasmine, jangan marah begitu. Ayo sini duduk dulu, sudah lama loh kita tidak makan siang bersama." Wanita paruh baya itu memaksa agar Yasmine duduk di sebuah bangku, padahal Yasmine sudah menolak dengan bahasa tubuhnya yang kaku.

"Katakan saja apa niat kalian memintaku kemari, aku tidak memiliki banyak waktu hanya sekadar basa-basi busuk seperti ini." Yasmine bersedekap dada, matanya memicing seakan tengah meneliti tiga orang di hadapannya.

"Ayolah, Kak. Kenapa Kakak terlihat tidak suka dengan kehadiran kami? Kami ...."

"Diam kamu! Aku tidak sedang bicara denganmu, dan ingat satu hal lagi! Aku bukan kakakmu, jadi jangan pernah panggil aku kakak. Aku tidak sudi memiliki adik sepertimu!" ucap Yasmine pedas membuat gadis berusia tujuh belas tahun itu menunduk takut.

"Yasmine! Hormati sedikit daddy dan adikmu!" teriak mommy Yasmine yang terbawa emosi.

"Untuk apa aku harus menghormati orang yang telah merebut kebahagiaanku dan ayah? Bahkan ayah meninggal gara-gara kalian! Jadi katakan saja apa yang kalian inginkan dariku! Aku tidak butuh dengan kepalsuan yang kalian buat padaku karena itu tidak mempan!" balas Yasmine dengan suara meninggi, tidak ada rasa hormat pada orang yang telah menyakiti ayahnya. Sampai kapanpun kebencian Yasmine pada mereka tidak akan pernah padam sekalipun mereka bersujud tepat di bawah kakinya, luka yang mereka torehkan begitu besar dan tidak akan pernah Yasmine lupakan seumur hidupnya.



Abidzar ngumpet dulu ya wkwk, kita melipir ke masalah keluarga Yasmine.

Btw kalo kalian masih ingin cerita ini di up di sini, makanya ramaikan lapak ini jgn jadi siders. Selagi gratis monggo dibaca, vote dan comment, kalo udah di pindah baru kalian pada nyalahin author 😶

Zasmine (Abidzar-Yasmine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang